༄Dai Hachi Fuyu

451 74 0
                                    

SEPATU menyeret tubuhnya menuju arena, netra menilik banyak orang yang tengah mengantri ataupun sekedar membeli sebuah atribut pendukung tim.

Gadis itu menduduki kursi tribun dengan tangan yang memegang susu kotaknya, satu tangan memegang kipas yang bertuliskan tim Schweiden Adlers. Hari ini dia memutuskan untuk menonton Kageyama bertanding, melawan tim dunia.

Bangku tribun dipenuhi pendukung. Ia tersenyum saat menangkap netra anak kecil yang memakai nomor punggung 20, rasanya ini seperti sebuah deja vu.

Pertandingan dimulai dengan servis, cukup mengagumkan. Bahkan mulutnya tidak bisa berhenti berkata 'wow' dalam hatipun berkata 'benarkah ia kekasihku?' Ini seperti sebuah mimpi. Bahkan pertemuannya dengan Kageyama kala ia di Brazil saat itu seperti sebuah mimpi.

Pertandingan berakhir, dengan kemenangan Adlers. [Name] tersenyum saat tim dengan jersey putih itu meneriakkan kemenangan. Ah ia menyukainya, senyum kecil Kageyama yang tampak diwajahnya.

"Bagaimana dengan pertandinganku tadi?" Kageyama membuka kulkas dan mengambil susu kotak. Jika dilihat susu kotak dengan tiga varian itu terlihat terususun dengan rapih, Kageyama menyukai ketika ia berada di apartemen gadis itu. Kadang jika stok susu kotak habis [Name] akan memberitahunya dan ia akan membelikan lima dus dengan jasa antar. Kageyama tak melepas atensinya, gadis itu tengah mengaduk sup kaldu yang ia buat, "Kau terlihat keren, servismu juga."

Kageyama menaruh susu kotak pada counter meja dapur, lengannya melingkar pada pinggang kecil [Full name] "Tentu saja. Aku kan kekasihmu."

Afeksi seorang Kageyama Tobio adalah ketika ia berdua dengan gadis itu. Namun [Name] mengingatnya saat hari kelulusan Kageyama yang datang dengan jas hitam serta buket bunga mawar yang cukup besar.

Keduanya menjadi atensi publik. Seorang pemain voli profesional, kini tengah berdiri dengan jelas. Tunggu apakah reporter itu sudah berdiri disana?

"Tobio, kau tidak harus mela–" perkataanya terhenti saat melihat Kageyama yang memegang tangannya dan berlutut, suara teriakan dari banyak wanita membuat gadis itu sedikit gugup. Namun Kageyama hanya mengabaikan, seolah apatis.

Ia merogoh saku jas hitamnya, mengambil kotak beludru berwarna biru gelap. Pupilnya melebar kala Kageyama membukanya, menampilkan sebuah cincin silver. Netra biru gelap menatap dalam maniknya "[Name], aku tahu bahwa hubungan ini masih terbilang muda untuk kita berdua. Juga kita masih yang memikirkan masa depan masing-masing. Tapi, biarkan aku terus memilikimu hingga nanti kita berdua telah siap satu sama lain–" ujarnya memasangkan cicin pada jari manis gadis itu.

Kageyama beranjak, ia berdiri dengan senyum yang tampak jelas pada wajah "[Full name], aku berjanji akan mengganti cincin perjanjian ini dengan cincin pertunangan kita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kageyama beranjak, ia berdiri dengan senyum yang tampak jelas pada wajah "[Full name], aku berjanji akan mengganti cincin perjanjian ini dengan cincin pertunangan kita." Ia menyapu bibirnya pada dahi sang gadis yang masih bergeming, sudut matanya mengeluarkan air asin.

"Omae, cengeng sekali. Riasanmu bisa luntur nanti." Wajah gadis itu menatap netra biru gelap Kageyama dalam "Tobio.. aku–" perkataannya terhenti kala,

𝐅𝐔𝐘𝐔𝐍𝐎𝐇𝐀𝐍𝐀𝐒𝐇𝐈 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang