• 11 •

2.8K 393 46
                                    

Set!

Chanyeol menarik paksa infus yang melilit pergelangan tangan Doyoung, "cepat pergi dari sini, sebelum aku hanya akan menghabiskan uangku untukmu" ancam Chanyeol, tangannya masih mencengkram kuat kerah pakaian rumah sakit Doyoung.

Doyoung mendongak, memberanikan diri menatap sorot tajam ayahnya, tapi kemudian ia begitu menyesali perbuatannya itu, karena di mata ayahnya hanya terdapat kebencian untuknya, tidak ia temukan sedikitpun kasih sayang di dalam sana. Doyoung kembali menunduk, menyerah untuk menjadi berani. Laki-laki itu memilih untuk mengangguk menuruti permintaan sang Ayah untuk keluar dari rumah sakit ini.

"Kami akan menunggumu di rumah, karena banyak sekali hal yang harus kau bereskan disana" tukas Wendy, tangannya sambil merangkul lengan Chanyeol.

Doyoung memang tidak mengerti apa yang dikatakan Wendy barusan, tapi dia bisa apa selain menurut begitu saja pada kedua orang tuanya itu. Meskipun hanya sedikit, tapi setidaknya kalau bukan karena mereka ia tidak akan bisa hidup sampai sekarang. Bukankah masih ada tempat berlindung untuknya?

.

.

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.

.

.

Kedua kakinya yang hanya memiliki kekuatan terbatas itu, ia bawa terus melangkah menapaki setiap perjalanan yang kadang landai, atau kadang begitu curam dan sulit untuk dilewati. Hari ini entah sudah keberapa kalinya ia harus berjalan jauh hanya untuk pulang, menuruti perintah sang Ayah, sekalipun itu terasa sangat sulit. Doyoung berusaha menyanggupi setiap titah dari kedua orang tuanya, meskipun kadang itu tidak manusiawi.

Ketika Doyoung merasa kakinya agak lelah, Doyoung memilih beristirahat sebentar di sebuah kursi taman yang tengah ia lewati. Saat itu ia baru menyadari, bahwa langit yang ada di atasnya begitu indah, membuat tarikat kurva di bibirnya, hal yang sangat sederhana, namun yang sederhana itulah yang mmebuatnya bahagia di antara begitu kencang terpaan badai di hidupnya.

"Bunda? Apa kabar? Tuhan, boleh aku meminta? Sampaikan salam rinduku untuk bunda, dan ucapan terima kasih karena masih mau menjaga anak yang tidak berguna sepertiku sampai akhir hayatnya. Mungkin, banyak orang yang menginginkanku mati, tapi aku hanya bisa menunggu takdir-Mu, pasti ada saatnya dimana takdir memintaku mati"

Kadang, kita sendiri tidak mengerti kenapa selalu saja melihat seseorang dari sebuah kekurangannya, dan sudah seenaknya menilainya sebagai seseorang yang tidak berguna, mengatakan mungkin saja dunia sedang marah ketika membuatnya terlahir. Tapi bukankah kita menjadi yang salah, karena seseorang dengan kekurangan itu tidak pernah meminta untuk dilahirkan dan memiliki kekurangan yang ia punya.

My Fate •• Kim Doyoung [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang