“Sedang apa kau disini?! Bukannya sudah tau jika kau tidak boleh lagi kemari?! Dasar bisu!”
Duakh!
“Ayah....tolong, jangan lakukan ini untuk hari ini” Doyoung meringis pelan, kala bagian perutnya sudah menjadi sasaran tendangan sang Ayah begiru kasar.
“Chanyeol! Hentikan!”
“KENAPA?!” Chanyeol menghadap ke arah Wendy, menatap istrinya dengan begitu lekat, menyadari bahwa kini sang Istri sudah mengeluarkan air mata, istrinya menangis hanya untuk memohon ampunan terhadap Doyoung.
“Cukup....aku mohon” isak Wendy, “dia kesakitan! Kenapa kamu harus membencinya?! Kenapa kamu harus memintaku dan Taeyong ikut membencinya?! Dia nggak salah, Chan....”
“Wendy––hey....kamu––“ Chanyeol kini hanya bisa gelagapan tidak mengerti bagaimana menenangkan Wendy, hatinya bagaikan hancur melihat istrinya menangis. Chanyeol seakan teringat pada Sora, bagaimana ketika mendiang istrinya itu selalu memohon seperti ini untuk Doyoung.
“Apa Doyoung harus menjadi sempurna dulu baru kau menyayanginya?! Apa Doyoung harus mati pada perampokan itu agar kau bisa memberikan kasih sayang padanya?! Itu takdir Chanyeol! Takdir! Bahkan Doyoung sendiri nggak mau menjadi kekurangan” ujar Wendy melanjutkan.
Chanyeol terdiam, hatinya masih berada di ambang benci dan sayang. Berpikir apakah yang selama ini ia pikirkan suatu hal wajar rupanya adalah sebuah kesalahan luar biasa dan telah menciptakan luka begitu dalam.
Sementara itu, Taeyong sedang turun tangga dari kamarnya, ia baru saja keluar kamar setelah mendengar keributan pertengkaran kedua orang tuanya. Rupanya, korban sebenarnya disini bukanlah sang Ibu atau bahkan sang Ayah, melainkan seorang remaja yang kini terbaring lemah di lantai.
“Doyoung!” Taeyong menarik kepala Doyoung dan mengangkatnya sedikit, menopangnya dengan baik agar Doyoung tidak tambah kesakitan. Dilihatnya kedua manik Doyoung sudah begitu sayu, wajahnya yang pucat sudah menjawab betapa parahnya kondisi Doyoung sekarang.
“Hyung....tolong tanyakan ayah, apa dia memaafkanku?” Doyoung berusaha menatap Taeyong, menyampaikan pesan yang ada dalam hatinya. Namun, ternyata begitu sulit, karena bahkan matanya tidak bisa melohat dengan baik. Doyoung yakin, kacamatanya pasti sudah terlempar entah kemana.
Taeyong tidak ingin lama-lama lagi, ia langsung berjongkok dan meminta bantuan ibunya untuk membawa tubuh Doyoung ke tubuhnya. Keduanya tak peduli soal Chanyeol yang masih diam mematung. Setelah dirasa siap, Taeyong bergegas membawa tunuh Doyoung keluar.
“Aku tau kau tidak ingin bertahan, tapi tolong untuk sekarang sebentar saja, kau tidak mungkin meninggalkan Raena begitu saja kan?”
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fate •• Kim Doyoung [END]
Fiksi PenggemarTakdir adalah hal yang tak akan pernah bisa dihindari meski itu menyakitkan. Bukan kemauannya ketika ia dilahirkan dengan segala kekurangan itu. Bukan kemauannya agar setiap detik kejadian itu menjadi detik yang paling menyakitkan. Mereka mungkin ti...