#35

197 22 0
                                    

"Aku akan membuatmu sebagai ibu sambung Haru, Kim Jenahara," Jimin menerbitkan senyumnya.

Bajingan gila!

Tidak habis pikir dengan omongan Jimin. Untunglah Jena masih bersabar lantaran saat ini ia masih berada di kediaman orang tua Hana. Ingin rasanya menampar wajah laki-laki bertubuh pendek itu.

"Huh, ini sudah selesai. Ibu harap kamu benar-benar menjaga Haru dengan baik, Jim," Arei mengusap bahu Jimin.

"Pasti Bu," Jimin mengulas senyum.

"Kuharap kamu juga membantu Jimin merawat Haru, Nak," ucap Arei terhadap Jena. Seolah Jena memang benar-benar calon ibu sambung bagi Haru.

Dasar ibu tua, aku ini punya suami! Lebih tampan dibanding Jimin bajingan ini!

Jena tersenyum, ia tak bisa menjawab perkataan Arei, ia tak bisa janji.

"Kalau begitu, kami pamit Bu," Jimin mencium punggung tangan Arei begitu pula dengan Jena.

"Awas saja kalau kau mencelakai keponakanku, Jim. Akan kubunuh kau saat itu juga," Yoshi memperingati Jimin.

"Jaga ibu baik-baik, Yosh," kemudian mereka pergi.

Haru masih berada di gendongan Jimin, Jena tidak sudi menggendong anak hasil pernikahan Jimin. Dirinya saja masih belum punya anak dengan Jk. Gengsi.

Haru terus bertanya tentang kehidupan Jimin dan Jena. Sementara itu Jena enggan mendengarkan percakapan anak dan bapak itu. Ia lebih memilih memandang keluar jendela. Sembari memikirkan keberadaan Jk yang mungkin saja frustasi karena dirinya menghilang tanpa kabar.

Jimin bajingan ini tidak mau memberikan ia ponsel. Sehingga Jena tidak bisa berkomunikasi dengan siapapun.

Jena teringat kedua orang tuanya. Apa mungkin mereka juga mencari Jena?

Drtttt

"Halo, ada apa tuan Lee?"

"Orang tua Jena ingin mendengarkan kabar Jena. Apa boleh kau berikan sejenak ponselmu kepadanya?."

"Emm, aku beri waktu 5 menit," Jimin memberi ponselnya dihadapan Jena.

"Orang tuamu," Jimin menyodorkan ponselnya "Hanya 5 menit."

"Halo Jen," suara itu. Suara yang amat ia rindukan, tapi kenapa orang tuanya tahu kalau ia diculik oleh Jimin?.

"Mamahh~, mamah sehat? Kok mamah tau kalo Jena sama Jimin?" Matanya berkaca-kaca.

"Mamah sehat, kamu sehat kan?"

"Sehat mah, mamah kenapa tahu kalo aku diculik Jimin," Jena hampir meloloskan air matanya namun ia tahan dengan jari telunjuknya.

"Mamah tahu semuanya, Jimin cuma ingin kamu hidup nyaman. Ngga terus-terusan menderita karena Jk."

Lagi-lagi fakta mengejutkan ia dengar dari telinganya. Mamahnya tahu kalau Jena sedang bersama Jimin. Lalu kenapa ia tidak memberitahu Jk. Jena yakin Jk pasti tengah frustasi mencarinya.

"Jk ngga pernah bikin Jena menderita kok mah, Jk sayang sama Jena. Pasti Jk lagi nyariin Jena kan? Jena kasihan sama Jk. Jk pasti frustasi nyariin Jena. Mamah kasih tahu Jk ya, kalau Jena sama Jimin, kasih tahu kalau Jena mau ke Italia. Jena yakin Jk pasti nyusulin Jena kok," ucapnya sambil sesekali mengelap air matanya yang tidak kuasa ia bendung.

Jena lupa kalau disampingnya ada seseorang yang tengah mendengar percakapannya.

"Mamah ngga bisa bilang ke Jk, mamah mau kamu bahagia. Mamah yakin Jimin bakalan jaga kamu. Mamah juga lagi ngurusin surat cerai kamu. Nantinya kamu nikah aja sama Jimin."

Precious Daddy✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang