༄Dai Shichi Fuyu

439 82 2
                                    

KATA cinta mempunyai makna luas, tidak bisa diartikan untuk satu persoalan. Selama mengenal Kageyama Tobio, hingga sekarang tidak pernah sekalipun mereka berdebat. Bahkan hal kecil sekalipun. Cukup mengesankan, karena dari cerita Hinata Shoyou, Kageyama adalah tipe pria dengan wajah menyeramkan jika marah sekalipun. Bahkan pemuda dengan surai jeruk itu terkejut mendengar cerita [Name] tentang Kageyama.

Hinata masih di Brazil, memang terkadang gadis itu sesekali mengabari Hinata disana seperti menanyakan kabar dan hal lain. Begitu juga dengan Hinata, ia akan menceritakan pengalaman bermain voli pantai atau tentang kerja paruh waktunya. Menurutnya Hinata adalah orang yang pandai bersosialisasi, ia tidak merasa keberatan untuk bersahabat dengan pemuda bersurai orange itu lagipula [Name] sangat nyaman dengan pemuda itu sebagai sahabat.

Ia memandang layar ponselnya, lupa ia katakan hari ini adalah wisudanya. Setelah empat tahun, otaknya dipenuhi penat akibat tugas menumpuk serta deadline yang terus menerus akhirnya ia sampai pada titik yang sekarang. Dimana rasa lelahnya terbayar.

Ia mendesah lelah gadis itu menyadari bahwa dia sangat buruk dalam merias wajah, terlebih menata rambutnya. Terkadang Yui temannya suka mendesak dirinya untuk belajar ber make-up ataupun menata rambut. Tapi hey! Tangannya ini hanya hebat dalam urusan dapur saja.

Telfonnya berdering membuat ia menghentikan kegiatan tataan rambut, padahal ia hanya menyisir biasa saja sih. Menggeser icon panggilan hijau cepat dan merubahnya menjadi mode loudspeaker.

"[Name]!!!!" Suara teriakan perempuan membuat dirinya hampir menjatuhkan sisirnya "Astaga kau mengagetkanku tahu Yui." Gerutu [Name].

"Hehe, gomen-gomen. Soreyori omedetou!!"

"Arigatou Yui, kau juga Omedetou. Kau akan memberikan aku tumpangan bukan?" Tanya [Name] sedikit diselingi kekehan, ia menatap dirinya pada cermin "Tentu! Aku akan kesana membantumu merias. Oh! Aku juga membelikanmu sesuatu." Yui tersenyum disela ia menatap oleh-oleh yang ia beli untuk sahabatnya.

"Astaga, kau terlalu berlebihan Yui."

"Sudahlah aku tidak menerima penolakan tahu! Sudahi dulu ya aku siap-siap."

[Name] tersenyum, merasa bersyukur mendapati Yui sebagai sahabat baiknya. Ia ingat pertemuan pertama dengan gadis itu adalah saat mereka di bangku sekolah menengah pertamanya. Yui tidak banyak berbicara terlebih dia hanya diam hingga banyak orang yang mengatakannya gadis bisu saat itu.

Gadis itu tidak menyukai pembulian, dengan berani saat itu [Name] melempar wajah mereka dengan kertas yang ia remas menjadi bola "Sebaiknya kalian diam dan sekolahi bibir kalian itu, otak udang!"

Dan saat itulah mereka berdua bersahabat hingga saat ini. [Name] tidak menyangka awalnya Yui itu keluarga berada, namun [Name] tegaskan didepan wajah Yui yang menangis "Dengar. Aku tidak pernah menilaimu dari batas kasta! Jika kamu ingin berteman dengan orang kenapa kau diam? Kenapa hanya mendudukan diri ditempat? Setidaknya kau harus menyapa. Masalah pembulian itu kamu tidak harus selalu mendengar omongan mereka! Jalani saja hidupmu apa adanya Yui!"

Namun saat sekolah menengah atas mereka tak bersama, namun pertemanannya masih baik-baik saja. Tetapi setelah lulus mereka kembali dipertemukan dengan kalimat Yui yang berkata "Aku mengikutimu [Name]~ kau tahu tiga tahun aku seperti orang linglung tanpamu."

Pintu apartemennya dibuka dengan suara lengkingan memanggil namanya "[Name]~"

Yui menuju kamar [Name] dengan dua kantung totebagnya. Kepala [Name] menoleh tersenyum kemudian dan beranjak dari meja riasnya,

"Yui~ aitakatta~" Yui membalas pelukan gadis itu menepuk punggungnya "Aku juga, astaga tugas akhir itu membuatku hampir mual [Name] beruntung sekali aku memilikimu untuk membantuku."

𝐅𝐔𝐘𝐔𝐍𝐎𝐇𝐀𝐍𝐀𝐒𝐇𝐈 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang