10.Gadis bodoh!

45 21 0
                                    

"Luica?"

Nada yang sama seperti tadi pagi kembali mengguncang jiwanya. Luica tidak sanggup menahan perasaan itu. Dia hanya membalas dengan air mata.

"Sekarang kau tau siapa aku sebenarnya."

Aria terdiam mendengar perkataan Luica yang meruntuhkan hati nya.

"Apa..?! Kamu ingin membenciku?! Luica bertanya pelan, emosinya seketika naik membuat dia berteriak dengan rasa sesak yang terus memaku tubuhnya.

"Aaa...?! Tanya Luica berteriak keras.

"A-aku...." teriakan gadis bermata biru itu berhasil menggoyahkan perasaan Aria.

"Semakin banyak yang membenciku, itu semakin baik. Benci aku sepuas kalian! Hina bangsaku sepuas kalian! Tembak aku!.... Tembak aku seperti saat kalian menembak orang tuaku!" Luica memukul-mukul dadanya dengan keras seakan dia sudah siap untuk merasakan peluru menembus jantungnya yang saat ini tengah rapuh. Teriakan nya semakin menjadi, sementara air matanya bercucuran tak terbendung.

Aria yang tertegun membatu melihat betapa perihnya luka yang dirasakan Luica membuat pria itu turut mengeluarkan air mata. Perasaan takutnya akan sosok mengerikan werewolf seketika lenyap ditelan air matanya sendiri.

Aria Langsung berlari ke arah Luica dan memeluknya dengan telak. Waktu seakan berhenti, membiarkan Luica merasakan kehangatan yang menenangkan dari tubuh pria jangkung itu.

"GADIS BODOH! Jika tembakan itu ingin membunuhmu maka dia harus menembus tubuhku dulu. Tak akan kubiarkan kau terluka sedikitpun, Luica." Ucapnya pelan namun meyakinkan ditambah pelukannya yang begitu erat.

Aria membiarkan jemari nya mengusap helai rambut Luica dengan lembut, memberikan sensasi menenangkan di hati Luica.

"Menangislah! Buang semua kesedihan itu lewat air matamu, semua akan baik-baik saja." Dekapannya semakin mengerat membuat gadis bermata biru itu meraung dibanjiri air mata. Ia menyandarkan kepalanya yang hampir tak dapat ditegakkan ke pelukan Aria tanpa ragu.

perlahan-lahan kepala Luica semakin memberat. Pandangannya seketika buram. Luica mendadak tak sadarkan diri dalam pelukan erat Aria yang tak akan pernah membiarkan dia jatuh.

Suara teriakan dan raungan keras dari Luica telah menarik Jui dan pak Sam ke asal suara itu.

Jui yang melihat adiknya digendong dengan keadaan tak berdaya langsung menyerang Aria tanpa syarat.

"Apa yang telah kau lakukan padanya?!" Jui menarik kerah baju jaket Aria dengan beringas. Menciptakan suara terdengar seperti benang yang satu persatu terlepas dari jahitan.

Aria tersenyum ramah. "Aku temannya. Dan inilah yang harus kulakukan sebagai teman. Membantunya melewati masa sulitnya." Tegas Aria namun berkesan sopan.

Jui bisa merasakan niat tulus pria itu. Ia perlahan merenggangkan genggaman nya dan langsung mengambil Luica dari pangkuan Aria.


Gadis werewolf itu akhirnya membuka mata. Ia mendapati langit berwarna putih pucat seperti plafon kamarnya dan sinar mentari yang hangat menerobos masuk melalui celah kaca jendela. Sementara Jui dan yang lainnya sedang menunggu di luar pintu kamar Luica dengan wajah sendu.

Gadis itu sekarang mencoba untuk membangkitkan badannya dari kasur empuk kesukaannya. Suara busa lembut yang ditekan tertangkap oleh telinga Jui dan kawan werewolf kutubnya.

Dengan cepat Jui memutar knop pintu dan langsung menghampiri Luica.

"Luica." Kakaknya langsung menangkap bahu Luica, membantu adiknya untuk duduk. "Apa kau baik-baik saja?" Sambung Jui.

The Real HunterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang