09.White wolf and black wolf

59 22 1
                                    

Luica berdiri dengan binar mata kekaguman,  betapa indahnya tempat itu.

Tanah lapang ditumbuhi rumput kecil berhayun  ditiup angin. "Bukannya ini hutan timur?" Luica menatap Lian dengan keseriusan akan pertanyaannya.

"Memang hutan timur. Kenapa?" Lian menatap Luica balik.

"Oh" ucap Luica singkat. Ia memandang ke sekeliling hutan dengan tatapan kagum sekaligus rindu akan kehangatan keluarga dan teman lamanya. "Tempat ini sangat indah. Seperti tempat asalku."

"Tempat ini juga sangat berkesan bagiku dan Dion." Suara pelan namun sangat perasaan yang diucapkan Lian memenuhi kesunyian hutan. Telinga Luica mendengar jelas apa yang baru saja Lian ucapkan.

"Lian dan Dion? Apa hubungan mereka?" Batin Luica.

"Inilah tempat asal kami, Nightfall Pack. Tempat tinggalku dan kakakku. Kami selalu datang ke tempat ini setiap hari. Hanya kami berdua." Ungkap Lian. Luica tidak terkejut kalau Dion adalah kakaknya Lian. Sifat dingin mereka sudah membuktikan dengan jelas.

"Tapi itu sebelum mereka datang." Sambung Lian.

"Siapa?"

Lian menahan mulutnya untuk bicara. Tentu dia tidak berani menyebutkannya di hadapan rekannya sendiri.

Dia terus melanjutkan ceritanya tanpa menjawab pertanyaan Luica. "Suatu malam mereka datang untuk menghapus senyum di wajah kami. Serangan brutal yang bangsaku alami hanya dalam semalam, sudah menjadi lautan darah. Darah bangsaku tertumpah di sini begitu juga dengan darah ayah dan ibuku, yang merelakan dirinya di koyak habis demi mempertahankan wilayah Nightfall Pack. Saat itu aku hanya berumur 7 tahun. Bersembunyi di bawah pohon sambil menutup mata. Aku tertegun takut seperti batu mendengar geraman tajam pemangsa keji itu meroyak tubuh kecil bangsaku. Isakkan sakit yang henti bergema ditelingaku. Mendengarnya saja aku sudah tidak sanggup, apalagi harus menyaksikan semuanya." Tetes demi tetes air matanya jatuh tanpa ia sadari. Pria yang selalu tampak dingin dengan segala kecerobohannya kini sedang meneteskan air mata di hadapan Luica. Betapa rapuhnya hati pria dingin yang bernasib sama dengannya.

"Jika aku melihat kejadian itu sekarang aku mungkin akan bersifat lebih buruk daripada Dion. Kakakku yang secara langsung menyaksikan pembantaian bangsa kami." Sambungnya dengan memberikan penekanan pada kata terakhirnya, terdengar di telinga Luica seperti air mendidih yang masuk ke lubang telinganya. Merambat ke seluruh pembuluh darah hingga mencengkram jantungnya membuat dada gadis bermata biru itu seketika sesak.

"Jadi jangan pernah menganggap kakakku adalah orang yang keras! Jika bukan karena itu, dia tidak akan seperti sekarang." Kalimat demi kalimat yang meluncur dari mulut Lian menambah perih dalam hati Luica. Membangkitkan kembali luka lamanya.

"Jadi itu alasan mengapa kalian membenciku?" Luica menundukkan kepalanya seolah dia sedang di belenggu oleh emosinya sendiri. "Kami memang pemangsa keji yang sangat di takuti. Tak kalah kejinya dengan para pemburu yang membunuh seluruh bangsaku, kan?!" Mata Luica seketika memerah menciptakan bening kristal dibalik pelupuk matanya. Ia bisa merasakan kebencian yang sama dalam diri Lian seperti dia membenci para pemburu.

"Aku harusnya ingat siapa diriku sebenarnya. Bagaimana mungkin makhluk yang paling disegani sepertiku bisa bergabung dengan bangsa kalian?" Gadis bermata biru itu mengeluarkan senyum bengkoknya yang di balut air mata. "Hah. Betapa bodohnya aku ini." Luica tertawa dalam kesedihannya. Ia benar-benar kehilangan akal sehatnya.

Luica akan menjadi sangat sensitif bila itu menyangkut orang tua maupun bangsanya. Ditambah hatinya bisa merasakan seperti apa perihnya hati Lian saat ini membuat dia hilang kendali.

Tawa Luica yang semakin menjadi, membuat Lian prihatin, emosi dalam diri Lian seketika ditenggelam oleh perihnya tangisan Luica yang begitu menyayat hatinya. Batinnya bertanya-tanya, sebesar apa luka dihati gadis bermata biru itu hingga sampai membuat gadis yang selalu terlihat tenang di matanya, tiba-tiba kehilangan kendali hingga membuat sifat hewannya meronta-ronta seolah jantungnya ditarik paksa keluar dari tubuhnya.

The Real HunterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang