Bab 8 Pasar Malam

72 14 0
                                    

Seorang perempuan yang baru saja berulang tahun yang ke 55 tahun sedang duduk di kasurnya. Ia memutar sebuah video yang berisikan putranya yang sedang memeluk seorang gadis. Senyum mulai terpatri di wajah cantiknya.

"Aku harap mereka segera menyadari jika mereka saling terhubung oleh benang takdir, " gumamnya.

Tok... Tok.. Tok...

"Nyonya permisi, "

"Masuk saja. Pintu tidak kukunci, "

Pintu terbuka dan menampilkan Sarah dengan kemeja biru navy. Ia membawa beberapa kertas dan map.

"Ini berkas yang Nyonya minta, " ucap Sarah sambil memberikan apa yang dibawanya.

Retno mengambil itu. "Benar. Ini yang kuminta. Tidak salah memang Asri mendidik anaknya, " puji Retno yang membuat Sarah tersipu malu.

"Kalau tidak ada yang Nyonya butuhkan lagi, saya pamit dulu" kata Sarah sambil membungkukkan badannya. Baru saja Sarah mau melangkahkan kakinya, tangannya sudah ditarik Retno.

"Bisa kamu berhenti panggil aku dengan sebutan Nyonya. Panggil saja ibu, " pinta Retno mengharap.

"Tapi, saya rasa itu tidak sopan. Saya di sini bekerja untuk Nyonya dan keluarga Nyonya, "

"Tidak, kamu salah. Kamu sama berharganya seperti Juan. Pokoknya panggil aku dengan ibu baru aku memperbolehkan kamu keluar hari ini, "

"Baiklah bu, " kata Sarah dengan berat.

"Bagus anak pintar. Tapi, kenapa kamu baru mau pulang sekarang? " tanya Retno karena selama 1 bulan ke belakang, dirinya selalu melihat Sarah pulang sebelum sore menjelang dan kali ini Sarah pulang ketika malam akan tiba.

"Aku tadi ada matkul biasa dan juga praktek, makanya saya pulang terlambat, " jawab Sarah.

Kamu memang baik, Sarah. Sangat cocok kamu menjadi menantuku, batin Retno bahagia sambil membayangkan jika itu terjadi.

"Ibuuuuuuu~" teriak Juan yang membuyarkan khayalan Retno.

"Ibu, ayo temani aku ke pasar malam. Ya... Ya.... Ya...., " pinta Juan sambil membuka pintu dan menyelonong masuk ke kamar serta menggelendoti tangan sang Ibu.

"Olive nggak mau diajak ke tempat murahan kayak gitu kan? Makanya kamu ajak Ibu. Ibu udah bilang berulang kali sama kamu, kalau dia bukan perempuan yang pas buat kamu, "

Juan pun melepaskan tangan Ibunya dan berkata, "Kumohon ibu jangan mencampuri urusan percintaan anakmu ini, "

"Seperti sudah menjadi pakar saja, cihhhh" Ejek Retno dengan nada bercanda.

"Kalau begitu, aku pergi bareng Sarah aja. Sar, ayo kesana. Kita makan - makan disana. Pastinya hobi kamu masih makan kan. Ntar aku traktir deh, " bujuk Juan.

"Ya udah ayo. Jangan nangis ya kalau dompetmu jadi tipis karena jajanin aku, " kata Sarah.

Lalu, Sarah ditarik Juan pergi dari kamar Retno dengan senang. Meninggalkan Retno yang tersenyum pada pasangan itu.

.














.









.











.

"Sar, mau makan apalagi kita? " tanya Juan sembari mengumpulkan sampah plastik bekas makanan mereka.

"Hmmmm, aku udah kenyang nih. Mending pulang aja, "

"Bilang aja kalau diet buat si Jevani...Jeno.. Jevan.. Oooo Jevano itu kan, " Kata Juan yang berusaha menyebutkan nama Jevano yang tepat.

"Apa sih? Apa coba hubungan antara diet sama Kak Jevano? Lagipula Kak Jevano bukan cowok yang ngeliatin orang dari penampilan doang, "

"Cie yang belain Jevano. Cie... Cie... " kata Juan sambil menaik - turunkan alisnya genit.

"Ish, udah...udah....By the way, kamu sama Olive udah berapa lama pacaran? " tanya Sarah dengan penasaran.

"Udah berjalan hampir satu tahun. Kamu tau darimana kalau aku pacaran sama Olive? "

"Apa sih yang Sarah gak tau? " kata Sarah sambil pergi menuju tenda penjual kacang rebus.

"Dasar perut gembul, " ejek Juan pada Sarah. Ia menatap Sarah yang sedang melihat-lihat kacang rebus itu dengan antusias. Ia jadi teringat Olive, mana mau dia makan di pinggir jalan seperti ini. Dia selalu menjaga imagenya di depan dirinya yang justru membuatnya muak lama kelamaan.

"Mau?? " Tawar Sarah sambil menyodorkan plastik hitam.

Juan langsung mengambil dan membukanya serta memakannya. "Kamu tau gak kamu jadi cewek gak aja jaim-jaimnya. Makanya masih jomblo sampe sekarang, " ejek Juan lagi. Dia suka melihat pipi Sarah yang memerah karena kesal.

"Aku cuman butuh laki-laki tulus makanya aku gak suka berpura-pura menjadi orang lain demi menarik perhatian laki-laki . Lagipula jodoh gak mungkin tertukar kan, " kata Sarah yang mampu membuat Juan terhinoptis pada setiap kalimat yang meluncur manis dari bibir Sarah.

.







.








.







.

"Mau ngomong apa tentang Juan, Der? " tanya Sarah.

"Gue mau----" kata Deryanto terpotong oleh kedatangan seorang gadis dengan dress cantiknya.

"Halo, ini kak Sarah ya? kenalin gue, Olive pacarnya Kak Juan. Salam kenal kak, " kata Olive dengan menekankan kata pacarnya Kak Juan.

Sarah tersenyum dan menjawab, "Gue Sarah dan salam kenal".

Olive maju dan berbisik pada telinga Sarah, "Lo gak bakal cocok sama Kak Juan karena lo cuman anak pembantu keluarganya dia. Sadar tempat! ".

Sarah terkekeh geli. Ia tetap menatap Olive lembut. " Jangan bertingkah seperti itu, seakan-akan lo yang bakal jadi istrinya besok. By the way, bandul kalungmu cantik ya persis seperti mirip yang Dery pakai, "

TBC

Ego Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang