Hanya manusia biasa, yang tidak bisa berkata. Dan hanya manusia biasa, yang sudah biasa di caci maki.
-Deriz.A~🍁🍁🍁~
"AYO CEPAT!"
Kali ini bukan Kelvin yang datang, melainkan sekumpulan anak BEM yang memiliki wajah tegas dan sangar. Deriz yang sudah terbiasa ia berdiri dan mengikuti mereka dengan wajah datarnya.
Sedangkan Echa yang sudah berwajah gelisah ingin segera menyusul Deriz dan menolongnya. Tapi ia harus mencari alibi untuk pergi dari teman-temannya ini.
"E-eh..emmm, gue..gue mau ke toilet dulu bentar, ya" ucap Echa lalu bergegas berlari keluar dari kantin tanpa persetujuan mereka.
"Eh, Cha---"
Reza berteriak tapi tertahan karena Echa pasti sudah tidak mendengarnya.
"Lah, si Echa mempersulit diri deh. Padahal dikantin juga kan ada toilet" ujar Rosa curiga.
"Iya ya, mungkin aja dia mau sekalian latihan running kali" jawab Zea tak mau ambil pusing.
"Rez, btw yang tadi dipanggil anak-anak BEM itu si anak bisu yang sering dibully bukan sih?" tanya Ferdi.
Reza yang mendengar pertanyaan itu tatapannya berubah dingin, "Iya" jawabnya singkat.
"Tampangnya sih lumayan ya, tapi masih dengan prinsip 'aku dan kau jelekkan kau'. Ga ada yang bisa menyaingi tampangnya Ferguso wahahaha," tawa Ferdi dramatis yang dihadiahi pukulan maut Zea.
"Kepedean kamu ketinggan, Fer. Ntar kalo ga nyampe jatohnya sakit."
"Diem lu!"
"Eh siapa sih namanya téh, Rez?" lanjut Ferdi bertanya.
"Deriz" Reza menjawabnya masih dengan tatapan dingin.
"Ah iya, Deriz. Kok gue ngerasa familier ya sama namanya, kayak yang pernah diomongin bokap lo pas gue dirumah sakit," Ferdi terlihat sedang mengingat, "Emang ada hubungan apa dia sama keluarga, lo?" lanjut Ferdi yang kepo akut.
"Dia ternyata..anak dari perempuan yang telah menghancurkan keluargaku"
Perempuan? "Oohh, tante yang sering gue liat ada dirumah lo akhir-akhir ini ya?"
Kali ini Reza tidak menjawabnya. Hatinya tidak kuat lagi teriris jika sudah mengobrolkan keluarganya.
"Tapi kasihan juga si bisu itu, dia pasti kesusahan buat ngadepin senior-senior galak" ucap Ferdi mensyukuri bahwa dia masih diciptakan dengan sempurna.
"Ya bagus dong, biar aku téh jadi nggak usah bales dendam" jawab Reza skeptis.
"Kalian daritadi ngomongin apa sih?" tanya Zea yang sudah gabut memainkan ponselnya, begitupun Rosa.
"Nggak, kita tadi abis gosipin anak cewek yang bau ketek" cibir Ferdi menyindir.
Rosa yang mendengar itu menahan tawanya ketika ia melihat wajah Zea yang langsung pucat.
Zea yang merasa salah tingkah, matanya tertuju pada Es teh milik Echa yang masih setengah, "Cha, buat gue yaaa," ia langsung mengambil gelas Echa sembarangan, "Iya Zey, buat lo aja" lanjut Zea menjawab sendiri.
Saat ia hendak menyeruput Eh teh itu, tangan Reza menyambar gelas Echa cepat.
"Eits, tidak akan kuserahkan pada kampret yang durhaka."
~🍁🍁🍁~
Sekumpulan senior BEM itu membawa Deriz ke dekat gudang yang cukup sepi. Deriz melihat disana sudah ada beberapa senior BEM juga yang menunggu. Termasuk ketua BEM pun ikut ada disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Impossible Perfect
Teen Fiction"Di dunia ini, makhluk hidup tidak mungkin ada yang sempurna Riz, semuanya punya kekurangan." -Echa Tentu, ini bukan kisah tentang bad boy, bad girl, good boy, good girl yang tiba-tiba bertemu dan berujung dipersatukan. BUKAN. Melainkan, ini kisah t...