༄Dai Shi Fuyu

540 92 3
                                    

BOLA voli melambung, kedua tangannya sudah siap untuk memberikan toss pada rekannya "Kalau begitu, ayo. Aku juga ingin mengenal banyak tentangmu Kageyama Tobio."

Kageyama mengelap peluhnya yang menurun pada dagunya menggunakan kaus putih yang ia kenakan "Toss, yang bagus Tobio." Hirugami mengacungkan jempolnya, memberi apresiasi pada anggota termuda.

"Osu."

Hoshiumi menghampiri dengan dua botol isotonik pada tangan. Satu untuknya dan satu untuk setter Schweiden Adlers itu "Arigatou Hoshiumi-san."

"Sepertinya kau sedang senang ada apa?" Tanya Hoshiumi mendudukan dirinya disamping Kageyama. Alisnya menaut, sedikit bingung karena pemuda bersurai putih menebak apa yang dipikirkan, namun tak disalahkan juga karena–memang benar.

Mengingat kemarin gadis itu membuatkannya makan dan datang ke apartemennya, membuat si pemuda kelewat semangat. "Tidak apa-apa, hanya sekarang ini aku merasa semangat saja."

[Name] merapihkan bukunya, ia beranjak pada ruang kelas yang ia ajar. Lima hari ia sudah menjalani sebagai asisten dosen sementara, yah walaupun hanya satu bulan saja. Tapi tidak apa, ia memang bermaksud menambah nilainya.

Ia merogoh ponsel pada saku coatnya menampilkan pop up pesan disana.

Kageyama Tobio :
Hey, bisakah kau mengunjungi apartemenku malam ini?

Alisnya menaut, ia mendudukan dirinya pada kursi taman fakultas.

[Name] :
Tentu, memangnya ada apa Kageyama?

Kageyama Tobio :
Ada yang ingin aku bicarakan denganmu.

[Name] :
Wakatta, sampai jumpa nanti malam.

Sejauh ini hubungannya dengan pemuda itu baik-baik saja, bahkan mereka lebih dekat satu sama lain. Ia menghela nafas memandang langit biru, sebuah perasaan yang tiba-tiba muncul kala ia berada dekat dengan pemuda tersebut. Seperti jantung yang berdebar, pipi yang memanas, ataupun perut yang bergejolak mulas.

Jatuh cinta ya?

Ia terkekeh, bahkan membayangkannya saja sedikit aneh bukan? Kageyama pemain voli profesional sedangkan gadis itu hanya orang biasa. Sangat tidak cocok. Tapi, ia tidak bisa berdalih bahwa ia tidak menyukai Kageyama. [Name] memang mempunyai perasaan khusus pada pemuda itu.

Ia melirik jam yang menggantung pada dindingnya, jam 4. Masih ada waktu beberapa jam dari angka yang permuda tersebut tentukan. Gadis itu memasuki bilik kamar mandi, membasuh dirinya yang lengket karena keringat menempel. Sepuluh menit berselang ia keluar dengan handuk melilit sekujur tubuh serta handuk pada kepalanya. Tampil segar karena sehabis mandi.

Mengambil hairdryer untuk mengeringkan rambut sesekali bibirnya bernyanyi kecil, ia mengambil kaus polos dan celana hotpants.

Berjalan menuju dapur untuk memasak sesuatu disana, ia mengambil buah tempo hari yang ia beli dan memotongnya.

Mungkin membuat puding buah tidak buruk juga pikirnya. [Name] terlihat antusias didapur, memang jika ia berkutat pada suatu tugas maka dia akan benar-benar menyelesaikannya. Kala ia sedang memasukkan potongan buah, bel apartemennya berbunyi beberapa kali. Membuat alisnya berkerut, bergegas menaruh puding yang masih cair kedalam kulkas agar cepat padat. Tak lupa ia mencuci tangannya sebelum langkah kaki beranjak dari dapur.

Ia membuka pintu, menemukan presensi tubuh tinggi mengenakan hoodie navy dan topi tak lupa masker mulut pada wajahnya. Tidak perlu bingung, lagipula [Name] sudah terbiasa melihat Kageyama yang seperti itu. Namun kali ini alisnya menaut "Huh? Kupikir ini belum waktunya kita bertemu?"

"Aku tahu. Aku menghubungimu kalau aku akan kemari. Tapi– bisakah aku masuk terlebih dahulu?"

[Name] mengangguk ia memberi akses jalan pada Kageyama. Pemuda itu membuka masker serta topinya, menampilkan wajah serta tatapan mata tajam mengesankan "Um? Kageyama?"

Kageyama mengusap tengkuk lehernya, matanya menilik kesana kemari. Entah kenapa kata yang ia sudah siapkan jauh-jauh hari malah hilang saat ia mendapatkan kesempatan seperti ini. Ingin rasanya Kageyama merutuki dirinya sendiri.

"Kau sudah makan?" Suara gadis itu memecahkan kecanggungan, Kageyama menggeleng singkat "Kalau begitu makan malam disini saja, aku akan memasak makan malam. Kau bisa duduk di sofa." Dagunya menunjuk sofa disana. Kemudian ia beranjak kembali memasuki dapur meninggalkan Kageyama yang berdiri statis.

Sial, batinnya.

Sebenarnya jika dilihat lebih jelas keduanya sedang menyembunyikan debaran jantung mereka masing-masing.

Kageyama memandangi bingkai foto berjajar disamping TV, tersenyum kecil saat menampilkan gadis kecil yang mengenakan gaun putih melekat pada tubuhnya. Tidak ada yang berbeda, menurutnya gadis itu cantik sama seperti sekarang.

"Bicara apa aku ini." Kageyama berujar frustasi. Langkah besarnya menuju dapur dimana gadis itu berkutat, merasakan presensi tubuh dibelakangnya gadis itu berkata "Oh Kageyama bisakah kau tungg–"

"[Last name], dengarkan aku baik-baik." Kageyama memotong dengan nada yang serius. Membuat [Name] mengangguk mematikan kompor dan menatap wajah Kageyama yang memandangnya lekat.

Dalam hening menyelimuti mereka, pikiran keduanya berkelana. Kageyama membasahi bibirnya atau membasahi tenggorokannya yang mengering tiba-tiba "Akumencintaimu." Ujarnya cepat dengan membuang muka.

"Kageyama? Gomen, bisakah kau mengulangnya lagi?" Gadis itu tidak tuli, ia hanya merasa tidak percaya apa yang di dengarnya sekarang.

Kali ini netra gelap menyelam dalam pada kelereng mata si gadis, memantapkan sang hati "[Full name], aku mencintaimu." Kata yang penuh penekanan dari bibir Kageyama membuat jantungnya berdebar, perut yang melilit mulas.

Keheningan beberapa menit menyambut, bahkan tak sadar bahwa pemuda tersebut kini membutuhkan sebuah jawaban "A-apa kau mau menjadi pacarku?" Kageyama mengusap tengkuk canggung. Netra biru gelapnya melirik kecil gadis yang masih termenung di depannya.

"Oi. [Last name]–"

"Aku juga." Pupil Kageyama membulat.

"Kau, apa?"

"Aku juga mencintaimu Kageyama Tobio." Ulangnya dengan kalimat jelas memasuki telinga pemuda itu.

Kageyama tersentak tidak percaya dengan apa yang di dengarnya "Benarkah?"

"Ya."

Lengan kekar merengkuh figur mungil sang gadis yang berada didepannya, dagunya ia tumpu pada puncak kepala [Name] "Katakan sekali lagi."

"Aku mencintaimu." Kageyama tersenyum. Benar tersenyum. Jika mengingat lebih jelas, ia akan tersenyum 'mengerikan' ketika sedang bermain voli. Namun kali ini satu alasan yang jelas, Kageyama tersenyum pada keadaan yang sekarang,

"Sekali lagi."

Lengan kecil sang gadis membalas pelukan sang setter andalan Schweiden Adlers "Aku mencintaimu, Kageyama Tobio." Gumamnya menatap netra biru gelap Kageyama.

Bibir yang bertemu, mengirim desir aneh pada mereka. Kedua jantung yang makin berdebar dengan kencang serta merasakan ribuan kupu-kupu seolah terbang pada perut.

"Aku mencintaimu [Full name]."[]

━━━━━━━━━━━━━━━━━

Ukiyo, Aug 15th 2020

𝐅𝐔𝐘𝐔𝐍𝐎𝐇𝐀𝐍𝐀𝐒𝐇𝐈 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang