Bab 5 Video

89 14 0
                                    

" Sebenarnya kita dibandingkan dari perbandingan seperti apa, Sarah? "

Sarah termenung di kasurnya sambil memikirkan pertanyaan yang dilontarkan Juan padanya. Tadi setelah bertanya seperti itu, Juan malah asyik makan tanpa mempedulikan dirinya yang dipenuhi rasa tanya.

Kini, ia membalikkan badannya untuk menghadap langit-langit kamar. Wajah Juan saat kecil terbayang di hadapannya. Seulas senyum pun terlukis di wajah Sarah. Aku hanya ingin kita menjadi teman dekat seperti dulu lagi, batin Sarah sambil menutup kedua matanya.

Gedubrakk

Mata Sarah terpaksa terbangun ketika suara itu datang. Ia duduk sebentar untuk memastikan itu bukan dari alam mimpinya. Setelah kesadarannya terkumpul sempurna, kakinya turun ke lantai. Rasa dingin pun menyerang kakinya yang telanjang.

Matanya melirik ke arah jam dinding dan ternyata sekarang baru pukul 2 pagi. Sebenarnya terlalu pagi untuk dirinya bangun, tetapi ia harus memastikan itu suara apa.

Ketika Sarah keluar dari kamarnya, ia melihat pintu kamar Juan terbuka dan lampunya masih menyala. Apa suara tadi dari kamar Juan dan kenapa dia belum tidur? Jangan-jangan dia lembur lagi? Ckkk, susah sekali dibilangin untuk istirahat dulu, pikirnya.

Kakinya melangkah perlahan menuju kamar Juan. Ia beberapa kali mengetuk pintu kamar itu. Aneh sekali, tak ada sahutan dari dalam. Dengan terpaksa, ia menyembuhkan kepalanya kedalam. Tak ada siapapun disana yang menambah kebingungan Sarah. Dimana Juan?

Sarah memilih masuk kamar dan memperhatikan setiap sudut kamar. Tak ada tanda-tanda yang menunjukkan Juan dimana. Bahkan sendal milik Juan saja masih berada di bawah mejanya.

Telinganya mendengar ada suara benda - benda berjatuhan dibalik dinding di sebelah kanannya. Telinganya ia dekatkan pada kaca itu, ia mendengar seperti suara orang yang berbicara. Tangannya semakin didekatkan pada dinding tersebut. Tiba-tiba dinding itu bergeser dan membuat Sarah jatuh ke depan serta menimbulkan suara yang cukup keras.

"Kenapa belum tidur Sarah? " tanya Juan sambil mengulurkan tangannya pada Sarah.

Sarah menerima bantuan itu dan berdiri. Ia menepuk-nepuk celananya yang dipenuhi debu. "Ini ruangan apa? " tanya Sarah menuntut jawaban.

"Aku baru tau ruangan ini ada 1 jam yang lalu. Sungguh menggelikan bukan? Aku sudah tidur di kamarku itu selama 21 tahun dalam hidupku dan baru tau ada ruangan ini, " kata Juan.

Juan berbalik dan kembali sibuk menekan-nekan angka dan huruf pada keyboard komputer. Sementara Sarah berjalan mengelilingi ruangan yang bisa dibilang sangatlah besar namun berdebu. Didalam sini ada beberapa rak buku, meja belajar, rak video game, dan beberapa kotak mainan.

"Kira-kira kombinasi angka yang cocok untuk ini apa? "

Sarah pun mendekati Juan dan melihat apa yang sedang dikerjakan pemuda itu. Ternyata Juan ingin membuka sebuah folder yang bernamakan JUAN NARAYA tapi sayangnya folder itu terkunci.

"Mungkin dengan tanggal lahirmu, " terka Sarah.

Juan langsung mengetikkan itu dan sebuah keajaiban terjadi, folder itu terbuka. Juan mendonggakkan kepalanya sambil mengucapkan terimakasih. Kepalanya kembali turun dan melihat apa yang ada di folder itu.

"Waw, banyak sekali fotomu, " Komentar Sarah yang diangguki Juan.

"Mengapa ada video tentang Ayah disini?" tanya Juan sambil mengklik video itu.
.









.









.








.

Video itu dibuka dengan sang Ayah yang terbaring sakit di rumah sakit. Juan menatap Ayah dengan sedihnya. Tak lama, pintu ruang rawat Ayah terbuka dan muncullah Sarah dengan seragam SMA miliknya.

"Tuan, maaf saya baru bisa jenguk. Kemaren, saya sibuk menyiapkan acara ulang tahun sekolah, "

"Nggak apa-apa kok. Duduk dulu, Ayah mau bercerita soal Juan, " Tak lama Sarah duduk di sebelah Ayah dengan manis.

"Kemaren, Juan tawuran dengan sekolah sebelah. Kamu tau gak dia benar-benar duplikat saya waktu muda. Berani dan suka mengambil resiko...

Sebenarnya saya sadar saya selalu memperlakukan dia dengan keras dengan cara membanding-bandingkan kamu dengan Juan. Padahal kalian sama. Sama-sama anak pintar dengan bidangnya masing-masing.

Mungkin kalau dia denger gini dia gak bakal percaya. Saya selalu banding-bandingin dia bukan karena saya tidak sayang, tapi karena saya tidak mau melihat dia gagal di masa depan. Gagal meraih mimpi dan kebahagiaannya.

Maaf...karena saya suka banding-bandingin kamu sama Juan, dia jadi anti sama kamu. Padahal kalian dulu teman dekat.

Sebenarnya saya kesini cuman mau minta sesuatu sama kamu, saat saya sudah benar-benar pergi saya harap kamu mau membantu Juan menjadi lebih baik lagi. Saya berharap sekali padamu, Sarah.. "

.









.








.

"Kenapa kamu gak cerita masalah ini? " tanya Juan sambil mencengkeram tangan Sarah.

Sarah menggeleng dan tersenyum. "Mana mungkin kamu percaya. Hubungan kita merenggang setiap detiknya menuju kepulanganku ke Bali. Kita seperti orang asing saat itu, "

Juan diam. Lalu, ia berdiri dari kursi itu. Mendekat pada Sarah dan memeluknya. Mengeluarkan segala emosi setelah melihat video tadi. Video yang berisikan segala jawaban atas perlakuan sang Ayah terhadap dirinya.

"Aku akan menjawab pertanyaanmu saat kita di kantormu. Kita tak pernah dibandingkan dengan perbandingan apapun. Aku ataupun kamu bukan pembilang atau penyebut. Kita adalah kita. Kita punya jalan hidup masing-masing yang tak perlu dibandingkan dengan apapun Juan. Maaf, aku benar-benar tak tau sudah berapa lama kamu tersiksa dengan perasaan itu. Aku —"

Kata-kata Sarah terputus ketika Juan melepaskan pelukan itu. Dia menatap tajam Sarah. Ia memiringkan kepalanya dan mendekatkan bibirnya ke telinga Sarah sambil berkata, "Maaf, aku sudah egois selama ini. Kamu seharusnya tidak mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari diriku, "

Perkataan Juan ditutup dengan sebuah kecupan yang diberikan Juan pada kening Sarah. Kecupan itu seperti sebuah kecupan yang sering diberikan Juan kecil dulu ketika mereka bertengkar masalah mainan dan makanan.

TBC

Ego Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang