15.Lorong bawah tanah

31 14 0
                                    


Seorang pria gondrong bermata merah berlari di sepanjang lorong bawah tanah. Max yang merupakan seorang mata-mata dari bangsa vampir datang membawa kabar buruk kepada tuannya, Alison. Pria dengan tubuh kekar dibalik jubah hitam nya sudah menunggu kedatangan max.
"Apa yang kau dapatkan hari ini?" Nada rendah seorang pemburu berdarah dingin keluar dari mulut Alison.

Max berlutut pasrah, seolah ia siap untuk menerima amukan tuannya. "Tu..tuan. Serene... dia."

Mata merah allison melotot tajam pada Max. "Dia apa?!"

"Di..dia tewas."

Perkataan Max telah menyalakan api dalam diri vampir ganas itu. Bagaimana tidak, kekasih dari Alison tewas begitu saja.

"Dia..dia dibunuh oleh seorang gadis dari shadow pack. Kurasa dia adalah seorang Alpha di sana." Suara Max bergetar takut.

"Alpha?"

Alison mengepalkan kedua tangannya erat-erat. Emosi makhluk tak berjiwa itu benar-benar tidak bisa dianggap remeh. Ia berlalu dengan cepat mendekati Max yang tertunduk pasrah.

Alison menaruh tangan kanannya di leher Max, mencekiknya dengan brutal. "Pack malang itu sudah hancur! Bagaimana mungkin mereka memiliki seorang Alpha?!" Alison memberikan penekanan pada kata terakhirnya sebagai tanda ia tidak percaya dengan apa yang mata-matanya katakan. Cengkeraman Alison semakin kencang, ia langsung mengempeskan Max ke dinding lorong bawah tanah dengam beringasnya hingga menciptakan retakan seperti akar yang menjalar.

Alison mendongak seraya menutup iris mata merahnya. Ia merasakan panas seperti api yang mengalir dalam tubuhnya. Ia terus mengepalkan tangan, emosinya masih belum terlampiaskan.
"Beraninya dia!"

                            
                                 ~ ****** ~

Hujan lebat mengguyur seisi wilayah Shadow Pack. Luica mengantar Aria ke tepi jalan di dekat Villa Greenhouse.

"Aku akan kembali dan membawa mau pulang." Ujar Aria yang sudah melabuhkan punggungnya di jok mobil.

"Tidak akan! Rawat saja punggungmu." Luica membalas Aria dengan cuek sedikit perhatian.

"Aku akan merawatnya, jika kau ikut bersamaku." Aria menyeringai.

"Ooh..biar saja luka itu membunuhmu. Kau akan mati karena sakit punggung." Luica memasang wajah ketus. Dengan cepatnya ia berlari masuk ke dalam hutan meninggalkan Aria.

"Luica, kau semakin membuatku tertarik." Gumam Aria dalam senyumannya.

Pria jangkung itu kembali ke Kota Tias. Ia mendapati ayahnya di depan pintu terlihat sedang berbicara dengan seseorang melalui telepon genggam.

"Siapkan segera untukku. Aku perlu mereka dalam jumlah besar." Terdengar suara besar seorang pria dari dalam telepon.

"Akan kusiapkan." Balas Theo, ayah Aria yang terlihat sangat sibuk.

Aria bergegas menghampiri ayahnya sebelum ia kehilangan kesempatan.

"Ayah!" Teriak Aria dari kejauhan.

"Nak, kau sudah pulang." Theo tersenyum. Senyum khas seorang ayah yang paling Aria rindukan.

"Ayah, kapan kau pulang? Aku sangat merindukanmu." Binar mata kerinduan tergambar jelas di mata pria jangkung itu.

"Ayah baru saja pulang, nak. Tapi ayah harus segera pergi sekarang."

"Yah, tidak bisakah kau duduk sebentar dan ngobrol denganku?" Pinta Aria dengan nada memohon sayu. Ia tidak ingin terus diacuhkan seperti orang asing.

"Maafkan ayah, nak. Ayah benar-benar sibuk sekarang. Ayah harus kembali ke lab dan menyelesaikan proyek ayah sekarang juga. "

"Sesibuk itu?" Tatapan mata Aria tampak sendu.

"Ayah benar-benar minta maaf padamu. Lain kali kita bicara lagi. Ayah harus segera pergi. Jaga dirimu baik-baik, nak."

Lagi-lagi Aria di tinggal sendirian oleh ayahnya di depan rumah mereka.

Ya, seperti itulah yang selalu Aria rasakan.

--Kesepian.

Sejak kecil selalu sendiri. Kata-kata manis dan janji-janji dari ayahnya tak satupun terwujud. Selalu saja kata 'lain kali kita akan bicara lagi' dan 'jaga dirimu baik-baik'. Aria sudah lelah dengan semua omong kosong itu. Sampai kapan ia harus menunggu?

Ia bahkan sangat menyesal menjadi anak seorang ilmuwan genetika yang selalu sibuk dengan urusan nya, bahkan tidak ada waktu sedikitpun untuk berkumpul bersama keluarganya. Bagi Aria, dia adalah ayah paling sibuk di dunia. Semua impiannya tentang menghabiskan waktu bersama keluarga tercinta nya hanyalah sebuah mimpi. Apalagi setelah kematian ibunya 4 tahun lalu karena penyakit jantung, membuat dunia Aria benar-benar seperti gambar hitam putih.

Hanya Noah yang selalu bersamanya. Alasan mengapa Aria bergabung dengan organisasi peluru perak. Ayah Noah adalah teman dekat ayah Aria sekaligus pendiri organisasi tersebut, jadi Aria sudah menganggap semua anggota di organisasi peluru perak sebagai keluarganya sendiri.


Aria memasuki rumahnya perlahan. Tempat tinggal yang begitu sunyi. Suasana rumah masih terlihat sama seperti saat ia pergi menemui Luica.

"Aria!"

"Suara seorang gadis terdengar agak tegas.

Aria membalikkan badannya menuju suara itu. Tampak seorang gadis berambut pendek dengan baju kaos hitam polos berkesan tomboy.

"Nora?"

Nora mengangkat kedua alisnya. "Apa?!" Ucapnya seraya meninju dada Aria hingga membuat pria jangkung itu tertegun.

Tidak masalah. Aria sudah terbiasa dengan pukulan gadis tomboy itu. Anggota terbaik organisasi peluru perak, gelar yang pantas Nora dapatkan. Gadis yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri itu tak kalah hebatnya dari Luica.

Aria tersenyum lega. Ia bersyukur masih bisa mendapat perlakuan hangat dari Nora. "Kau datang? Untuk menemui ku?"

"Tidak." Jawab Nora singkat.

Aria bergeming. "Lalu?"

"Aku datang kesini setiap hari. Apa salahnya jika aku datang lagi." Nora mencubit pinggang Aria bak jari kepiting. Membuat badan pria jangkung itu membengkok karena geli. Rasanya seperti saraf yang ditarik keluar dari pinggang. Getaran yang melemahkan sistem sensoriknya.

Nora selalu menyerang Aria dititik kelemahannya. Pria jangkung itu ternyata juga memiliki indra peraba yang super sensitif. Bahkan Nora adalah satu-satunya gadis yang pernah membuat Aria meneteskan air mata.

Menangis karena merasa geli.

Siapa yang senasib sama Aria?
Ayo ngakuuu😆😆..

Pasti pernahkan??? 😂

Lanjut lagi yuk bacanya...

Jangan lupa untuk memberikan vote and comment buat cerita aku ya

Mohon saran dan kritikannya dari kalian semua....

Always love you all❤️❤️❤️

The Real HunterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang