Part 12 ^PINGSAN^

813 77 5
                                    

Tak terasa setelah berjam jam mendengarkan dan memperhatikan guru yang sedang mengajar, bel pulang pun berbunyi nyaring. Semuanya bersorak senang, mereka sudah lelah dengan otak nya.

Senja dan Raina berjalan beriringan keluar gerbang sambil bercanda gurau, lebih tepatnya Rain terus saja nyerocos menceritakan ke alayan dirinya dan Rangga.

"My future wife Rain tungguin abang" Rangga berlari menghamipiri diikuti dengan Gavin dan Fajar.

"Iya aku tungguin ko, masa my future husband aku tinggalin. Nanti kita ga nikah terus kita gapunya debay yang imut kaya aku dan lucu kaya kamu"

"Idih najissssss, ketularan lebay dari si Serangga pemangsa manusia lo"

"Iri bilang bos blee" Rain menjulurkan lidahnya.

"Rain pulang bareng abang yuk?" Rangga datang merangkul Raina.

"Yaudah Senja gue balik duluan yah byeee"

"Jingga" hendak ingin melangkah namun tangan Senja lebih dulu ditahan oleh Fajar.

"Pulang bareng gue mau?"

"Gak"

"Gaada penolakan!" penuh penekanan.

"Lo bukan siapa siapa di hidup gue, jadi lo gausah ngatur ngatur" ucap nya sarkatis.

"Gue minta ma-"

"Lo ga salah Jar, disini gue yang terlalu berharap sama lo yang jelas jelas lo cuman KASIHAN sama gue" Senja meninggalkan Gavin dan Fajar.

***

Seorang gadis tengah berada disebuah toko bunga, siapa lagi kalo bukan Senja. Sepulang sekolah tadi dia langsung pergi ke toko untuk berkerja.

"Akkhh" rasa sakit dikepalanya kembali menjalar.

"Senja kamu kenapa, sakit nak?"

"Aku gak papa ko" jawab Senja berbohong, sakit dikepalanya semakin menjadi jadi.

Senja hampir saja ambruk kalo saja ibu pemilik toko itu tidak menahannya.

"Yaampun Senja sini duduk dulu"

"Kepala kamu sakit?" tanya ibu pemilik toko.

Senja mengangguk lemah.

"Yaudah kamu hari ini jangan dulu mengantar bunga, mending kamu istirahat dulu yah"

"Tapi-. Yaudah aku pamit pulang dulu yah"

"Kamu kuat nak?"

Senja mengangguk dan langsung menggoes sepedanya dengan pelan, sakit dikepalanya masih saja belum hilang apalagi matahari disore ini sangat menyorot, dia lupa jika harus pergi kedokter untuk kemoterapi tapi di dia dapat uang darimana untuk pengobatan.

Setelah beberapa menit dipernalanan, akhirnya Senja sampai dirumahnya, dengan keadaan lemas dia berjalan tertatih sambil kedua tangannya memegangi kepala.

Dia berjalan menuju kamarnya, saat dilihat tidak ada siapa siapa dirumah ini, Senja mengambil obat yang diberi dokter Mala di laci untuk meringankan sakit.

"Gue dapet uang dari mana buat kemoterapi, uang tabungan ga cukup kemaren abis bayar SPP" keluhnya.

"Kalo gue minta sama Ayah, gue gak mau dia khawatir"

Senja membaringkan tubuh nya dikasur, biarlah nanti semuanya dia pikirkan untuk kemoterapi. Saat ini dia hanya ingin istirahat agar rasa sakit ini kian berkurang.

***

Pagi ini Senja masih berbaring dikasur, padahal jam sudah menunjukan jam 07.30 itu artinya dia telat sekolah tiga puluh menit.

Takdir Senja  ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang