Chapter Dua Belas | Menjauh Dari Ayah

1.1K 94 28
                                    

Selamat datang di chapter dua belas.

Silakan tonton Trailer yang sudah tersedia diatas.

Playlist | isi sendiri sesuai hati kalian, hehe.

-

- BAGIAN DUA BELAS -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- BAGIAN DUA BELAS -


Biarkan aku berpikir sejenak. Berpikir bagaimana baiknya aku dan kau. Tentang 'KITA'. Tentang bagaimana kenyamanan untuk diri kita masing-masing.
Jadi, berilah jeda. Beri waktu.

- CAKRA NURAGA PANGESTU -


Aqilla tetap mengurung dirinya di kamar setelah pulang sekolah. Tidak makan dan tidak minum. Hari berganti malam, Erlan berkali-kali mengetuk pintu kamarnya, memanggil Aqilla, tetapi, Aqilla tak menjawab panggilan itu.

Dari lantai 1, Erlan membuka kontak di layar ponselnya, mengetikkan huruf 'D' disana. Lalu, menghubunginya.

Setelah panggilan itu berakhir, Erlan kembali menuju ke ruangan sofa. Membutuhkan waktu 15 menit, suara motor terparkir di halaman rumah Aqilla dan mengetuk pintu rumah itu.

"Assalamualaikum."

Mendengar suara itu, Erlan beranjak dari sofanya menuju pintu. Saat membuka pintu itu, Erlan tersenyum. Mendapati seorang pria berbadan normal ini dihadapannya.

"Masuk, No." sambut nya.

Delano sudah ada dirumah ini. Disambut dengan sapaan hangat dari Erlan, ayah Aqilla. Delano duduk disofa bersama Erlan.

"Ada apa, Om?" tanya Delano.

Erlan menggeleng berat. Terasa seperti ada penyesalan di dalam dirinya, "Kemarin malam, untuk pertama kalinya saya bertengkar dengan Aqilla. Saya hampir menampar Aqilla, Anak saya sendiri," kemudian ia melepaskan kacamatanya diletak diatas meja ini, "Aqilla tidak suka jika saya menikah lagi. Membuat emosi saya tidak terkendali. Dari tadi pagi, dia tidak menyapa saya. Tidak sarapan, dan tidak pamit pada saya. Bahkan, sepulang sekolah, dia tidak keluar dari kamar, dan tidak ada makan. Saya khawatir. Bisa kamu membujuk Aqilla?"

Delano berpikir kembali. Pantas saja Aqilla sikapnya seharian ini berubah. Di sekolah, Aqilla tampak lesu dan tak bersemangat. Jadi ini penyebabnya. Keluarganya sedang tidak baik-baik saja.

Delano menghela nafas nya dengan ringan, lalu tersenyum, "Saya tidak bisa memberi Om saran, karena bagaimanapun juga, status saya masih seorang anak. Wajar saja jika saya bersikap layaknya apa yang dirasakan dengan Aqilla, karena status kami sama. Aqilla hanya butuh waktu, Om. Sebagai seorang anak, wajar saja Aqilla tidak ingin Om berbagi hati dengan wanita manapun, ia tetap ingin ayahnya akan menjadi seorang ayah sekaligus ibu untuknya. Jadi wajar saja Aqilla shock. "

CAKRAWALA dan Aqilla (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang