Bab 3 Tupperware

118 16 0
                                    

Juan menutup pintunya dengan perlahan berharap tidak ada Sarah yang melihatnya. Ia malas harus diperintah lagi olehnya, cukup tadib pagi saja. Ia menengok ke seberang kamarnya. Disana ada papan kecil dengan tulisan Sarah sedang keluar. Jika penting, telpon saja. Hatinya bersyukur saat membaca itu. Akhirnya dia bebas dari gadis menyebalkan itu.

Ia kemudian mengunci kamarnya dengan senang dan memasukkan kunci itu ke celana jeans miliknya. Bahkan ia bersiul di sepanjang tangga.

"Sudah mau berangkat? "

Juan yang baru saja turun dari anak tangga terakhir langsung menolehkan kepalanya ke kanan. Disana ada Sarah yang sedang berjalan sambil membawa tupperware. Ia yakin pasti didalamnya ada menu makan siang.

"Ini untuk bekalmu, " sodor Sarah pada Juan. Jujur, sangatlah malas seorang Juan membawa bekal. Memangnya dirinya masih anak SD apa?

"Kau harus membawanya karena aku sudah memasakkan rendang kesukaanmu. Awas saja kalau tidak memakannya, " perintah Sarah sambil memindah tangankan tupperware ke Juan.

"Memangnya kau siapa berani mengaturku? " tanya Juan menantang, sebenarnya tidak benar-benar menantang dirinya hanya sengaja menggoda gadis itu. Siapa tau hal itu dapat membuat Sarah kesal dan mengundurkan diri dari asisten pribadinya yang lebih tepatnya seperti pengasuh baginya.

Sarah tersenyum dan mendekatkan bibirnya ke telinga Juan. Ia membisikkan sesuatu. "Aku adalah asisten pribadimu yang akan mengatur jadwalmu, kecuali hari minggu tentunya. Jadi, jangan berani membantah tuan muda Juan yang terhormat! "

Setelah Sarah membisikkan kata itu, dia menegakkan kepalanya dan tersenyum manis andalannya. Tanpa Sarah sadari, jantung Juan berdetak lebih cepat dari biasanya. Sial, kenapa jantungku ini? Mungkin ini efek dari jogging tadi pagi. Ya, pastinya karena Jogging, batinnya sambil tangannya memasukkan tupperware ke tas ranselnya.

"Bagus, anak pintar! Aku akan berangkat naik motor bersama Jihan. Kebetulan dia membawa banyak peralatan untuk ospek nanti, " Kata Sarah dan ia pergi menuju ruang tamu dan mengambil tas ranselnya. Tak lupa dia menggandeng Jihan yang sepertinya menjadi maba di kampus yang sama dengan Sarah dan Juan.

"Aku juga tak peduli kamu mau berangkat dengan siapa! " teriak Juan yang membuat Sarah terkekeh geli. Sifat kekanakannya masih menempel pada jiwa dewasanya. Sungguh lucu, batin Sarah.

"Apa kakak betah dengan bentakan dan teriakan Tuan Muda Juan? " tanya Jihan sembari menatap sang nona muda.

"Aku berteman dengannya sejak bayi dan tentu saja aku tak apa-apa dengan sikapnya yang suka seenaknya sendiri. Sifatnya itu ada karena ayahnya dulu terlalu keras dan seakan-akan ingin membuat Juan menjadi sosok sempurna tanpa celah, " kata Sarah sambil memberikan gestur bahwa dirinya baik - baik saja.

Aku akan tetap disini sampai batas waktu yang ditentukan. Jadi, jangan terlalu banyak tingkah Juan. Aku hanya ingin menjalankan amanat terakhir Ayahmu saja, batin Sarah sambil memandang Juan yang sedang memanaskan mobilnya.

.



.



.



.

Juan membuka tupperware itu di meja kantin. Ia merasa aneh harus memakan bekal di kantin. Hello, apa yang akan dipikirkan orang lain tentang si Juan pengusaha muda yang membawa bekal di kantin.

"Tumben bawa makan sendiri? " tanya Mark. Alis matanya naik turun menuntut jawaban. Tak mungkin seorang Juan membawa bekal seperti anak SD. Bahkan Juan sendiri lebih sering melewatkan jam makan siang hanya untuk membaca materi dari dosennya.

"Sarah memaksaku dengan dalih dia sudah kerepotan membuat rendang untukku. Tadi pagi, dia juga menyeretku untuk ikut jogging dengannya. Sungguh, gadis pemaksa, " curhat Juan sembari mencomot potongan rendang kesukaannya.

Hmmmm, sangatlah enak. Aku tak menyangka masakannya bisa selezat masakan ibunya, batinnya sambil tersenyum tipis.

"Itu lebih terdengar seperti pengantin baru kan. Si istri yang tak ingin suaminya penyakitan sejak muda. Jadi, dia menyeretmu berolahraga dan memakan makanan sehat seperti ini, " celetuk Deryanto tiba-tiba di sela-sela ia menyuapkan sepotong roti isi daging ke mulutnya.

Gelak tawa dari Lucas dan Mark mulai mengisi meja ini sampai-sampai beberapa mahasiswa baru yang sedang beristirahat hanya berani memandang tanpa berani menegur.

"Waw, cantiknya! Siapa yang disana? " tunjuk Lucas.

Juan membalikkan badannya dan menemukan Sarah dan Jihan sedang berjalan memasuki area kantin. Bahkan beberapa pasang mata mahasiswa lainnya dengan terang-terangan mengagumi Sarah. Cuih, pada katarak apa ya? Si Sarah kok dikagumi,

"Sarah!!! " teriak Lucas tanpa malu yang langsung dibalas lambaian tangan oleh Sarah. Lalu, Sarah menarik Jihan menuju tempat sekawan itu.

"Hay, Luc. Apa kabar? " tanya Sarah sambil mengambil kursi untuknya dan Jihan.

"Baik dong. Btw, siapa yang disamping lo? " tanya Lucas to the point.

"Kenalan sendiri dong makanya. Badan aja gedhe tapi gak berani kenalan. Cupu! " ejek Sarah.

"Jihan, " kata Jihan sambil menyodorkan tangannya pada Lucas yang pastinya disambut baik oleh Lucas.

"Ternyata bener ada bidadari di dunia ini, " kata Lucas yang dibalas suara pura-pura muntah dari Juan.

"Bilang aja lo gak berani bilang gitu ke Sarah, " balas Lucas sambil melepas genggaman tangannya dengan Jihan.  Juan langsung menatap nyalang pada Lucas.

"Ambil jurusan apa, cantik? " tanya Lucas tanpa menghiraukan Juan lagi.

"Teknik mesin dong, " . Bukan Jihan yang menjawabnya, melainkan Sarah. Lucas pun menatap jengah pada Sarah yang dibalas kekehan Sarah. Dia sama saja dengan Juan. Menyebalkan, batinnya bersungut-sungut.

"Ambil keperawatan bang, " jawab Jihan pada akhirnya karena sadar pertanyaan Lucas itu menuju padanya bukan Sarah.

"Sana-sana cari tempat lain buat pedekate, " kata Mark mengompori yang langsung dibalas anggukan Lucas. Lucas berdiri dan menggenggam tangan Jihan pergi dari meja itu.

"Bucin!!! " kata Mark dan Deryanto heboh sambil bersiulan.

"Sar, kamu gak-"

Pertanyaan Juan terpotong ketika Sarah malah berdiri dan mengangkat sebuah panggilan. Ia memilih melanjutkan makanannya tanpa menghiraukan Sarah yang menjauh. Tapi, telinganya masih mendengar Sarah menyebut nama Jevano. Siapa dia?

TBC

Ego Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang