Part 16 ^KUIS^

711 69 8
                                    

Pagi ini sangat cerah membuat siapa saja bersemangat menjalani aktivitas dipagi hari namun tidak bagi Senja.

Semalaman dia tidak bisa tidur karena memikirkan ucapan dokter tentang penyakitnya, dia ingin bertahan hidup tapi apa ada yang masih peduli dengannya? Sedangkan Ayah dan Fajar adalah alasan dia untuk tetap hidup tapi keduanya seakan tak menginginkannya.

Seperti biasa Senja berangkat kesekolah menggunakan sepeda kesayangan pemberian almarhumah Bundanya.

Bunda?

Senja kangen Bunda:(

Angin dipagi hari bercampur dengan mentari yang sangat menyorot membuat siapa saja merasa hangat saat menerpa kulit.

Tiga puluh menit berlalu, kini Senja sedang berjalan di koridor sekolah dengan wajah lesu.

"Dorrr" ucap Raina menepuk pundak Senja.

"Ko lo gak kaget sih" gerutu Raina.

"Astoge gue kaget" ucap Senja dengan wajah datarnya.

Raina mencebikan bibirnya, sahabat nya ini selalu tertutup dengannya jika ada masalah dia tidak cerita. Lantas apa Raina masih disebut sahabat?

"Lo kenapa sih, masih pagi ko udah galau" ucap Raina saat duduk dibangku.

Keduanya sudah berada di kelas.

"Gak papa"

"Cerita dong sama gue, kali aja gue bisa bantu lo"

"Gue gak mau sahabat gue ngerasain apa yang gue rasain, ini sangat perih Rain"

"Bukannya itu tugas sahabat yah, merasakan suka maupun duka bersama sama"

"Gue sayang lo, jadi gue gak mau biarin lo kepikiran"

"Yaudah kalo itu mau lo, tapi kalo lo mau cerita dan butuh bantuan jangan sungkan buat dateng ke gue oke"

Senja mengangguk dan memeluk Raina.

***

Bel berbunyi nyaring menandakan jam pelajaran dimulai. Saat ini di kelas Fajar, sedang mengadakan kuis untuk pertambahan nilai.

"Baiklah saya akan mengadakan kuis alias tebak tebakan yang akan membuat mata kalian fresh" ucap Pa Diding yang mempunyai kepala botak.

"Kalo mata mau fresh mah di cuci pak"

"Disikat juga biar kinclong"

"Bisa buta mata kamu"

"Biarin dong, kaya cinta saya ke Lala tak terlihat" ucap Bian si ketua kelas.

Lala yang namanya dipanggil pun langsung melotot tajam.

"Buah berry buah apel" ucap Lala berpantun.

"Cakeeeeep"

"Sorry ga level"

"Bhahaha bjirrr, cinta ditolak bah dukun bertindak" ucap Gavin.

"Buah pepaya buah sirsak" ucap Pa Diding mengikuti.

"Cakeeeep pak"

"Sama saya mau gak?" ucap Pa Diding genit dengan menyisir kepalanya yang tidak ada rambut sehelai pun.

"Hahaha bapak ngapain nyisir, orang kepala bapak botak ko" ucap Rangga yang tertawa terpingkal pingkal.

Murid yang lainnya ikut tertawa sampai ada yang mengeluarkan air mata karena sungguh terharunya.

"Sudah, Diam. Saya akan mulai kuis nya, barang siapa yang bisa menjawab angkat kaki"

"Siaaaap pak"

Takdir Senja  ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang