13.Luhan is back

38 16 0
                                    


Gadis bermata biru yang sekarang adalah seorang Alpha di Shadow Pack membawa Aria berkeliling di sekitar wilayahnya.

Sinar bulan masih setia menemani Luica dan Aria. Cahaya yang terang di kelilingi lingkaran cahaya putih di sekeliling bulan. Langit tampak bersahabat. "Ada suatu tempat yang ingin aku tunjukkan," Luica tersenyum.

"Tempat apa?"

Luica mengarahkan pandangannya tepat di depan mereka. Hutan yang tinggi dan lebat berdiri tegak seperti sebuah pintu gerbang yang memisahkan dua dunia. Terlihat jelas di sinari cahaya rembulan tepat di atasnya.

Aria terkejut. "Itu?" Matanya masih bisa melihat jelas seperti apa hutan itu. Tinggi dan luas. Benar-benar mirip seperti 7 tahun yang lalu.

Semakin mereka memasuki hutan itu, Aria semakin yakin kalau Luica

Adalah.....

"Dulu aku sering datang ke sini bersama teman lamaku."

"Luica." Nada suara Aria terdengar sangat berat. Gadis bermata biru itu berkedip heran pada Aria. Ia dapat merasakan perubahan suara yang tadinya lembut sekarang tiba-tiba memberat seakan beban dunia berada di tenggorokannya.

Aria tersenyum menyadari sesuatu. "Siapa yang berjanji untuk menjaga hutan ini selamanya? Siapa yang ingin menunjukkan peri kesukaannya padaku?" Aria terus tersenyum di sela-sela perkataannya. Senyum yang berusaha untuk mengungkit kenangan masa lalu mereka.

Luica kaget mendengar perkataan pria jangkung itu. Matanya menatap Aria sambil mengingat sosok yang berjanji padanya 7 tahun lalu. Sekarang mata biru itu telah melihat kebenarannya. Luica sadar siapa pria jangkung itu sebenarnya.

"Luhan? Itu kau?" Mata Luica memerah berkaca-kaca terus menatap lekat pada Aria.

"Luica, ini aku." Pria jangkung itu membalas tatapan Luica.

Tatapan kerinduan....

"Kenapa kau baru bilang sekarang, aaa?! Kenapa? Kenapa?" Luica memukul-mukul dada Aria dengan keras, membuat pria itu sedikit tertegun.

Aria membalas Luica dengan senyum lebar di pipinya. Ia langsung meraih Luica masuk dalam pelukannya. Pelukan yang menghangatkan hati Luica yang sedang di siram dinginnya suasana.

Pelukan itu lagi-lagi memecahkan bendungan air mata Luica. Ia terjatuh pasrah dalam dekapan erat Aria. Meneteskan air matanya hingga membasahi jaket pria jangkung itu.

Pelukannya semakin lama semakin erat. Aria mencium kening Luica sebagai tanda kerinduannya. Begitu lembut namun menghangatkan.

"Dimana liontin peri?" Tanya Aria sembari melepaskan pelukannya.

Luica mengeluarkan kalung di lehernya dengan buahnya yang bersinar seperti pijaran bintang di langit. "Lihat! Dia masih bersamaku." Luica tersenyum ceria, menampakkan ukiran manis dibibirnya.

Keduanya kemudian merebahkan tubuh mereka. Membiarkan tumpukan dedaunan yang gersang dan basah karena embun itu sebagai alas yang lembut.

Luica dan Aria terbaring bersama, menatap langit yang kini dihiasi sinar rembulan, kegiatan favorit mereka saat kecil.

"Aku tidak menyangka kalau kau adalah seorang werewolf." Ucap Aria membuka pembicaraan.

"Kenapa? Kau takut?" Luica menarik pandangannya dari cahaya rembulan dan menjatuhkan nya pada Aria.

"Awalnya aku sangat takut. Benar-benar takut. Tapi saat aku tahu itu adalah kau, rasa takut itu lenyap begitu saja. Entah bagaimana aku pun tidak tau." Aria mengakhiri perkataannya dengan senyuman.

The Real HunterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang