Chapter Tiga Puluh Lima | Derita Kembaran Cakra

737 58 85
                                    

Selamat hari Minggu untuk kalian yang masih setia menunggu.

Entah itu nunggu doinya peka, atau nunggu cerita ini segera cepat up HEHEHE.

Dan selamat membaca bagi yang baru saja bergabung di cerita ini. Mana tau ada yang langsung skip ya, kan? Tapi, mohon hargai authornya ya:( Jangan skip-skip part nya, nanti kamu kebingungan sendiri gimana alur sebelumnya. 🙏🏻

Oh iya sebelum melanjutkan membaca, kamu mau nanya apa aja nih? Jangan sungkan-sungkan, aku jawab kok!

Oke? Selamat membaca.

- BAGIAN TIGA PULUH LIMA -

Takdir memang sudah di atur oleh Tuhan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Takdir memang sudah di atur oleh Tuhan. Jadi, terima saja nasib yang telah Tuhan berikan untukmu sekarang.

***

Pria berbadan tegap tengah berdiri dari sebalik kaca yang berada di lantai 21 ini. Menatap indahnya negeri Singapura.

Sebenarnya bosan, menatap pemandangan ini tiap kali ia bangun pagi. Ya, mau gimana lagi, semenjak kejadian kecelakaan 12 tahun yang lalu, membuat ia harus segera dilarikan ke negeri seberang.

Di tambah, mentalnya kini menurun, membuat ia seperti orang yang kehilangan akan kewarasannya. Sebab, beberapa kali ia ingin pulang ke tanah air, namun kehadirannya di tolak oleh sang ayah, membuat ia berasumsi bahwa kehadirannya tak diinginkan di keluarga itu.

Itulah mengapa Adrian tak ingin Wala kembali di Indonesia. Alasannya karena takut jika teman-teman perusahaan Adrian mengetahui keberadaan Wala, maka akan di jauhi serta membatalkan kerja sama dan membuat kebangkrutan bagi perusahaan yang kini sedang ia jalani.

Sangat labil.

Pria ini menoleh kebelakang saat mendapati seorang wanita berumur 40-an sedang berjalan kearahnya.

"Good morning, Sayang," sapa perempuan bernama Nada ini.

"Morning, Mom," balasnya.

"Gimana keadaan kamu? Udah membaik?"

Cowok ini mengangguk. "Lumayan."

"Kamu udah sarapan belum? Tadi Mama udah masakin kamu masakan Indonesia, kamu kangen nggak?" tanya Nada saat ia mengeluarkan rantang-rantang berukuran sedang di atas meja makan khusus di kamar ini.

"Mau sampai kapan Mama kurung aku disini, heuh?"

Deg!

CAKRAWALA dan Aqilla (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang