11.Makhluk berdarah dingin vs Alpha Shadow Pack

42 17 0
                                    


kabut di mana-mana. Menutupi gunung seperti selimut tebal. Suara tetes embun yang jatuh dari dedaunan terdengar seperti melodi yang tersusun rapi.

Bayangan hitam melintas di antara pepohonan memecahkan keheningan. Terlihat sesosok makhluk berwujud manusia mengejar bayangan itu. Tampak seperti seorang gadis berambut coklat terurai.

Tubuh sedingin es dan sekuat tulang gajah, serta iris mata tampak seperti darah yang menyala. Mereka di sebut vampir. Makhluk immortal berdarah dingin.

Seorang vampir tengah mengejar seekor werewolf hitam dengan brutal. Vampir itu terlalu cepat untuknya. Werewolf hitam dicekik dengan telak oleh makhluk berdarah dingin membuat ia berteriak kesakitan. Lolongan werewolf nya bergema di seluruh hutan.

"Aaauuuuuu"

*******

Suara mesin mobil berhenti di depan sebuah vila besar yang sekarang tidak ditinggali. Villa Greenhouse. Gadis bermata biru itu kembali menginjakkan kaki ke tempat asalnya.

"Shadow Pack, aku pulang." Batin Luica menyapa pepohonan di sekelilingnya yang tidak banyak berubah.

Langkah Luica semakin dalam memasuki hutan. Matanya menyusuri setiap tapak kehidupan disana, tempat yang menyimpan begitu banyak kenangan. Di bawah pohon ia melihat segerombolan kelinci berteduh di pagi hari seperti waktu itu. Bersama luhan.

"Aaauuuuuuuu."

Telinganya menangkap suara lolongan seekor werewolf yang berteriak kesakitan. Luica langsung bergerak menuju asal suara dalam wujud seekor serigala hitam besar. Berlari dengan sangat gagah menunjukkan kharisma nya seperti seorang Alpha.

Duushh....

Ia menerjang makhluk berdarah dingin yang hampir menggigit leher seekor werewolf hitam dengan telak. Membuat vampir itu tersungkur ke tanah.

Ternyata makhluk berdarah dingin itu memberikan perlawanan yang cukup menantang. Ia menarik ekor Luica dan langsung menghempaskannya ke tanah.

Taring Luica menggeram tajam. Ia tidak akan menyerah semudah itu. Kebangkitan Luica akan menjadi akhir bagi makhluk berdarah dingin. Ia menerkam leher vampir itu hingga jatuh ke tanah. Luica tidak berhenti di situ saja. Ia mengunci setiap pergerakan lawannya. Menekan kedua tangan makhluk berdarah dingin dengan cakarnya yang siap mencabiknya kapan saja.

Lagi-lagi si makhluk berdarah dingin menyerang balik. Sekarang Luica yang ditekan olehnya.

Luica terus menggeram dengan beringas. Tampaknya lawan Luica tidak mudah untuk dijatuhkan.

Tangan mungil gadis vampir itu menekan tangan Luica hingga tertungkup di tanah. Begitu kuat, sampai terdengar suara tulang yang menegang dari kedua makhluk immortal tersebut. Kekuatan besar yang menahan tangan Luica untuk tetap di tempat membuat Luica kesal.

Jika dia tidak bisa menggerakkan kaki tangannya, setidaknya Alpah Shadow Pack itu masih memiliki gigi taring yang panjang di balik moncongnya. Itulah yang saat ini Luica pikirkan.

Matahari mulai mengikis kabut di hutan dengan sinar hangatnya yang masuk melalui celah-celah pepohonan. Bersinar menerpa Luica dan vampir itu. Luica berfikir waktu keberuntungannya tiba.

Tapi, keberuntungan tidak berpihak pada Luica. Vampir itu bahkan makin mengencangkan tekanannya. Si makhluk dingin itu tersenyum miring.

Senyuman meremehkan...

The Real HunterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang