02 | DIA LAGI

160 44 5
                                    

Matahari masih tampak malu-malu menunjukkan sinarnya. Namun, yang tidak tahu malu, Echa menyerobot masuk ke dalam kelasnya secara diam-diam. Ia takut ketangkap basah oleh dosennya, walaupun hanya telat 1 menit. Gara-gara di kost-an nya terjadi perang dunia ke-3 untuk memperebutkan kekuasaan kamar mandi. Entah kenapa semua penghuni kost hari ini mendapat kelas yang super pagi. Sial.

Untungnya, saat Echa sudah berhasil menyelinap masuk, ternyata dosennya itu belum datang. Selamatlah riwayatnya sebagai mahasiswa teladan.

"Eh, liat gais, ada teletabis kesiangan tuh" teriak Ferdi yang melihat kearah pintu, terdapat Echa yang tengah bernafas lega.

"Bukan teletabis lagi namanya Fer, tapi TELAT ABISSS" celetuk Reza yang langsung diwarnai tawa riuh seluruh penghuni kelas.

"Telat abis baru nyuci kostum buntet nya yaaa" sembur Ferdi terbahak.

"Diem lo FERGUSO, kek yang gak pernah kesiangan aja lo" balas Echa nyolot. "Masih mending gue selamat, gak disuruh ngulang semester lagi, kayak..kayak siapa ya lupa euy" sindir Echa sebal kepada orang yang telah mempermalukannya di depan kelas.

Ya, sindiran itu untuk si ferguso. Ferdian Gustav Sobari. Entah ide buruk siapa yang menyimpulkan namanya. Eh, ralat. Ide bagus malah. Yang jelas teman-temanya merasa puas si pemilik nama bisa menjadi bahan bulan-bulanan. Teman laknat memang. Kekonyolannya pun bersekongkol sebelas duabelas dengan Reza. Apalagi kebiasaannya yang sering kepergok kesiangan. Tak heran dia mendapat bonus tambahan dari pihak kampus, bonus mengulang semester diakhir nanti. Sungguh malang.

"Nye nye nye, bodoamat gue nggak denger" ujar Ferdi sambil menutup telinganya pura-pura tuli.

Malas meladeni orang ogeb, Echa beranjak ke kursinya. Disana terlihat Zea dan Rosa sedang berbincang.

"Eh, kejuuu, kamu téh kunaon baru dateng?" tanya Zea heboh.

"Kan katanya dia abis nyuci baju buntetnya teletubis yang telatabis, Zey" celetuk Rosa dengan polosnya.

"Wah kamu jadi badut teletabis ya? Aku yah yang jadi tingkywingky-nya" sembur Zea tambah ngaco. "Eehh berpelukan dulu dong, BERPELUKAAAN" Zea merentangkan tangannya dan mengapit kepala kedua sahabatnya yang tampak kehabisan napas sekaligus engap mencium bau ketiaknya Zea.

"Aduh ini si jagung kenapa pake acara drama-drama gini sih, tambah ngaco deh" batin Echa kesal.

"Woy, Brondong, lepasiiin. Engap nih kita cium bau ketek lo" teriak Echa geram.

"Hah, emang ketiak aku téh bau ya?" Zea melepaskan rangkulannya dan segera mencium bau ketiaknya sendiri. "Oh iya lupa, kan aku téh jarang pake deodoran, hehe" cengir Zea cengengesan.

"HOEK,HOEK"

"UHUK,UHUK"

"Aduh Zey, lo jorok banget sih" komentar Echa pura-pura ingin muntah.

"Tau ih, jadi cewek ga ada feminim-feminimnya, kalo gitu mah mana ada yang mau sama lo" ujar Rosa mengelap bekas hapitan ketiak Zea dilehernya dengan tisu.

"Bodo amat, yang penting geulis" ucap Zea sambil mengibaskan rambutnya. Ganjen.

Sebelum Echa membuka mulut untuk meralat ucapan Zea, tiba-tiba..

"Kamu téh emang geulis, Zey" ucap seseorang di belakang mereka, yang ternyata itu Reza. Kalimatnya terdengar menggantung, namun disertai senyuman mencuat, membuat kaum hawa menjadi kepincut.

Mendadak atmosfer hati Echa diselimuti hawa sepanas titik didih termometer reamur. Panas sekali. Baru pertama kali Echa mendengar Reza memuji seseorang, keluar dari mulutnya langsung, tanpa candaan, dan naasnya itu bukan untuk Echa.

Impossible PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang