#39

115 15 0
                                    

Bagi Jena, Jk adalah segalanya. Ia merasa kecewa terhadap dirinya sendiri. Mahkotanya diambil oleh Jimin. Menumbuhkan benih dirahimnya. Jimin memang sempat ia sukai, tapi itu dulu. Saat pertama kali Jimin memberitahu tentang putranya Jena sempat tidak percaya namun, eksistensi Haru memvalidasi ucapan Jimin.

Keluarganya mengetahui semua tentang Jimin, termasuk Jin. Ah, ngomong-ngomong tentang Jin sepertinya dia sudah bahagia dengan istrinya dan sekarang mereka telah dikaruniai 2 anak.

Sehun? Dia sudah menetap di Korea selamanya. Tidak mempedulikan Jena yang kini tengah berada dibelenggu Jimin.

Jena dan Jimin baru saja pulang dari rumah sakit, dokter mengatakan kandungannya sehat. Jena hanya perlu merawat jabang bayi tersebut dengan hati-hati, pun Jimin. Yang paling penting adalah Jena tidak boleh stres, itu akan sangat mempengaruhi perkembangan janin.

Senyum merekah terlihat diwajah Jimin. Pria itu tak berhenti menerbitkan senyumnya saat di rumah sakit hingga sampai hotel. Italia membawa kebahagiaan.

"Aku akan mengurusi gudang persenjataan, kau jaga diri baik-baik. Kalau lapar harus makan, jaga Haru juga," Jimin mencium kening Jena.

Jena muak dengan perlakuan Jimin. Ia hanya melirik sekilas ke arahnya.

-----

"Tuan, mafia lokal sedang menyusun rencana untuk menguasai gudang persenjataan ini, lusa mereka akan menyerang gudang, apa yang harus kita lakukan?" Tanya pria bertubuh jakung itu.

"Pertama kita pindahkan dulu senjata-senjata ini ke tempat yang sudah aku beli, tempat itu terletak didekat pulau Westeral, kerahkan semua transportasi dan alat berat untuk memindahkan senjata tersebut. Lakukan saat dini hari agar tidak ada yang mengetahui aktivitas kita. Jangan lupa sisakan senjata-senjata yang berkarat disini dan beri bom dengan kekuatan dahsyat, lalu kita bisa serang mereka dengan mengerahkan 500 anak buah yang terampil," ujar Jimin panjang lebar kepada suruhannya.

"Bagaimana jika mafia lokal mengerahkan anak buahnya lebih banyak dari kita?"

"Kita tidak akan mati, karena kita punya Felix," Jimin menyeringai.

"Cepat beritahu bawahanmu, sebarkan perintah ini dengan cepat."

Perkataan Jimin langsung di'iya'kan olehnya.

Sebagai pimpinan mafia Jimin hanya memerintah dan mengatur strategi tempur. Sudah cukup lama ia tidak menyerang musuh, semenjak dunianya teralihkan oleh Jena.

Perintah Jimin langsung menyebar dengan cepat, sebagian anak buahnya tengah mempersiapkan pemindahan senjata untuk nanti malam. Sementara itu Jimin berkeliling melihat senjata-senjata yang kiranya sudah berkarat.

"Apa distribusi senjata dilakukan dengan baik?" Tanya Jimin kepada manager gudang senjatanya.

"Baik tuan, kami berhasil menyuap polisi lokal agar tetap bungkam mengenai penyelundupan ini," terangnya.

"Kerja bagus, jangan sampai ada polisi yang datang."

"Baik, tuan," pria yang memiliki jabatan manager itu menunduk.

"Kalau begitu sampai jumpa nanti malam, aku akan kesini lagi," Jimin menyudahi kegiatannya.

-----

Jimin pergi ke kantor pusat. Beberapa mata memandang dirinya dengan tatapan takjub, terlebih kaum hawa. Sudah lama Jimin tidak ke Italia dan sekarang ia membuat takjub banyak orang lantaran rambut serta tinggi badannya yang terlihat menarik.

"Tuan, anda sangat tinggi, aku ingin tahu resepnya," salah satu pegawai wanita itu terkekeh.

"Tidak ada resepnya, pergi bekerja!"

Precious Daddy✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang