22.Organisasi peluru perak

32 11 2
                                    

"Luica." Teriak Aria dari kejauhan.

Mata Luica menatap kearah Aria yang berlari mendekati nya di pintu gerbang sekolah. Gadis werewolf itu tersenyum.

"Kenapa kau tidak sekolah kemarin? Kau sakit?"

"Kau merindukanku?"

"Luica, aku serius."

"Kenapa kau tidak datang ke rumahku untuk memastikan?"

"Aku...." Aria melirikkan bola matanya tak karuan. Sementara gadis werewolf itu sedang menunggu jawaban Aria dengan kedua alisnya yang terangkat ke atas.

"Aku ikut berburu di hutan timur kemarin. Kami memburu werewolf disana." Ucap Aria tampak tidak ingin mengatakannya mengingat dengan siapa ia bicara.

Mata Luica melotot menatap Aria. "Kau memburu.."

Dengan cepat pria jangkung itu memotong perkataan Luica. "Kau jangan khawatir. Aku tidak akan menembak mereka lagi."

"Huuuh." Luica menghembuskan nafas lega sembari melemaskan otot matanya yang menegang.

Aria tersenyum tipis. Pria jangkung itu meraih tangan mungil kekasihnya. Membawanya pulang dengan mobil hitam yang masih mengkilat walaupun sang surya tengah berteduh di balik awan putih nan tebal.

Aria mendekatkan wajahnya di hadapan gadis bermata biru yang tetap bersembunyi dibalik lensa coklatnya. Luica duduk dengan santainya di kursi penumpang tepat di samping kursi kemudi Aria.

Luica tersenyum saat kedua mata mereka saling beradu. Hal ini sudah lumrah diantara keduanya. Aria yang selalu memasangkan sabuk pengaman untuk Luica, diiringi dengan kecupan lembut diantara bibir keduanya, dan diakhiri dengan belaian seorang Aria yang selalu mengusap helai rambut Luica.

Takk.

Aria menutup pintu mobil dengan hentakan pelan, namun tetap mampu mengisi heningnya suasana di dalam mobil.

"Ingin ke mana hari ini?" Tanya Aria yang sudah siap mengambil alih kendali mobilnya. Luica tampak gusar kali ini. Pikirnya mungkin ini sudah saatnya. "Sekarang aku harus mendapatkan informasi itu." Luica terus mengatakannya berulang kali dalam pikirannya yang masih diselimuti keraguan. Membuat raut wajahnya mengukirkan rasa ketidaknyamanan bagi Aria.

"Ada apa?"

"Emm...." Luica menundukkan pandangannya.

"apa?"

"Bisa....Bisa kau ceritakan padaku apa itu organisasi peluru perak?"

"Bisa. Dengan satu syarat." Aria menyeringai licik.

"Aaa?"

"Setelah aku ceritakan padamu maka kau harus menurut kemanapun aku membawamu, oke?"

"Aku tidak pernah mendengar mau mengajukan syarat apapun padaku sebelumnya. Ada apa sekarang? Kau ingin mengajakku berbisnis?" Luica membalas seringaian Aria dengan senyum tersungging di bibir tipisnya.

Aria menaikkan kedua bahunya menatap Luica. Ia melepaskan tangannya dari setir mobil. "kau ingin mengetahuinya atau tidak?"

Luica mengangguk iya. "Umm." Manik matanya terfokus pada wajah pria di sampingnya yang sedang menatap lekat kearah depan.

"Setahuku organisasi peluru perak itu adalah sebuah komunitas dimana para pemburu terbaik akan dihadapkan dengan tugas yang diluar nalar mereka. Rahasia tentang keberadaan makhluk dari bangsa immortal di dunia manusia. Tapi aku... Aku bergabung bukan karena aku ini seorang pemburu yang hebat. Aku hanya anak dari seorang profesor sibuk yang bahkan tidak memiliki sedikit waktu luang untuk keluarganya. Aku bergabung karena ayahku meminta diriku agar bisa berlatih bela diri. Entah apa yang membuat dia tak karuan malam itu. Aku awalnya tidak percaya dengan keberadaan makhluk immortal di dunia manusia, tapi sekarang bagaimana mungkin aku tidak percaya. Buktinya adalah teman masa kecil kusendiri."

The Real HunterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang