UDARA malam yang cukup dingin, langit hitam tanpa taburan bintang. Ia duduk pada sofa dengan segelas susu coklat hangat, melirik jam pada dinding.
Tokyo, Jepang pukul 22.00 Malam.
Mendesah lelah, ia memijat pelipis kala pening menyapa kepala. Langkahnya membawanya menuju dapur, membuka kabinet atas mengambil botol kecil disana. Menegak air minum hingga beberapa butiran itu masuk kedalam tenggorokan.
Suara bel diluar sana membuat alisnya menukik bingung, siapa yang berkunjung pada jam seperti ini?
Kakinya membawa tubuh mungil itu didepan pintu memutar knopnya pelan menemukan pemuda berdiri dengan topi serta mantel coklat "Ya? Ada yang bisa kubantu?"
Kala kepala sang pemuda itu mengadah, netra [Name] membulat dengan sempurna "Lama tidak berjumpa [Name]."
"A-atsumu?"
Gadis itu membawa nampan pada ruang tengah dimana pemuda itu tengah terduduk "Apartemen ini tidak berubah. Bahkan sejak perpisahan kita saat itu." Ujarnya menyesap gelas bening yang berisi jus jeruk.
Terdiam. Tentu saja, apa yang Atsumu harapkan dari kedatangannya? Setelah ia menghancurkan hati gadis itu kini ia datang seolah tak mempunyai salah sedikitpun.
"Bagaimana kabarmu?"
"Baik."
Netra hazel Atsumu melirik sekilas gadis yang kini duduk pada singel sofa. Surainya sudah sedikit memanjang dari yang sebelumnya, wajahnya masih mengantarkan rasa hangat, terlebih saat ia berkata maka yang dikeluarkan hanyalah sebuah kalimat lembut bukan main.
"Kudengar kau sedang menjalani hubungan dengan Tobio-kun?"
Atsumu mengenalnya sudah sangat lama. Satu tahun mengenal gadis itu pada bangku sekolah menengah atas Inarizaki, dan dua tahun mereka menjalin hubungan yang lebih kearah serius.
Tidak mungkin Atsumu melupakan bagaimana body language dari sang gadis, seperti sekarang ini. Ia memainkan kedua ibu jarinya yang menandakan sedang gelisah.
"Uhm, sudah hampir setahun." Ia mengambil gelas susu coklatnya dan menyesap perlahan. Merasakan rasa manis pada lidah serta hangat pada tubuh.
"Apa Tobio-kun tahu tentang— hal itu?"
Gelasnya ia taruh, netranya tak lepas dari mug putih "Tidak, aku tidak menceritakannya." Katanya yang menggeleng kecil.
[Name] melirik Atsumu "Kau banyak berubah Miya. Syukurlah."
Atsumu menautkan alisnya, syukurlah? Apa maksudnya.
"Tidak. Aku masih seperti ini, masih orang brengsek yang saat itu menghancurkan hatimu." Maniknya menyendu, ia menutup matanya membiarkan kenangan pahit memasuki otak.
Awalnya hubungan mereka baik-baik saja, hingga pada hari itu [Name] ditampar oleh kenyataan pahit. Mengetahui bahwa ia bukanlah satu-satunya gadis yang Miya pirang itu cintai,
"Atsumu apa yang kau lakukan?!" Menemukan bahwa pemuda itu berada pada kamar apartemennya, tidak sendiri. Berdua.
"[Name]?!"
Netranya bergulir pada perempuan yang menggelung dirinya dalam selimut seolah apatis "Aku bisa jelas—"
"Keluar!!!" Tidak ia tidak butuh penjelasan, semuanya sudah terlalu jelas didepan matanya. Rasa sakit yang ia alami sekarang bukanlah lelucon ilusi yang bisa kapanpun ia tampik faktanya.
Detik berikutnya netra [Name] melebar dengan apa yang dilihatnya kembali, "Akami?" Benar, perempuan itu sahabatnya.
Dalam pandangannya dunia terasa berputar sekarang, dengungan suara Atsumu yang berteriak ingin menjelaskan serta perasaan kekecewaan menggerogoti hatinya.
Tangannya terkepal, sialan berkuadrat. Kenapa hal ini harus terjadi pada hidupnya. Padahal kedua orang itu sudah ia percayai tidak bisa dipercaya. "[Name] maaf kami—" kalimat perempuan itu terhenti saat [Name] buru-buru menukas.
"Keluar!! Keluar!! Keluar!" Teriaknya dengan kedua air mata yang jatuh membasahi pipinya. Ia menyeret Akami keluar diikuti oleh Atsumu yang menenangkan gadis itu.
"Hey.. hey tenanglah.. kau harus tenang.." sudah berapa kali ia mengumpat dalam hati dengan keadaanya yang sekarang?
Ia menyentak kedua tangan Atsumu pada pundaknya "Apa aku harus tenang disaat kepalaku serasa ingin pecah?! Kau berkata untuk tenang seolah semuanya akan baik-baik saja!! Memangnya kau tahu apa tentang yang kurasakan?!! Hentikan semua sandiwaramu! Hentikan tingkahmu yang seolah-olah mencintaiku!!"
Atsumu tahu bahwa ini adalah salahnya, menyakiti gadis itu padahal sang pemuda tahu bahwa gadis yang didepannya ini sangat mencintainya. Namun Atsumu menghancurkan kepercayaannya.
"Aku tahu sejak satu tahun yang lalu kau sudah menjalin hubungan dengannya kan?! Tidak usah menyangkalnya karena aku sudah tahu! Kau hanya mengasihaniku! Tapi sekarang, kumohon kau menghilang saja. Pergi, pergi yang jauh. Aku tidak butuh muka itu."
Setelah itu Atsumu benar-benar pergi dan [Name]pun sangat sulit untuk ditemui. Atsumu menyugar surainya, ia menatap gadis itu yang kini menundukkan kepalanya.
"Aku kesini hanya untuk meminta maaf padamu."
[Name] tersenyum kecut. "Aku sudah memaafkanmu. Tapi sekarang bisakah kau pergi saja?"
Atsumu tahu luka hati tidak bisa sembuh dengan mudah, tapi dalam hati pemuda itu masih memiliki perasaan yang sama seperti dulu. Tidak berubah, bahkan setelah dua tahun Atsumu masih mencintai gadis itu.
"[Name] aku masih ingin memperbaiki hubungan ini—"
Ia beranjak, berdiri didepan gadis itu. Membuat [Name] mengadah menatap wajah Atsumu yang sudah berubah terlalu banyak. Rambut pirang yang terpangkas, rahang tegas, tingginya mungkin bertambah sejak saat perpisahan mereka yang terakhir itu. Atsumu merendahkan tubuhnya kedua tangan berada pada sisi sandaran tangan masing-masing singel sofa yang [Name] duduki.
Membuat tubuh gadis itu terkurung.
Atsumu sangat tahu bahwa kalimatnya ini adalah sebuah keegoisan dirinya, "Bisakah, kau memberiku kesempatan kedua?"
Kedua kaki melangkah, topi putih melekat pada kepalanya, masker hitam menutupi setengah wajah. Ponsel pada tangannya ia ketik untuk mengirim pesan disana, namun tak ada balasan.
"Dia kemana?"
Tubuhnya sudah tepat pada pintu apartemen, sejak kemarin sang hati dan pikiran terus berperang untuk mengatakan maaf karena membatalkan janji kencan secara sepihak.
Ia menekan tombol angka dan pintu itu terbuka. "Katakan [Name], apa kau masih mencintaiku?"
Alisnya berkerut, mendengar suara asing pada teling. Terlebih ia menyebutkan nama kekasihnya. Ia melangkah mendekati, takut-takut bahwa seseorang menerobos pintu masuk? Tidak mungkin, bahkan pintu putih itu masih dalam keadaan baik-baik saja.
"Atsumu, kita sudah sele—" perkataanya terhenti. Bahkan tubuh pemuda itupun kini sudah terpaku pada tempatnya. Netranya tak lepas dari apa yang dilihatnya sekarang.
Kageyama Tobio— tahu bahwa pemuda itu adalah Miya Atsumu. Rivalnya sesama Setter, tapi kenapa dia ada disini? Kenapa dia bisa mengenalnya? Terlebih pemuda pirang itu kini mencium gadis itu.
Kepalan tangan Setter muda Adlers itu mengerat, langkahnya mendekat kedua objek yang masih belum menyadari presensinya. Kageyama menarik kaus depan yang dikenakan Atsumu membuat sipirang kini menghadapnya.
"Brengsek!" Satu pukulan kuat bersarang pada pipi Atsumu, hingga membuat tubuhnya jatuh kebelakang. [Name] menutup mulutnya ia yang hendak meraih lengan Kageyama namun tak sempat karena pemuda itu yang sudah kembali melancarkan aksinya "Dia kekasihku sialan!!"
Atsumu balas memukul wajah Kageyama "Kau tidak tahu apa-apa lebih baik diam Tobio!" Tubuh Setter Adlers itu jatuh, Atsumu kembali memukul Kageyama.
"Atsumu! Hentikan! Onegai yamete." [Name] menahan Atsumu dengan cara memeluk punggung pemuda itu, menahannya. Suara sang gadis memelan seiring dengan kalimat yang terucap. Atsumu menurunkan kepalan tangannya, ia berbalik memeluk figur mungil— sang mantan kekasih. Membisikkan kata maaf berulang.[]
━━━━━━━━━━━━━━━━━
Ukiyo, Aug 30th 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐅𝐔𝐘𝐔𝐍𝐎𝐇𝐀𝐍𝐀𝐒𝐇𝐈
Fanfiction˚ ༘♡ ⋆。˚ 𝒌𝒂𝒈𝒆𝒚𝒂𝒎𝒂 𝒕𝒐𝒃𝒊𝒐 ↳completed. ❝tolong katakan padaku bagaimana aku harus menutup pintu hati ini?❞ Based anime song Given °Fuyunohanashi° ©𝐮𝐤𝐢𝐲𝐨. 𝐄𝐬𝐭 : 2020/08/11 ©𝖬𝖾𝖽𝗂𝖺/𝖿𝖺𝗇𝖺𝗋𝗍�...