Hari ini Davira sedang berada di kantin,seperti biasa ia duduk satu meja bersama Abi,Arsa dan temannya. Della?ia sedang pergi ke toilet,ia menyuruh Davira duluan bersama Abi.
Sungguh saat ini Davira sangat canggung,bayangkan saja ia duduk di kelilingi banyak cowok,meskipun ini bukan yang pertama kalinya ia duduk satu meja bersama mereka. Jika ada Della mungkin rasa canggungnya akan sedikit berkurang.
Ngomong-ngomong kenapa Della belum juga datang,kenapa ia sangat lama di toilet?
"Neng Vira kenapa sih,dari tadi ngelamun terus?" tanya Zico.
"Gak papa," jawab Davira sambil menggeleng dan tersenyum tipis.
"Aduh neng Vira teh lucu banget sih,jadi pengen cubit," ucap Zico lebay sambil memperaktikkan gaya orang mencubit di depan wajahnya.
"Zic," tegur Arsa sambil melihatkan wajah tak sukanya.
"Iya iya,maaf. Gitu aja cemburu," gerutu Zico sambil mengerucutkan bibirnya kesal dan memperkecil suara saat mengucapkan kata 'cemburu'.
"Lo ngomong apa Zic,gue tampol juga lo," ucap Arsa sambil bersiap untuk melemparkan kotak tisu yang ada di atas meja.
"Lo kok sensian banget sih Sa,lagi datang bulan ya?" celetuk Zico.
"Lo ngejawab lagi,ni kotak bakal ngelayang ngenain muka lo," ancam Arsa.
"Bang Aldo,bantuin Zico. Arsa jahat dia mau nyakitin Zico," ucap Zico drama sambil memeluk tangan Aldo yang duduk di sampingnya.
Sedangkan Abi dan Farhan ia sedang pergi memesan makanan untuk mereka semua.
"Udah Sa,lemparin aja gue gak peduli," suruh Aldo.
"Bang Aldo kenapa jahat benget sih sama Zico,emang Zico salah apa sama bang Aldo," drama Zico lagi.
"Lo ngomong lagi,gue hajar lo Zic," geram Arsa. Ia sangat kesal dengan Zico,bagaiman bisa ia mempunyai teman seperti Zico. Ia mempunyai nama yang keren,namun kelakuannya minus.
Zico yang diancam seperti itu langsung diam dan menunduk. Takut?bukan ia hanya melanjutkan dramanya. Lihat saja ia menunduk seperti orang ternistakan,seperti mencari pembelaan.
Davira yang melihat mimik wajah Zico pun tertawa.
Zico mengangkat kepalanya saat mendengar seseorang tertawa. Dan orang itu adalah Davira.
Zico,Arsa dan Aldo pun terbengong melihat Davira tertawa. Mereka tak berkedip melihat tawa Davira,sungguh mereka baru kali ini melihat Davira tertawa.
Davira terlihat sangat manis saat tertawa,kecantikannya terlihat alami. Dada Arsa berdetak kencang,ia memegang dadanya. Melihat Davira tertawa saja sudah membuat hatinya berdetak tak karuan,apalagi selalu bersama Davira,bagaimana bisa ia akan mengontrol detak jantungnya.
Davira yang melihat mereka menatapnya seperti itu pun langsung berhenti tertawa dan meminta maaf.
"Maaf," ucap Davira pelan sambil menunduk.
"Masyaallah,neng Davira teh tertawa?" tanya Zico yang masih menatap Davira. Ia masih belum percaya dengan apa yang ia lihat.
Tidak sia-sia usaha mereka,bahkan mereka meminta bantuan pada seluruh pemghuni sekolah untuk bersikap ramah saat bertemu Davira,tentu saja ini adalah ulah dari Abi dan Zico. Mereka sekarang terlihat lebih akrab.
"Ada apa sih?kok pada bengong gitu?" tanya Farhan yang baru datang dan meletakkan pesenan mereka di atas meja.
"Kalian pasti gak percaya,tadi neng Vira itu tertawa. Beuh cantik bener," heboh Zico sambil mengacungkan jempolnya di depan wajah Abi yang duduk di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Davira
Teen Fiction"Aku pernah berpikir untuk menghilang saja dari dunia ini. Dunia ini terasa begitu gelap dan aku menangis sepanjang malam. Apakah aku akan merasa lebih baik jika aku menghilang?? "