Repeated;40

78 6 0
                                    

LavenderWriters Project III Present

Repeated © Group 3

Part 40 — Created by M

andaVire

▪︎▪︎▪

Jihan melajukan mobilnya membelah jalanan dengan kencang. Ia bahkan tak memperhatikan mobil di depannya karena kini fokus Jihan ada pada satu orang.

Azka.

Mata Jihan sudah memerah, tenggorokan Jihan sudah pedih, menahan air mata yang memaksa keluar.

Ia tak boleh bersedih. Ini adalah hari indahnya. Ia tak boleh tampil buruk di depan Aka-nya. Tidak. Tidak boleh.

Kring.

Dering ponsel Jihan terus berbunyi. Namun gadis itu abaikan karena kini Jihan punya prioritas yang lebih penting.

Memeluk Azka-nya.

***

Di sisi lain.

Azka sedang berbaring bersama Rey dan Dalvin di lapangan basket rumahnya. Mereka menghabiskan waktu liburan bersama karena sudah sangat jarang.

"Gue ambil minum, deh. Panas tenggorokan gue." Pamit Dalvin dan pergi meninggalkan Azka dan Rey yang sedikit ngos-ngosan.

Hening.

Kedua cowok tampan itu memilih diam untuk menetralkan deru jantung dan nafasnya.

Hingga Rey akhirnya membuka suara. "Jihan mana, Ka?"

"Liburan sama keluarganya," balas Azka seadanya.

Rey ber-oh-ria dan memilih bangkit untuk duduk. Ia menumpukan dua tangannya di belakang dan menatap Azka yang sedang berbaring menutup mata.

"Jadi ... lo cinta betulan sama Jihan atau masih pada prinsip lo cuma jadiin dia alat pancing biar sembuh dari buta wajah?" tanya Rey tiba-tiba.

Azka sontak membuka matanya dan menyusul Rey duduk. Ia mengelap keringatnya dengan tangan.

"Gue memang cuma jadiin Jihan alat biar gue bisa sembuh. Apalagi dokter bilang gue harus dekat sama banyak orang," Azka membuka suara, "tapi ... makin lama, gue makin kalah. Jihan punya sesuatu yang buat gue nyaman, buat gue tenang, buat gue aman, dan buat gue jatuh sedalam-dalamnya."

"Gue tahu," balas Rey. "semoga berhasil sama cinta lo!"

Azka tertawa mendengar ucapan Rey dan menepuk bahu sohibnya itu.

"AZKA!" teriak Dalvin mengalihkan atensi dua insan yang sedang bercerita itu.

Mereka kompak menoleh pada Dalvin yang ngos-ngosan sembari menatap keduanya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Kena—"

"Salsa mana?" potong Dalvin ambigu.

Azka dan Rey kompak mengangkat alisnya bingung dan berdiri mendekati Dalvin.

"Lo ngomong apa, sih? Salsa ya dirumahnya lah, bego!" kesal Rey hampir menabok cowok itu namun ditahan oleh Dalvin.

Dalvin yang ngos-ngosan menatap keduanya cemas.

"Kalian gak bicarain apa-apa, kan tadi?" tanyanya ambigu lagi.

Rey menghela nafasnya dan menatap Dalvin kesal. "Sekali lagi lo ngomong gak jelas, gue—"

03;Repeated✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang