Akhirnya upacara apel hari ini sudah selesai. Semua siswa-siswi di Sma Garuda bernafas lega. Di bawah teriknya matahari pagi yang begitu menyengat membuat mereka seperti cacing kepanasan.
Dari saat apel Abi selalu menggerutu kesal,ia tak henti-hentinya mengomel karna si Kepala sekolah itu memberikan nasehat yang sangat panjang. Bahkan Della juga untuk pura-pura pingsan agar bisa terbebas dari upacara itu,tapi niatnya ia gagalkan karna dilarang oleh Davira.
Sedangkan Davira ia hanya diam sambil terus memperhatikan setiap rangkain upacara sampai selesai. Tak sepatah kata pun ia keluarkan.
Della dan Abi sedikit heran. Penyakit apa yang sebenarnya yang di alami Davira,bahkan yang sakit saja tidak mengetahui kalo ia memiliki penyakit.
Sebenarnya Dokter Risa menyarankan untuk memeriksa lebih lanjut tentang penyakit Davira,namun Della menolak karna Davira tidak mengetahui penyakitnya sendiri. Sudah pasti Davira akan menolak jika di lakukan pemeriksaan. Melihat Davira di rawat di rumah sakit saja Della sudah senang meskipun tidak menginap.
Maka dari itu Dokter Risa menyarankan Della untuk melakukan terapi pada Davira. Dengan melakukan pendekatan sosial dan komunikasi. Della juga meminta bantuan pada Abi beserta Arsa dan teman-temannya.
Mungkin Davira belum terlalu perduli dengan perubahan yang terjadi beberapa hari terakhir,tapi Della akan tetap berusaha untuk mengembalikan sifat Davira tanpa memberitahunya tentang penyakit yang ia alami.
"Sumpah deh Vir,kaki gue kayak mau patah tau gak," gerutu Della. Saat ini mereka sedang berjalan di koridor sekolah setelah upacara selesai. Mereka berjalan menuju kelasnya yang berada di lantai dua.
Sedangkan Abi,ia sedang pergi ke kanti untuk membeli minum untuk Davira dan Della beserta dirinya,karna upacara hari ini sangat menguras tenaga mereka dan membuat tenggorokan mereka kering.
"Lebay," cibir Davira sambil terus berjalan tanpa menoleh ke arah Della.
"Emang kaki lo gak pegel apa?" tanya Della.
"Biasa aja," acuh Davira.
"Gue heran deh sama lo Vir," ujar Della sambil menatap Davira yang ada di sampingnya.
"Kenapa?" tanya Davira sambil menaikkan satu alisnya dan menoleh ke arah Della.
"Sikap lo itu beda-beda tau gak," ucap Della.
"Bedanya dimana?" tanya Davira lagi.
"Liat aja,kalo sama Dava pasti banyak senyum,ramah. Kalo sama Abi dan Arsa beserta teman-temannya lo banyak diem,terlihat canggung. Lah kalo sama gue lo ngeselin banget pengen gue tampol,kali aja pala lo geser," jelas Della.
"Biasa aja perasaan," balas Davira.
"Jelas bedalah,emang lo gak ngerasa beda gitu?" tanya Della heran.
Della semakin dibuat heran dengan sikap Davira yang berubah-ubah pada setiap orang. Sebenarnya ada masalah apa pada Davira?
"Nggak," balas Davira sambil menggelengkan kepalanya.
"Ke Dokter yuk," ajak Della tiba-tiba.
Davira terbuat heran dengan ajakan Della,buat apa ke Dokter. Siapa yang sakit?
"Lo sakit?"
"Nggak."
"Terus?" heran Davira.
"Gue mau meriksa lo,kali aja lo ada kelainan jiwa," ucap Della dan di hadiahi toyoran pada kepalanya oleh Davira.
"Gue normal kali Dell," jawab Davira kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Davira
Teen Fiction"Aku pernah berpikir untuk menghilang saja dari dunia ini. Dunia ini terasa begitu gelap dan aku menangis sepanjang malam. Apakah aku akan merasa lebih baik jika aku menghilang?? "