Bab 10 Kemarahan Juan

75 15 2
                                    

Sarah duduk di depan TV sambil menonton kartun doraemon dengan tenang. Rencananya hari ini dirinya tak ingin kemana - mana karena rasa malas sedang menjalari tubuhnya. Padahal biasanya ia suka menghabiskan waktu libur dengan sekedar berjalan - jalan tanpa tujuan.

"Sar, ibu mau ke rumah teman. Kamu di rumah sama Juan, jangan berantem. Soalnya tumben dia terus diam dari kalian kumpul di cafe kemaren, " ucap Retno sambil mengecup pipi Sarah sayang. Retno pun memilih beranjak dari sana dan pergi meninggalkan Sarah sendirian dan hanya ditemani doraemon di TV.

Entah kenapa siaran kartun doraemon terasa membosankan padahal dirinya termasuk maniak doraemon sejak kecil. Ia memilih mematikan TV dengan remote yang berada di tangannya.

Matanya melihat ke atas. Tak ada tanda bahwa Juan akan keluar dari kamarnya. Sedang apa dia? Jangan bilang lagi kerja. Aish, selalu buat khawatir aja,  batinnya saat mengingat kalau Juan belum turun untuk sarapan atau keluar dari kamarnya untuk sekedar mandi.

Ia beranjak dari sofa yang didudukinya dan berjalan menaiki tangga. Saat berada di depan pintu kamar Juan, Sarah mengetuk pintu kamar itu. Tapi hening tak ada jawaban sama sekali.

"Juan, " panggil Sarah sambil mengetuk kamar lagi dan lagi-lagi tak ada sahutan dari sang empu kamar.

Setelah Sarah menarik nafas panjang dan menghembuskan secara perlahan, Sarah membuka pintu kamar itu dengan  perlahan. Ternyata Juan masih tidur sambil tidur menyamping di atas kasurnya.

"Juan, bangun. Ini sudah pagi. ayo makan sebelum siang. Nanti kamu jadi sakit lho, " kata Sarah sambil berjalan menuju Juan.

Tangannya menjulur ke depan dan mengelus rambut Juan yang berantakan. Ketika tangannya akan ia tarik kembali justru tangannya dicekal oleh Juan dan menarik dirinya jatuh tepat di samping Juan.

"Juan tolong lepas dong, " pinta Sarah memohon. Sarah tetap berusahalah melepaskan cekalan tangan Juan.

Juan pun membuka matanya dan memandang kedua mata Sarah dengan tajam. "Pergi! " teriak Juan pada Sarah. Sarah yang diperlakukan seperti itu merasa bingung. Mengapa Juan bisa sampai begitu marah pada dirinya tanpa alasan yang jelas.

"Keluar Sarah! Sekarang!!! " teriak Juan lagi yang membuat Sarah bangkit dan tetap menatap Juan bingung.

"Aku salah apa Juan? Please, kasih tau aku. Jangan kayak gini. Jangan childish kumohon, "

Juan yang mendengar itu langsung memilih menutup badannya dengan selimut lagi. Tanpa mempedulikan eksistensi Sarah lagi. Merasa percuma disini, Sarah memilih keluar tanpa bertanya lagi.

.




.




.




.




.

Sarah menatap pantulan dirinya pada kaca ruang dosen. Ia kini bimbang. Baru saja ia ditawari oleh pihak kampus bahwa setelah menyelesaikan jurusan S2 disini ia ditawari untuk menjadi dosen disini. Tapi di sisi lain, ia juga ditawari dengan sebuah jabatan tinggi di salah satu perusahaan otomotif terkemuka di Indonesia.

"Sarah... Kamu harus bisa milih salah satu dari itu, " kata Sarah meyakini dirinya sendiri.

Lalu, ia melangkahkan kakinya menjauh dari gedung para dosen sembari memikirkan masa depannya. Banyak sekali yang sedang dipikirkannya selain masalah pekerjaan, contohnya saja masalah kemarahan Juan tanpa sebab. Sudah lebih dari seminggu Juan menjauhinya semenjak kejadian hari itu. Walaupun begitu, Juan tetap memberikan beberapa berkas sebagai pekerjaannya menjadi asisten pribadinya.

"Sarah, gue tungguin lo daritadi. Nih, udah gue pesenin gado-gado kesukaan lo, " kata Kyoko sembari menarik sebuah kursi di sampingnya agar Sarah duduk disana.

Sarah pun duduk disana tanpa menyadari kalau Juan sedang menatapnya. "Makasih Ko. Gue nggak lapar sebenarnya, " kata Sarah.

"Kak Sarah harus makan. Tadi pagi kan kakak gak sempat sarapan di rumah, " kata Jihan.

Sarah tetap menggeleng hingga sebuah notifikasi panggilan berbunyi. Tangan Sarah mengangkatnya dan saat jarinya akan memencet tombol terima, Juan merebut handphonenya dan berucap, "Cepet makan! Jangan bikin temen - temenmu khawatir ya! Sering bilang jangan telat makan ke aku tapi gak bisa nerapin ke diri sendiri, ".

Aku kayak gini ya karena kamu, Juan. Please aku ada salah apa sama kamu sampai - sampai kamu semarah ini sama aku? , batin Sarah berteriak pada Juan yang tak akan didengar oleh Juan juga.

TBC

Ego Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang