Prang!
"Ini makanan apa?! Sampah!" bentak sang Ayah, setelah melempar sepiring nasi goreng kimchi yang telah dibuat oleh anaknya pagi-pagi sekali tadi.
Wajah laki-laki itu kini dipenuhi butiran nasi yang menempel, merasakan sensasi panas dari nasi dan piring yang juga sempat mengenai wajahnya. Doyoung masih diam, tanpa ada pikiran untuk melawan atau membalas perlakuan itu.
"Maaf, ayah" Kepalanya menunduk, ketakutan. Hari ini, ia kembali tidak bisa memuaskan standar sang Ayah.
"Ngomong dong! Lawan!" bentak Chanyeol kembali. Kemudian, pria itu berdecih, "aku lupa kau bisu!"
Beberapa detik setelahnya, sang Ayah beranjak dari meja makan, memilih untuk pergi dari sana. Sebelum ingin kembali menganiaya anak tidak tau diuntungnya itu. Tanpa ada ucapan pamit yang berarti, malahan meninggalkan luka dalam di hati Doyoung.
"Bereskan itu, aku tidak mau ada sedikit berantakan di rumah ini, bisu!" Itu suara ibunya, lebih tepatnya disebut ibu tirinya.
Doyoung masih menunduk, namun perlahan kedua kakinya berlutut, membersihkan setiap keping belahan piring yang tadi dilempar tepat ke wajahnya, serta banyaknya butir nasi yang berserakan di sekelilingnya.
Pagi ini, laki-laki itu harus cepat karena sebentar lagi sekolah akan dimulai, tapi dia malah masih sibuk di rumah seperti ini. Wajahnya juga masih kotor karena nasi-nasi yang menempel. Alhasil, Doyoung tidak lagi peduli dengan beberapa sudut jarinya yang tersayat pecahan piring itu, seakan sudah mati rasa.
Butuh sampai dua puluh menit sampai setiap pecahan piring dan serakan nasi itu bersih. Saat itu juga, Doyoung dengan cepat membersihkan wajah dan sedikit bagian baju seragamnya yang ikut terkena noda tersebut. Kemudian, kakinya ia langkahkan untuk keluar rumah secepat mungkin.
Tap
Tap
Tap
Kakinya seketika melemas melihat bus yang menuju sekolahnya telah menjauh dari penglihatannya. Doyoung membuang nafasnya kasar, sedikit terganggu dengan rasa tercekat yang sedang mendera dadanya. Doyoung tidak lagi peduli soal itu, sekarang ia hanya berpikir dengan apa ia harus berangkat sekolah.
Doyoung tidak punya uang lebih untuk menaiki taksi atau angkutan umum yang lainnya. Tapi, masih ada waktu setengah jam sampai pelajaran pertama dimulai. Hari ini, Doyoung berpikir mungkin ia memang harus sedikit berolahraga untuk bisa sampai ke sekolah.
Dengan langkah cepat, Doyoung memaksakan kaki dan jantungnya untuk bekerja sangat cepat, agar ia bisa tiba di sekolah tepat waktu, atau setidaknya ia bisa sekolah saja. Doyoung tidak akan semakin mengecewakan ayahnya dengan membolos sekolah, bisa disekolahkan saja sudah bagus baginya.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fate •• Kim Doyoung [END]
FanfictionTakdir adalah hal yang tak akan pernah bisa dihindari meski itu menyakitkan. Bukan kemauannya ketika ia dilahirkan dengan segala kekurangan itu. Bukan kemauannya agar setiap detik kejadian itu menjadi detik yang paling menyakitkan. Mereka mungkin ti...