Taeyong’s Pov
Pemakaman Doyoung berjalan, yang datang tidak banyak, karena Doyoung pun tidak mengenal banyak orang. Air mata itu tetap ada, bahkan beberapa guru dari sekolah menyempatkan datang di tengah sibuknya jadwal sekolah. Bunda, dia masih menangis, meskipun tidak terlalu terlihat.
Bunda bilang kalau Doyoung begitu perhatian padanya, hanya saja ia yang selalu tidak menghiraukan dan malah tetap berlaku membenci Doyoung. Awalnya aku juga begitu, aku bahkan terus memukulinya, padahal ia tidak ingin merebut Raena dariku.
Harusnya aku sadar sejak awal siapa gadis yang kucintai, itu Jung Raena. Mungkin masih begitu banyak orang yang menyukainya, dan seharusnya aku tidak pernah semarah itu pada Doyoung. Maafkan aku.
Tak lama, aku melihat Raena dan ayahnya datang. Aku mendekat pada gadisku itu, dan tanpa instruksi apapun, Raena memelukku erat. Raena masih menangis rupanya, tapi aku yang dipeluknya.
“Aku rasa Doyoung sudah bahagia disana, kak. Maaf jika aku pernah menyakitimu ketika menolong Doyoung” ucap Raena lembut sekali di telingaku.
Aku tau, dan sangat tau kalau Jung Raena hanya milikku, dan gadis itu hanya mencintai diriku.
Taeyong's pov end
Hari sudah mulai malam, Raena memilih untuk menemani Taeyong dan Wendy di rumah mereka. Memang seharusnya Raena menemani Jaehyun yang masih di rumah sakit, tapi sudahlah kakaknya itu sudah punya dua malaikat di sampingnya. Kini giliran Raena yang menjadi malaikat untuk Taeyong.
Walaupun sejujurnya, Taeyong maupun Raena pernah berpikir untuk mengakhiri hubungan mereka, tapi takdir telah bicara, bahwa belum saatnya mereka berakhir. Bukan karena Doyoung sudah bahagia disana, tapi karena mereka yang memang masih punya rasa memiliki.
Tidak bisa dipungkiri jika Doyoung pergi dan meninggalkan banyak luka, entah itu pada sang Ayah, Wendy, dan bahkan Taeyong.
“Ayah....dinyatakan bersalah atas penganiayaan anak, dan kekerasan dalam rumah tangga” ucap Taeyong pada Raena. Kepala laki-laki itu disandarkan di pundak Raena. Posisi mereka begitu nyaman di sebuah ayunan yang diletakkan di teras atas rumah.
“Mungkin rumah ini akan kehilangan keributan. Tidak ada lagi ayah yang memukuli Doyoung, tidak ada lagi ayah yang memarahi Doyoung––“
“Tidak ada lagi ayah yang menuntutmu mendapatkan yang terbaik, tidak ada lagi ayah yang menghukummu cambuk karena nilai di bawah rata-rata, tidak ada lagia ayah yang marah karena kau melakukan hobimu” potong Raena, menunjukkan bahwa ia memang benar tau bagaimana Taeyong.
“Ada sebuah surat yang Doyoung tinggalkan di tasnya yang disimpan di toko buku. Aku belum membukanya, karena kurasa itu juga pasti untukmu. Dia membuat beberapa, aku sudah memberinya pada bunda dan Kak Jaehyun” lanjut Raena.
“Kamu mau baca bersama?” terka Taeyong, yang dubalas anggukan pelan dari Raena.
Raena membuka surat itu perlahan, tulisan Doyoung memang begitu rapih, tapi di akhir paragraf tulisannya mulai berantakan, “apa dia menulisnya sambil kesakitan?”
“Aku tidak tau harus mulai darimana, aku hanya memikirkan ayah sekarang. Sejujurnya, aku juga ingin menyampaikan surat ini langsung pada ayahku, tapi maaf, Na. Mungkin ayahku tidak akan mau menerimanya, jadi bisa kau sampaikan ini padanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fate •• Kim Doyoung [END]
Fiksi PenggemarTakdir adalah hal yang tak akan pernah bisa dihindari meski itu menyakitkan. Bukan kemauannya ketika ia dilahirkan dengan segala kekurangan itu. Bukan kemauannya agar setiap detik kejadian itu menjadi detik yang paling menyakitkan. Mereka mungkin ti...