Repeated;47

90 4 0
                                    

LavenderWriters Project III Present

Repeated © Group 3

Part 47 — Created by M

andaVire

▪︎▪︎▪

"Pak! Teman saya gak salah, Pak! Jangan tangkap dia! Pak, lepasin dia, Pak!"

Arkan terus berusaha menahan Salsa yang digiring polisi menuju mobil di hadapan mereka. Ia hampir mengeluarkan air mata, tapi ia tahan karena menyelamatkan orang yang ia cinta kini lebih penting baginya.

Security menahan Arkan yang melawan, dan polisi membawa Salsa yang hanya bisa pasrah untuk masuk ke mobil tahanan.

"SAL! SAL, GUE JANJI BAKALAN BAWA LO BALIK KE SISI GUE! GUE JANJI!"

Mobil polisi yang membawa Salsa pergi tepat setelah Arkan mengatakan kalimatnya.

Arkan yang masih ditahan oleh security itu pun langsung melepaskan diri dan menatap bapak itu marah.

"Sialan! Ini semua karena lo!"

Arkan hampir saja memukul pria tak bersalah itu. Tapi tak jadi karena tangannya ditahan seseorang dari belakang.

Arkan menatap tangannya yang ditahan dan langsung memutar badan.

Seorang pria berdiri di belakangnya menatap Arkan kesal dan marah. Membuat Arkan sontak melepaskan tangannya yang ditahan orang tersebut.

"Papa ngapain disini?"

Arkan menatap orang yang tak lain dan tak bukan Papanya itu dengan tatapan muak.

"Apa? Papa mau kirim Arkan ke luar negeri? Iya?"

Plak.

Satu tamparan mendarat di pipi mulus Arkan.

"Kamu pulang sekarang!"

***

Salsa hanya diam di tempat duduknya selama polisi meminta keterangan. Ini sudah hampir jam sepuluh malam, tapi cewek itu tetap tak mengeluarkan sepatah katapun. Bahkan untuk membela diri.

"Jika kamu masih tak bicara juga, maka—"

"Permisi, Pak."

Kalimat polisi tersebut terpotong oleh kehadiran seseorang dibelakang mereka.

"Ada yang bisa saya bantu, Bu?" tanya Polisi tersebut.

"S-saya ... dia, dia tanggung jawab saya, Pak," ucapnya dengan air mata beruraian.

"Bu Sarah?" gumam Salsa menatap wanita paruh baya tersebut.

Bu Sarah menatap polisi pilu, ia menumpukan tangannya di dada dan memohon. "Bebasin dia, Pak. Hiks ... saya janji, ini adalah yang pertama dan terakhir kalinya,"

Salsa menatap Bu Sarah dengan tatapan yang sulit diartikan. Ia ingin diam saja, tapi hatinya tak sanggup. Ternyata ... melihat Bu Sarah begitu cukup menyakitinya.

"Saya mohon, Pak ...."

Polisi tersebut menghela nafasnya, "Maaf, Bu. Tapi ada prosedur yang harus dijalankan, dan hukuman yang harus dipertanggung jawabkan,"

"Apa ada yang bisa saya lakukan untuk meringankan hukuman anak saya, Pak?" seru Bu Sarah menatap polisi itu penuh harap.

"Selagi mengurus proses jaminan, saudari Salsa tetap harus dipenjara."

Salsa mengalihkan pandangannya dari Bu Sarah dan menatap polisi itu marah. "Gak! Gue gak mau dipenjara!"

"Bawa dia ke sel lima!" titah polisi itu pada bawahannya yang langsung membawa Salsa.

"Gak! Lepas! Lepasin gue polisi anjing!" teriak Salsa berusaha melepaskan diri.

"Diam!" Polisi tersebut menahan Salsa lebih kuat.

"Lepas! Bu Sarah! Tina gak mau dipenjara! Bu!"

Bu Sarah hanya dapat diam diposisinya menatap Salsa pilu. Ingin menahan tapi ia tak mampu.

Melihat tatapan Bu Sarah, polisi tadi pun mengatakan. "Mari saya antar mengurus jaminannya, Buk."

Bu Sarah menatap polisi tersebut dan hanya dapat mengangguk. Ia tak sanggup berbicara, hatinya sakit, sangat sakit. Anak yang dulu ia besarkan dengan cinta, kini malah berubah menjadi seseorang yang tak berperasaan.

Bu Sarah menghapus air matanya.

"Terimakasih, Pak."

Polisi tersebut mengangguk dan tersenyum menenangkan.

***

Kembali ke sisi Arkan yang sudah sampai dirumahnya.

"Dasar bodoh!" Papa Arkan terus melibasnya dengan ikat pinggang.

"Mau bunuh anak orang? Iya?"

"Hiks, Pah ... udah, kasihan anak kita," ucap Sang Mama pilu. Ingin datang dan menghampiri Arkan, tapi tak bisa ... karena ia tahu anaknya kali ini memang bersalah.

"Biarin aja, Mah. Anak tak tahu diri ini harus diberi pelajaran."

Satu libasan kembali diterima Arkan. Namun cowok itu hanya diam. Ia bahkan tak merasa sakit, karena kini yang ada diotaknya hanyalah bagaimama cara membebaskan Salsa.

"Aaargh!"

Papa Arkan melempar ikat pinggang itu jauh dan duduk di sofa. Ia memijat pangkal hidungnya dan menatap Arkan yang hanya diam dan menunduk.

"Berhenti terobsesi sama wanita murahan itu!"

Arkan yang mendengarnya langsung mendongak dan menatap Sang Papa marah. "Jangan pernah sebut dia wanita murahan!"

"Dia memang murahan! Mendekatimu hanya untuk harta dan membodohimu yang sudah bodoh! Lihat, bahkan kamu diam saja saat dia menyuruh untuk menyewa orang yang bisa membunuh anak malang itu!" teriak sang Papa panjang lebar.

"Itu salah mereka yang merenggut kebahagiaan Salsa!"

Plak.

Kini tamparan kembali didapatkan Arkan. Bukan dari Sang Papa, tapi dari Sang Mama.

Arkan menatap Mamanya tak habis pikir dan tertawa.

"Mama kecewa sama kamu," ucap Sang Mama.

Pria paruh baya yang tadi diam kini berdiri di depan Arkan yang masih terduduk, "jangan pernah berurusan dengan keluarga Adinata. Kita punya hutang banyak pada mereka, jika sampai usaha Papa hancur karena kebodohan kamu. Papa Jamin kamu gak akan selamat."

"Papa sudah bayar jaminan kamu agar tidak dipenjara. Dan besok, kamu akan Papa kirim ke London."

****

03;Repeated✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang