#31

215 29 1
                                    

Satu Minggu kemudian.

Jena rasa hari ini adalah hari yang amat menyedihkan. Tiba-tiba saja ia terbangun dengan suhu tubuh yang tidak normal. Bahkan ia beberapa kali merasakan pusing di kepalanya. Sedikit pijatan dipelipisnya, mungkin akan meringankan.

Krekett

Pintu terbuka, menampilkan sosok Jimin dengan balutan jas berwarna hitam.

"Jam segini kau baru bangun?!" Ucap Jimin dengan nada tinggi.

"Aku pusing sekali, Jim"

"Alasan!, Cepat keluar dan makan makananmu!" Jimin menyeru.

Dengan lunglai Jena berjalan keluar kamar menuju ke ruang makan. Di meja makan sudah tersedia banyak makanan, namun tidak ada satu makananpun yang menarik selera Jena.

Jena duduk di depan Jimin. Ia justru meletakan kepalanya di atas meja.

"Apa yang kau lakukan? Cepat makan!"

"Tidak ada yang menggugah seleraku, Jim"

"Berani-beraninya kau menolak makanan dariku! Apa kau mau mati saja?!"

"Lebih baik aku mati, Jim"

"Dasar wanita tidak tahu...." Ucapannya terpotong lantaran Jena sudah berlari ke kamar mandi.

Jimin murka, ia mendekati kamar mandi yang ia lihat pintunya terbuka.

Huekkkhuekk

Suara itu. Suara orang muntah. Jimin tidak jadi mendatangi Jena. Ia putar balik ke arah dapur. Langkahnya tercekat manakala satu panggilan dari ponselnya menyapa telinga Jimin.

Sial.

"Kenapa?"

"..."

"Besok"

"..."

"Alasan! Aku tidak mau tahu! Dua tiket harus kau dapatkan"

BIP!
Jimin memutuskan sambungannya.

Jimin keluar dari mansion, ia melihat satu buah mobil Mercedes Benz terparkir gagah dihalaman rumahnya.
Matanya menyipit ketika melihat pribadi dengan setelan berwarna abu keluar dari mobilnya.

Seketika Jimin menerbitkan senyumnya. Jimin mendekati pria tersebut. Lama tidak saling menyapa, akhirnya kini bisa menyapa juga.

"Bagaimana, Jim?" Tanya pria tersebut.

"Apanya yang bagaimana?" Jimin memasukan tangannya ke dalam saku celana.

"Jena"

"Aman, besok aku akan membawanya ke Italia"

"Besok? Apa tidak terlalu mendadak?"

"Tentu tidak, aku bahkan sudah mempersiapkan matang-matang," Jimin mengedarkan matanya ke arah mobil.
"Kau membawa mereka?"

"Tentu, aku sudah mengklaim mereka, tidak bisa diganggu gugat, Jim"

"Berani sekali ternyata"

"Ck, kenapa harus takut, toh mereka tidak ada hubungannya dengan Jungkook"

"Tapi dia pernah bercinta dengan Jungkook"

"Masa bodoh dengan bercinta"

"Lalu? Apa yang membawamu kemari?"

"Sebaiknya kau cepat membawa Jena ke  Italia, kalau bisa sekarang kau bawa dia. Detektif sewaannya sudah mengetahui keberadaanmu. Kau harus hati-hati, Jim"

Precious Daddy✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang