#24

370 28 5
                                    

Keringat Jk mengucur hingga membasahi bantal. Ia menghela nafas, matanya terbuka menatap langit-langit,  rupanya tadi hanyalah mimpi. Syukur jika tidak terjadi apa-apa pada Jk.
Pikirannya kalut dalam mimpi tadi, menyeramkan. Bagaimana jika Jk benar-benar mati ditembak oleh Sehun?, ah membayangkannya saja Jk ingin muntah. Ya, memang Jk ingin muntah. Ia segera lari ke kamar mandi, memuntahkan segala isi perutnya. Walaupun peminum handal tetap saja ketika sadar ia akan langsung memuntahkannya.

Jk melihat-lihat sekeliling kamar mandi tersebut, sudah cukup asing baginya. Jk melihat sabun botol transparan yang didalamnya terdapat liquid berwarna gold. Ah, Jk teringat kalau ini adalah kamar mandi rumahnya dengan Jena. Pasalnya Jena suka sekali sabun berwarna gold tersebut.
"Kok gue ada disini?" monolognya sambil menghadap kecermin.

Takut masih di alam bawah sadar, Jk membasuh mukanya berkali-kali.
"Lah gue ngga mimpi kan?" monolognya lagi.

Setelah sadar bahwa ia ada dirumahnya, Jk memutuskan untuk berkeliling sejenak. Sekian lama ia tidak berada dirumah tersebut rasanya sangat berbeda. Biasanya dirumah tersebut ada canda tawanya bersama Jena, mungkin kini hanya tinggal kenangan, mungkin.

Bolehkah Jk rindu kali ini?.

"Oh, udah sadar lo?" ucap seseorang dari arah belakang.

Jk terkejut melihat kedatangan Sehun dengan muka sinisnya.

"Ngapain lo kesini?"

"Udah buruan ke rumah sakit, minta maaf sama istri lo sendiri"

"Shit! kok gue yang harus minta maaf?"

"Papahhh!" teriak seorang bocah dari pintu rumah yang sudah terbuka.
Sepertinya Askara telah mengganti nama panggilan kepada Jk.

Jk menoleh kearah tersebut, siapa lagi kalau bukan Askara. Bocah kecil itu berlari menghampiri Jk sambil melentangkan tangannya. Jk membalas pelukan Askara.

Jk lebih memilih untuk mengabaikan omongan Sehun.

"Papah, tadi aku habis makan sama om Sehun, sama om Namjoon"

"Loh kok sama om Sehun?"

"Iya, tadi om Sehun juga ajak Askala ketemu bunda"

"Bunda Irene?"

"Bunda Jena"
Mendengar perkataan Askara, Jk langsung melotot ke arah Namjoon.

"Maaf tuan, saya hanya mewakili tuan untuk bertanggung jawab atas pengobatan Jena," tunduk Namjoon.

"Haha, ngapain ngurusin pengobatan dia!, siapa yang nyuruh?!" bentak Jk, hingga membuat Askara ketakutan dan lari ke belakang tubuh Sehun.

"Kan udah gue bilang, kalo wanita kayak gitu harus dikasih pelajaran. Dia udah nyakitin hati gue, ya gue bales dong. Kok malah lo seenak jidat ngurusin pengobatan Jena!"

"Maaf tuan, bagaimanapun wanita tetaplah wanita yang harus dilindungi oleh pria. Ucapan boleh saja mencela tapi saya lihat hati tuan masih memiliki rasa iba, namun tidak bisa tuan ungkapkan karena keegoisan tuan lebih tinggi."

"Ngomong apa sih lo, ngga usah sok bijak, besok-besok kalo gue mau nyakitin Jena biarin aja. Ngga usah diurusin, dengerin tuh!"

Namjoon menghela nafas beratnya. Jk adalah tuannya, Namjoon tak mau menjadi pengikut yang berkhianat. Ia hanya menurutinya.

Disisi lain Sehun justru menenangkan Askara yang tampak takut dengan dua pria dewasa ini.
Jk melirik ke arah Sehun. Dengan langkah cepat, Jk menarik Askara dari pelukan Sehun.

"Woy, ini anak lo. Ngga pantes Lo tarik-tarik kaya gini," ucap Sehun.

"Diem lo," balas Jk.
Setelah itu Jk menggendong Askara pergi meninggalkan rumah Jena dan dirinya.

Precious Daddy✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang