TOKYO, Jepang pukul 09.00 Pagi.
Gadis itu meregangkan tubuhnya, sudah lima hari sejak kepulangannya dari Brazil. Yui masih disana menikmati liburan dan saat kemarin perempuan itu mengirim email dengan gambar dirinya dan pria serta caption bertuliskan 'Lihat! Aku mendapatkan kekasih! #koreanpeople' Dan [Full name] hanya terkekeh.
Ah benar, sesaat setelah kepulangannya dari menonton Olimpiade ia bertemu dengan pemuda dengan surai jeruk mengejutkannya lagi ia dan Kageyama adalah sahabat karibnya.
Banyak beranggapan bahwa dunia itu sempit sepertinya memang benar?
Hinata Shoyou- saat itu sedang bermain voli pantai malam dan [Name] yang tidak sengaja mengeluarkan jersey timnas Jepang langsung diteriaki "Apakah kau penggemarnya Kageyama?!!!"
Cukup membuatnya terkejut saat ada pemuda yang berteriak seperti itu, padahal ia hanya ingi membereskan isi tasnya "Um bukan. Sebenarnya temanku mengajakku menonton olimpiade tadi."
"Kau menontonnya?!!! Wow!!"
Ia mengerjapkan matanya, mengambil duduk pada kedai malam yang masih buka diikuti oleh pemuda dengan surai jeruk itu "Iyah, aku tidak tertarik sih. Tapi yah temanku memaksa. Etto-"
"Hinata Shouyou yoroshiku."
"[Full name] yoroshiku mo Hinata-kun."
Hinata tersenyum "Hinata saja, jadi bagaimana penampilan Kageyama?"
"Apa kau mengenalnya Hinata?"
Ia mengangguk, netra [Name] melirik wajah pemuda itu yang dipenuhi peluh. Serta lengannya yang masih terlihat sedikit sisa pasir. Mendesah lelah [Name] mengambil botol jus dan memberikannya "Minum dengan perlahan, aku tidak mau jantungmu kaget karena air yang dingin."
"Ehh! Memangnya iya?!"
"Lihat saja di artikel. Jika kita habis olahraga tidak boleh minum air dingin."
[Name] memanggang roti dan telur mata sapi, seperti biasa rutinitasnya setiap pagi. Sesekali gadis itu bersenandung, teringat kejadiannya bertemu dengan Kageyama terus memutar dalam otaknya.
"Ah. Aku melupakan tugas akhir yang belum dikerjakan." Buru-buru ia mematikan kompor dan menaruh roti pada piring. Dia bukan orang serba punya, hanya saja jika orang tuanya mengirimkan uang bulanan padanya, mungkin ia akan membeli pemanggang roti nanti. Tapi untuk sekarang, ia hanya bisa memanggang dengan teflon.
Membuka laptopnya, sesekali ia mengigit roti dengan isian keju dan susu itu. Setelah menyambungkan hotspot pada laptopnya ia membuka aplikasi Youtube disana, yah gadis itu memang suka mendengarkan lagu selagi jarinya mengetik tugas akhir. Karena berfikir karena otak membutuhkan refreshing, jadi pilihannga memutar musik.
Sepuluh menit fokusnya digoyahkan oleh notif ponselnya, seraya menggerutu dan ingin mensumpah serapahi siapa yang mengganggu dirinya. Sedetik kemudian setelah ia melihat pop up sosial media jantungnya berdebar dengan pupil yang melebar. Nama Kageyama Tobio terpampang pada layar.
Tunggu, ia harus mencubit dirinya sendiri. Siapa tahu ia tertidur. Atau siapa tahu saat ia mendapatkan pertukaran pelajar juga ia sedang tertidur, namun saat ia mencubit pipinya yang ada bibir itu mengaduh sakit.
Kageyama terdiam pada pinggir kasurnya, mengusak surai hitamnya kasar merasa bodoh akan dirinya yang sekarang kala suara ponselnya berbunyi tangannya meraih cepat benda persegi panjang itu menemukan bahwa gadis inilah yang membuat pikirannya bercokol.
Menghembuskan nafasnya agar menetralkan detak jantungnya Kageyama menyentuh icon panggilan, ia ragu namun hatinya terus menyuruhnya seperti ini.
"Halo?" Suara gadis diseberang sana menyapa telinganya. Terhitung sepuluh hari sejak kepulangannya dari Rio, Kageyama menyadadi bahwa otaknya terus memutar kejadian dimana dirinya bertemu dengan sang gadis.
"Ini aku Kageyama."
Kekehan meluncur halus pada speaker telfonnya, Kageyama membasahi bibirnya gugup "Aku tahu. Bagaimana kau bisa menemukan akun ku?"
Netra biru gelapnya melirik jendela apartemen yang ia tempati, terdapat salju yang jatuh disana "Cukup mudah. Namamu sangat jelas pada bio."
Ada yang membuat gadis itu bertanya dalam pikirannya, ia memutar kursinya menghadap dinding kamar. Netranya menangkap kaus jersey merah dengan nomor punggung 20 menggantung apik pada dinding (sengaja, karena untuk pajangan) Tak lupa coretan tanda tangan yang Kageyama berikan masih disana.
"Jadi kau membuat akun social media?" Pertanyaan itu terlontar.
Pemuda itu menggumam kecil, mengusap tengkuknya "Ya, bisa dibilang seperti itu. Aku hanya membuatnya untuk menemukanmu."
Kageyama memakai hoodie berwarna navy, memakak topi hitam serta celana jeans. Ia keluar dan mengunci pintu apartemennya, saat itu pula tumpukan salju menyambut mata biru gelapnya.
Tokyo, Jepang Pukul 21.00 Malam.
Langkah kakinya menuju sebuah tempat, yang tidak cukup jauh dari apartemennya. Lampu trotoar jalan menemani tubuhnya yang terbalut dalam mantel tebal, menyembunyikan setengah wajahnya pada lipatan syal leher.
Memasukkan kedua tangan pasa saku mantel, langkahnya mendekati bangku taman. Jam yang melingkar pada pergelangan tangan menunjukkan waktu 21.30.
Tiga puluh menit ia berjalan dari apartemen menuju kemari, bahkan ia baru menyadari bahwa ada taman di sekitar sini. Astaga, salahkan tugas akhir yang menumpuk hingga gadis itu terlihat seperti vampire yang tak pernah keluar kecuali jam kuliah. Sisanya ia akan pulang dan mengerjakan tumpukan buku tebal.
"Sudah lama?" Tepukan kecil pada pundaknya membuat ia menoleh menemukan sosok tinggi yang memakai hoodie serta masker. Sedetik kemudian pemuda tersebut menurunkan maskernya pada bawah dagu. Terpampang jelas kini sang Setter "Kageyama Tobio."[]
━━━━━━━━━━━━━━━━━
Ukiyo, Aug 13th 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐅𝐔𝐘𝐔𝐍𝐎𝐇𝐀𝐍𝐀𝐒𝐇𝐈
Fanfiction˚ ༘♡ ⋆。˚ 𝒌𝒂𝒈𝒆𝒚𝒂𝒎𝒂 𝒕𝒐𝒃𝒊𝒐 ↳completed. ❝tolong katakan padaku bagaimana aku harus menutup pintu hati ini?❞ Based anime song Given °Fuyunohanashi° ©𝐮𝐤𝐢𝐲𝐨. 𝐄𝐬𝐭 : 2020/08/11 ©𝖬𝖾𝖽𝗂𝖺/𝖿𝖺𝗇𝖺𝗋𝗍�...