Chapter 57 | Berakhir dan TAMAT.

592 41 12
                                    

Halo? Masih nungguin untuk cerita ini update ya? Maaf ya udah menggantungkan Cakrawala kalian selama hampir 2 minggu.

Selamat membaca.

Playlist | Pura-pura Lupa - Mahen.

- BAGIAN LIMA PULUH TUJUH -

Walaupun aku sudah melupakanmu, walaupun aku sudah tertawa dan bahagia sekarang, percayalah. Aku tidak bisa mencintai orang lain itu sebaik aku mencintaimu dulu.

***

Semua telah usai.

Perjalanan hidup seorang Cakra beserta teman-temannya usai di titik ini.

Mereka harus melanjutkan kehidupannya masing-masing. Delano yang akan bersama Aqilla lagi di satu kampus yang sama yaitu di Bandung, Bunga yang akan kuliah di Yogyakarta, Surya yang akan kuliah di Jerman, Cakra yang akhirnya memutuskan untuk kuliah di Prancis.

Semuanya terpisah. Apalagi Jagat. Ia lebih memilih untuk bekerja sebagai barista di salah satu kafe yang lumayan cukup besar di daerah Jakarta Pusat. Tepatnya untuk membiayai kehidupannya sehari-hari sebagai tulang punggung keluarga.

Sebelum semuanya terpisah, mereka semua memutuskan menginap di rumah Surya yang lumayan cukup gede bak istana. Namanya anak sultan ya.

"KOPI ANGET! KOPI ANGET! KOPI ANGET! UNTUK MENEMANI MALAM TERAKHIR KITA INI SEBELUM SEMUANYA BERPISAH!" teriak Jagat mengelilingi Cakra CS yang sedang duduk selonjoran di halaman rumah Surya.

"Lo nawarin kopi tapi lo cuma buat satu! Gimana sih?!" protes Bunga yang duduk di samping Aqilla.

"Tau nih," timpal Surya.

Jagat terkekeh lalu duduk di sebelah Delano. Mereka duduk melingkar, ada Cakra, Delano, Jagat, Surya, Bunga dan juga Aqilla. Semuanya mengelilingi dekat api unggun yang ukurannya tidak terlalu besar. Cukup untuk menghangatkan tubuh mereka saja.

"Enggak nyangka ya, cerita kita bakalan habis sampai disini," ujar Delano menatap ke arah langit.

"Tapi dunia oren mau cerita kita lanjut!" seru Jagat.

"Ribet lo semua. Liat kedepannya aja," ketus Surya.

Mata Jagat terpusat ke arah Aqilla yang sedari tadi tak berhenti menatap Cakra yang melirik ke arah api di depannya. Seperti cinta bertepuk sebelah tangan.

"Ekhem! Kalau kangen Cakra ya tinggal bilang aja kali, Qil," goda Jagat.

Cakra yang merasa terpanggil pun menatap gadis itu pula. Ternyata benar, Aqilla langsung memalingkan wajahnya ke sembarangan arah. "Cewek ya gitu, gengsinya ketinggian," sindir Cakra.

"Dih, merasa diliatin banget, sih!" celoteh Aqilla.

"Udah ketahuan masih juga ngelak."

"Ap-apaan, sih. Biasa aja dong, aku kan juga punya mata. Ya terserah aku mau liat apapun," elak Aqilla dengan gugup.

"Udah-udah, berantem mulu. Entar balikan loh," papar Bunga dengan wajah jahilnya.

CAKRAWALA dan Aqilla (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang