#46 Ending

218 14 0
                                    

Hari ini adalah hari bahagianya, Jk dan Luna resmi menjadi sepasang suami-istri. Kabar pernikahan mereka terdengar hingga Italia. Tiga hari sebelum perhelatan, Jena dan keluarga kecilnya pulang ke Indonesia. Ada rasa haru bercampur senang ketika kabar itu terdengar di telinga Jena.

Dress code putih-cream mendominasi ruangan megah berbalut bunga-bunga mewah yang tergantung di langit-langit ruangan. Pilihan Luna sangat mengesankan. Bahkan tamu undangan yang hadir takjub melihat keindahan ruangan putih tersebut. Begitu juga dengan Jena, ada rasa iri melihat kemegahan pernikahan Jk dan Luna. Pasalnya ia dulu menggelar pernikahan dengan sederhana tanpa ada dekor mewah.

"Tidak usah iri, jaga sikapmu, tidak usah menangis, ingat kamu punya aku, Jay dan Haru," Jimin berbisik.

"Tidak akan," Jena merangkul lengan Jimin, siap bersalaman dengan mantan suami.

Dengan sekuat tenaga, Jena melangkah menuju kursi kebesaran dua sejoli ini. Tatapan Jk hampir menembus hati Jena, untunglah Jimin segera menyadarkan Jena.

"Mom, ayo cepat, aku lapar sekali," Haru menyentak pikirannya.

"Baiklah."

Satu langkah lagi Jena berhadapan dengan Jk. Saat itu juga keringat Jena mengucur.

"Selamat atas pernikahan keduamu, Jk," Jena menjabat tangan Jk sembari tersenyum. Matanya berkaca-kaca, cintanya yang dulu benar-benar sudah bahagia. Jena berharap kedepannya Jk bisa lebih baik lagi terhadap Luna, jangan sampai nasib Luna sama dengan nasibnya dulu.

"Terima kasih Jen, semua yang telah kita lewati akan aku jadikan pelajaran dimasa mendatang, kita sudah punya jalan masing-masing dalam berkehidupan, semoga kelak aku bisa membimbing Luna dan kamu bisa tetap bersama dengan keluarga kecilmu," Jk tersenyum diakhir kalimat.

Jimin nampak geram dengan senyuman Jk, ia mengalihkan pandangan Jena dengan menyodorkan Jay ke depan wajahnya.

"Jay ingin minum, ayo cepat turun, selamat atas pernikahan kalian, aku harap kalian bisa bersama hingga maut memisahkan, kami pamit pergi," Jimin menjabat tangan Jk dan Luna secara bergantian.

Jena menggendong Jay yang sudah kehausan, ia menyempatkan diri ke ruang khusus wanita untuk menyusui Jay.

Sementara itu Jimin dan Haru berburu makanan. Ada banyak makanan tradisional yang telah dihidangkan oleh keluarga besar mereka. Haru yang notabenenya penyuka makanan dengan gesit berlari kesana kemari untuk sekedar melihat makanan unik. Ketika makanan terlihat menggugah selera Haru dengan terpaksa harus mengeluarkan jari telunjuk untuk mencolek makanan dan mencicipnya.

"Dad, ini apa? Warnanya cantik sekali," Haru menunjuk-nunjuk makanan bundar berwarna pink.

"Emm, dari tulisannya ini kue serabi, mungkin makanan tradisional."

"Apa Daddy pernah memakannya?"

"Belum, biar daddy coba," Jimin mencicip kue tersebut.

"Enak sekali, kau harus coba," Jimin memberi satu potong kue serabi kepada Haru.

Antusiasnya mencicip makanan tradisional membuat Jimin berpikir untuk mendirikan bisnis kuliner yang berisikan makanan khas tradisional. Ide yang bagus untuk membuka usaha selain penjualan senjata.

"Iya dad ini enak sekali, ayo kita beri tahu mommy buat bikin yang seperti ini dirumah," Haru menggandeng tangan Jimin untuk pergi ke ruang khusus wanita.

Haru langsung berlari ke dalam setibanya di depan ruangan tersebut. "Mom, try it try it," Haru menyodorkan kue serabi kepada Jena.

"Ini enak, kita bisa membuatnya dirumah, kau mau?"

"Tentu, mom sudah selesai menyusui Jay?"

"Sudah, ayo kita keluar," Jena menggandeng tangan mungil Haru keluar ruangan.

Jimin yang sedari tadi menunggu diluar tersenyum ke arah mereka. Keluarga kecilnya datang dengan sapaan yang diberikan untuknya.

"Terima kasih karena kalian telah berada di dalam hidupku," Jimin tersenyum lalu mengecup kening Jena.

"Tiba-tiba?"

"Iya, aku sayang kalian," Jimin merangkul keluarga kecilnya.

Ini adalah hari yang paling membahagiakan untuk Jimin. Keluarga kecil impiannya telah hadir, dan kesempatan ini tidak akan Jimin sia-siakan sampai akhir hayatnya.

-----
Pernikahan telah usai, Jk dan Luna pulang ke apartement milik Luna. Seharian ini benar-benar melelahkan. Duduk di atas kursi pelaminan sembari menyalami tamu undangan yang hadir membuat mata kaki Luna terluka. Heels tinggi itu menyiksanya hingga lukanya memerah dan sedikit ungu.

"Aww, sakit sekali," ujar Luna melepas sepatunya.

"Biar aku obati, kamu duduk di sofa saja," Jk mengambil P3K yang berada di atas nakas samping kasurnya.

Jk mengoleskan sedikit salep, lalu menutupnya dengan plester.
"Sudah," tanpa aba-aba Jk tiba-tiba mencium tangan Luna.

"Kak?"

"Hem," Jk menatap manik mata istrinya.

"Terima kasih untuk hari ini, semoga kita bisa bersama hingga kakek-nenek," ujar Luna berkaca-kaca. Pernikahan pertamanya dilaksanakan dengan seorang duda, Luna berharap Jk bisa belajar dari pengalamannya.

"Sama-sama, terima kasih juga untuk istriku yang cantik ini, aku harap aku bisa membimbingmu untuk menjadi istri yang baik, aku mencintaimu," Jk mengecup kening Luna, semburat senyum terukir diwajah pasutri ini.

Pada akhirnya mereka menemukan tempat berlabuh masing-masing. Jena dengan cintanya dan Jk dengan kebahagiannya. Skenario Tuhan memang kerap menggunjang-ganjingkan kehidupan. Banyak prahara yang telah terlewati, banyak cobaan yang telah dihadapi. Kini tinggal bagaimana mereka menumbuhkan benih kebahagian pada keluarga mereka masing-masing.


Ending

Akhirnyaaaaa, cerita Precious Daddy ending jugaaa. Terima kasih kepada seluruh pembaca atau pun siders yang telah membaca ceritaku. Aku harap kalian ngga lupa buat vote yaaaa. Terima kasihhhh🙏🙏

Tunggu cerita aku selanjutnya okayyy, bye bye🤸🤸💃💃

Precious Daddy✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang