05 | MULAI PAHAM

133 42 14
                                    

"Cuma bisa diam tak sanggup membantah,
Cuma bisa mendengar tak sanggup berbicara,
Cuma bisa menerima tak sanggup melawan."

~🍁🍁🍁~

Echa memelankan langkahnya ketika melihat seseorang yang dicarinya sedang duduk menunduk di salahsatu bangku tak jauh darinya. Ia perlahan mendekati seseorang itu, sampai kakinya berhenti pada satu meter dari samping bangku tersebut.

"Deriz.."

Echa mencoba membuka obrolan, tetapi Deriz tetap menunduk. Entah apa yang sedang dia pikirkan, dilihat dari raut mukanya tampak sedang bersedih.

 Entah apa yang sedang dia pikirkan, dilihat dari raut mukanya tampak sedang bersedih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ampun dah, deriz. Lagi sedih aja cakep. Cool plus manis lagi. Ngingetin gue ke es teh manis, deh. Argh, kan jadi haus, kan.

Echa perlahan mendekat, dan duduk disamping Deriz. Dan, ke-awkward-an pun terjadi.

Echa menoleh, "Der--".

Belum juga belum, Deriz sudah menoleh. Membuat Echa kaget dan langsung mengalihkan pandangannya. Sementara Deriz menundukkan kepalanya lagi.

Echa perlahan kembali menoleh ke arah samping. Ia ikut sedih melihat Deriz seperti itu. Entah apa yang merasuki hati beku Echa sampai dibuat meleleh seperti ini.

"Deriz.."

Echa mulai memanggil lagi. Dan si pemilik nama tidak merespon apapun. Sekali lagi, kali ini Echa menepuk pundak Deriz.

Si pemilik pundak akhirnya menoleh, sambil mengangkat alisnya sebelah menyiratkan 'ada apa'.

"Lo kenapa? Kok sedih?" tanya Echa.

"Harusnya seneng dong tadi lo gue tolongin" tambah Echa sekali lagi. Kepedean banget tuh kalimat.

Deriz menggeleng. Menandakan bahwa dirinya sedang baik-baik saja. Itu jelas merupakan KEBOHONGAN PUBLIK.
Jangan dipercaya.

Echa menghela nafas. Bersiap mengeluarkan jurusnya. Yap, jurus membacoti lawan.

"Lo kenapa sih tadi main kabur aja. Bukannya makasih kek, syukur udah dibantuin. Eh, malah ninggalin gitu aja. Gada akhlak lo!" desis Echa kesal, membuat unek-uneknya yang ditahan dari tadi meledak dari mulut pedasnya. Lupa kalau orang yang dihadapannya ini sedang bersedih. Bukannya dihibur, malah bikin orang tadi mungkin kabur.

"Woy, jawab dong!" ucap Echa ngegas.

Karena tak kunjung mendapat jawaban Echa hendak berdiri, sebelum sesuatu terlintas dibenaknya ia duduk kembali. Ia gugup untuk menanyakan hal ini, tapi mungkin ini akan membuat Deriz bercerita padanya.

Impossible PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang