Bab 6 Alamat palsu

90 14 0
                                    

"Materi yang saya sampaikan, saya cukupkan sekian. Selamat siang, " ucap seorang dosen yang telah berumur 60-an tahun itu.

"Sarah, jangan lupa nanti kamu harus kirim data anak sekelas ini ke pak Hardi," kata seorang pria berumur 27 tahun.

"Siap bang," jawab Sarah sambil mengacungkan jempolnya.

Satu persatu mahasiswa - mahasiswa keluar dari kelas itu. Meninggalkan Sarah seorang diri. Ia sedang mengecek data-data yang ada dan segera mengirimkannya pada Pak Hardi, dosen yang terkenal paling galak dan disiplin di Fakultas Teknik ini.

Setelah berhasil terkirim, Sarah memilih membereskan barang-barangnya dan memasukkannya ke dalam tas. Tak lupa, ia memasang earphone di telinganya untuk sekedar melepas penat dan kakinya mulai beranjak dari ruangan itu menuju luar kelas.

Di sepanjang lorong fakultas, Sarah fokus berjalan sambil mendengarkan beberapa lagu kesukaan dia. Playlist miliknya ialah lagu-lagu rock dan metallica. Menurutnya genre musik tersebut dapat mengirimkan semangat dalam setiap sendi tubuhnya.

"Sarah~" panggil seseorang dengan menepuk pundak Sarah.

Sarah melepas earphone dan menengok ke belakang untuk mengetahui siapa yang menepuknya dan ternyata itu Deryanto .

"Mau ketemu Lucas? Setau gue dia ada praktek tadi, 

"Bukan.... Gue mau ngomong sama lo, Sar"

"Mau ngomong tentang apa? "

"Tentang Juan," jawaban Deryanto mampu membuat Sarah mengangkat alisnya penasaran.

.



.



.



.



.

"Mark temenin gue ke tempat temen nyokap yok," pinta Juan sambil memohon. Tapi, sayangnya Mark semakin menempel pada kekasihnya, Kyoko.

"Kenapa gak sama nyokap lo aja sih?" tanya Kyoko sambil mendorong tubuh Mark yang semakin menempel padanya.

"Nyokap masih sibuk pemotretan. Terus gue males tanya - tanya orang di jalan nanti soalnya gue belum pernah ke tempat ini sebelumnya," kata Juan memelas.

"Nyikip misih sibik pimitritin bliblibli, " balas Mark mencibir.

"Kenapa lo gak kesana bareng Sarah aja sih?" tanya Kyoko. Kebetulan ia sempat menghabiskan waktu di cafe tadi pagi bersama Sarah saat menunggu matkul mereka berdua dimulai.

"Emangnya dia sampe jam berapa coba kuliahnya ntar?" tanya Juan.

"Seharusnya sih sekarang Sarah selesai," kata Kyoko sambil melihat jam tangannya.

Juan yang mendengar itu langsung bangkit dari kursi taman itu dan pergi tanpa banyak tanya meninggalkan pasangan bucin berada.

"Beneran Juan gak ada perasaan apa-apa sama Sarah?" tanya Kyoko. Kyoko bertanya seperti itu karena Kyoko merupakan teman dekat Sarah saat SD.

"Hanya Tuhan yang tau tentang perasaan sebenarnya mereka berdua. Hubungan mereka terlalu rumit dijelaskan, " kata Mark lelah.

.






.






.






.






.

Juan menatap penjuru kantin. Berharap menemukan Sarah disini. Tapi, tak kunjung ia menemukan gadis itu. Ah, ya kenapa tidak ku chat saja? Dasar Juan ganteng, batinnya.

Juan tersenyum sambil memasukkan handphonenya ke dalam saku celananya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Juan tersenyum sambil memasukkan handphonenya ke dalam saku celananya. Lalu, ia berbelok arah menuju parkiran. Tak lama, ia melihat seorang gadis yang melambaikan tangannya pada dirinya.

"Kak Juan, do you miss me? " tanya seorang gadis berambut pendek sambil berlari menuju Juan.

Gadis itu langsung memeluk Juan tanpa aba-aba. Bahkan, gadis itu memberikan sebuah ciuman di bibir Juan tanpa permisi.

"Kok diem aja kak? "

"Ah.. Nggak kok. Gue juga kangen lo, pacar. Tapi, gue masih sibuk ini. So, kapan-kapan kita jalan aja. Sorry my sweetie, "

"Okay, no problem. Hati-hati ya kak, " kata gadis itu sambil melepaskan pelukan yang ada. Kemudian, Juan memilih melanjutkan langkahnya yang tadi sempat terhenti.

Kak Juan kira gue nggak tau apa ya? Kalau Sarah - Sarah yang sering disebutin sama temen segeng kakak itu kembali kesini. Gue nggak bakal ngelepas kakak begitu aja, batin gadis itu dengan sunggingan senyum sinis.

.








.








.








.

Sarah memainkan ujung sepatunya karena bosan harus menunggu Juan yang tak sampai-sampai dari tadi. Ia menoleh saat ada yang menepuk bahunya.

"Mau kemana sih kita Juan? " tanya Sarah pada Juan.

"Temen nyokap. Ada barang yang harus dikasih ke dia. Jadi, berangkat aja lah, " ajak Juan.

Juan dan Sarah pun memasuki mobilnya. Indra penciuman Sarah menangkap bau parfum favorit Juan yang menurutnya menenangkan.

"Oh, ya bisa pegang kertas ini. Disana ada alamatnya, " kata Juan sambil memberikan kertas itu. Kemudian, ia menstarter mobilnya.

Mobil Juan mulai berjalan keluar dari area parkiran menuju gerbang. Mata Sarah membaca alamat yang ada di tangannya. Kayaknya gue kenal sama alamat ini, batinnya.

Mobil Juan sudah membelah jalan raya selama 1 jam lamanya. Kecepatan mulai dikurangi karena daerah yang dituju sudah mulai dekat. "Sar tanya ke bapak-bapak itu tentang alamat ini, " pinta Juan pada Sarah.

Mobil Juan pun berhenti pada sebuah angkringan pinggir jalan. Sarah keluar dari mobil sambil membawa kertas itu. Juan pun menyusul keluar agar dirinya paham dengan rute yang akan dituju.

"Permisi Pak..." kata Sarah pada seorang bapak-bapak berusia 50 tahunan yang sedang menyapu halaman rumahnya.

"Ah, iya. Ada yang bisa saya bantu mas mbak? " ucapnya ramah.

"Kami mau bertanya tentang alamat ini. Kira-kira masih jauh tidak ya? " kata Sarah sambil menunjukkan alamat itu.

"Kalau daerah yang dimaksud kertas ini benar disini daerahnya. Tapi, kalau nomer rumahnya kayaknya gak ada, "

"Apa?!" tanya Juan kaget bercampur kesal. Sarah langsung menyenggol lengan Juan karena merasa respon yang diberikan Juan terlalu berlebihan.

"Kan aku masih harus balik ke kantor Sar. Ini malah alamatnya kayak alamat palsu juga. Ya Tuhan harusnya nolak aja waktu disuruh ibu ke alamat ini, "

TBC

Ego Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang