08 | PERIHAL FOTO

73 36 23
                                    

"Dia memang bisu, tak mampu bicara. Tapi dia pun manusia yang harus diperlakukan sama sebagaimana mestinya."
-Aresha.M

~🍁🍁🍁~

Kedua mata Echa membeliak saat ia telah tiba di dekat gudang selatan. Ia melihat pemandangan yang membuat kaki Echa gatal ingin segera menendang tulang kering si penindas itu saat ini juga. Tanpa ba-bi-bu Echa langsung berlari mendekat. Memang, keberanian Echa patut di acungi jempol kaki.

Saat itu juga, Bumi akan melayangkan kepalan tangannya sebelum ia mendengar suara seseorang yang berlari mendekat.

"KALIAN STOP!"

Bumi langsung mengurungkan niatnya, ia tahu betul siapa pemilik suara itu. Membuat tangannya kembali turun lalu kabur begitu saja sebelum Echa melihatnya.

"Mampus gue. Ternyata si Echa datang. Mau di taro dimana muka gue setelah ini?!" Batin Bumi sambil berlari.

"Woy lo jangan kabur!"

Sedangkan Deriz yang mendengar suara itu datang, hatinya sedikit lega dan menghangat. Ia tersenyum sangat tipis sampai tidak ada yang menyadari.

Echa berhenti tepat disamping Deriz, ia menepuk pundak orang yang ada disampingnya itu, "Deriz, lo nggak kenapa-napa, kan?" tanya Echa memastikan. Deriz hanya tersenyum dan menggeleng sebagai jawaban.

Prok, prok, prok..

"Bagus, bagus ya"

Echa menoleh dan mendapati ketua BEM yang bertepuk tangan sarkas dengan senyuman sinis.

"Hebat ya, the hero in here" Langit terkekeh sambil mendekat dihadapan Echa dan Deriz.

"Langsung datang, ketika dibutuhkan" Langit menatap keduanya, "Yang ditolongin udah seneng ya, bund" lanjut Langit menyindir.

"APA?!" tangkas Echa menggebu-gebu.

"KENAPA EMANG? GUE NOLONG SALAH? TERUS KALAU GUE DIEMIN JUGA SALAH KAN?"

"KALIAN YANG SALAH. PERWAKILAN MAHASISWA MACAM APA KALIAN?!" lanjut Echa sambil menunjuk semua anggota BEM yang ada didepannya.

Ia benar-benar sudah muak dengan perlakuan senior-senior disini. Tapi, akankah Echa bisa melaporkan kejadian ini ke pihak berwajib? Tentu tidak akan bisa. Terlebih lagi, lapor melapor adalah tugas BEM. Sementara BEM disini sebagai pelakunya. Itu akan jauh lebih sulit.

"Heh, lo nggak tau lagi ngadepin siapa?!" ucap Langit berkacak pinggang.

"Siapa? Gue gak takut. Mau lo ketua BEM kek, anak dosen kek, bahkan anak rektorat pun nggak ada pantes-pantesnya ngelakuin hal bodoh kayak gini" tantang Echa tak kalah sengit.

"JUNIOR SIALAN!"

"Lo ngaca dong dek, dek. Lo ngapain sih harus capek-capek bela-in si bisu ini. Ini bukan urusan lo!" lanjut Langit yang masih tak habis pikir dengan tindakan so'heroik junior yang satu ini.

Apa cuma Echa yang mempunyai jalan pikiran yang rumit dikampus ini? Sampai orang-orang hanya mempunyai jalan pikiran lurus saja.

"Dia memang bisu, tidak bisa bicara. Tapi dia juga manusia yang berhak diperlakukan sebagaimana mestinya" jelas Echa tegas, membuat langit yang ada dihadapannya bungkam.

Termasuk teman-temanya pun ikut menunduk. Mungkin mereka merasa malu dan tertampar atas benarnya ucapan Echa tadi. Ucapan Echa benar-benar membius, membuat orang lain skakmatt. Jika Echa ikut lomba debat, sudah dipastikan ia akan menjadi the real champion-nya.

Impossible PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang