04.Sejarah serigala hitam

86 38 6
                                    

Matahari mulai terbit. Gadis bermata biru itu kembali bersiap-siap di hari keduanya. Ia berkemas dengan rapi seperti sebelumnya, tapi hari ini ia berniat untuk tidak membawa liontin peri bersamanya.

Saat matanya menatap gerbang sekolah, gadis-gadis bodoh itu ternyata sudah menyambutnya. Kata demi kata keluar dari mulut mereka.

"Hey, Luica. PUTUSKAN ARIA!" Salah satu gadis di garis depan berteriak pada Luica.

"PUTUS SAJA DENGANNYA." Gadis lain juga berteriak.

"KAU TIDAK PANTAS UNTUKNYA." Dan yang lain mulai ikut-ikutan.

"PUTUS! PUTUS! PUTUS! PUTUS! PUTUS!" Mereka semua berteriak pada Luica.

Suara berisik gadis-gadis bodoh itu memekakkan telinga Luica. "Pagi-pagi begini aku sudah terkena sial." Ia hanya bergeleng kepala.

Luica kemudian melangkahkan kakinya dengan berani memasuki gerbang sekolah. Langkah demi langkah tak pernah ragu sedikitpun. Ia berhenti tepat di depan sekumpulan gadis bodoh itu.

"Aku bukan pacarnya." Luica menegaskan kata-katanya. Gadis-gadis bodoh itu terdiam ada yang terkejut dan ada juga yang terlihat tidak percaya. Mata mereka masih menatap Luica dengan tajam. Sangat mengintimidasi.

"Aku ulangi sekali lagi. Aria bukan pacarku. Dan aku bukan pacarnya. Dia menipu kalian semua."

Semua terdiam, mereka tercengang mendengar kata-kata Luica. Seolah kata-kata itu terus bergema di kepala mereka.

"Jadi, beri aku jalan." Pinta Luica dingin. Gadis-gadis itu membuka jalan untuk Luica sembari tercengang kaku.

Gadis bermata biru itu kembali meneruskan langkahnya menuju kelas.

"Aaaaaaaaa."
Sementara para gadis bodoh di belakangnya berteriak kegirangan.

Lagi-lagi gadis werewolf itu hanya bisa menggelengkan kepala, berpikir betapa bodohnya manusia itu.

Ketika Luica ingin memasuki kelasnya, tangan yang sama seperti kemarin membentang di hadapannya.

"Aku di dengar kau bukan pacar Aria. Itu melegakan." Mira berbicara dengan suara rendah. Kemudian dia menurunkan tangannya dari hadapan Luica.

Luica mengabaikan perkataan Mira dan kembali melangkahkan kakinya.

Tiba-tiba Luica terjatuh dengan sendirinya. Ternyata seseorang yang memakai sepatu putih menahan kaki kanannya.

"Kau terjatuh? Uhhh manis sekali" Lessy mengangkat salah satu alisnya. Suara imutnya yang beracun benar-benar menusuk hati Luica.

Luica terdiam dengan wajah lugu, tapi hatinya begitu membara.

"Kau tidak melawan?" Yuna mendekati wajah Luica.

"Hah, aku tertarik." Mira tersenyum meremehkan.

"Biarkan dia sendiri. pelajaran akan segera dimulai," ucap Lessy.

Mereka kembali ke tempat duduknya masing-masing. 3 gadis itu duduk bersama di satu meja.

Luica kemudian bangkit dan duduk di kursinya tetap dengan sikap datarnya.

Tring...tring...tring.
Bel berdering tiga kali. Guru mata pelajaran memasuki kelas masing-masing.

Suara langkah kaki terdengar dari luar kelas 2a.
Semakin dekat dan semakin dekat menuju kelas Luica. Gadis itu tiba-tiba merasakan sesuatu.

Dia mencium aroma yang begitu khas.

"Ada manusia serigala kutub di sini. Tapi siapa?" Gumam Luica dalam hatinya. Matanya melirik ke kiri dan ke kanan sambil terus merasakan aroma itu mendekat.

The Real HunterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang