• 6 •

2.9K 415 35
                                    

“Rae, maaf tadi aku beli kopi an—” Bicara Jungwoo terhenti kala di hadapannya ada Doyoung dan Raena yang tengah duduk di sofa. Sontak saja Doyoung langsung berdiri dan menjauh dari Raena.

Jungwoo menampilkan wajah bingungnya, bahkan di sekolah saja tidak ada yang bisa berinteraksi sedekat itu dengan Doyoung. Tidak bisa dipungkiri jika mereka tidak ada yang menyukai Doyoung dengan keterbatasan yang ia miliki.

Doyoung memilih untuk pergi dan meninggalkan Raena bersama Jungwoo. Raena masih menatapnya, bahkan sampai Doyoung memilih sibuk untuk merapihkan beberapa buku di rak bagian depan toko. Seakan matanya itu tidak bisa mendapatkan perhatian lain selain laki-laki itu.

“Gue nggak tau kalo dia kerja disini” kata Jungwoo berusaha memecah perhatian Raena agar tertuju padanya.

Raena memandang Jungwoo agak kaget, karena laki-laki itu kini sudah berada di sebelahnya, menggantikan posisi Doyoung tadi. “Emang bisa komunikasi sama dia?” tanya Jungwoo lagi, nadanya masih begitu meremehkan.

Raena menghela nafasnya, kemudian memandang Jungwoo dengan penuh kesabaran, “sekalipun dia itu bisu, pasti ada cara agar kita bisa memiliki hubungan baik dengannya. Sekarang begini saja, orang yang bisa bicara saja omongannya belum tentu menyenangkan hati”

“Yaudah iya, gue salah. Jadi mau bantuin tugas sejarah gue nggak nih? Katanya mau cariin bukunya disini” ujar Jungwoo, sambil sekalian mengungkit masalah dirinya mengapa harus ada di toko buku milik kakak Raena ini.

“Beli ya tapi....”

.

.

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

“Doyoung? Kompres dari Raena ya?”

Mendengar celetukan dari atasannya, Doyoung langsung meraba dahinya, ia baru menyadari jika plester penurun panas itu masih menempel di dahinya. Jaehyun sedikit terkekeh melihat Doyoung kebingungan sendiri dan malah jadi cepat-cepat melepasnya.

“Malah dilepas sih? Emangnya demammu sudah turun?” tanya Jaehyun dengan wajah menantang.

Doyoung menggelengkan kepalanya, bukannya tidak mau tapi ia kembali ingin mengatakan bahwa ia baik-baik saja meskipun tidak meminum obat atau usaha untuk mengobati demam yang tengah dideritanya. Sayangnya juga, Doyoung hanya bisa memakai sesendok jangjorim tadi, berarti perutnya juga masih kosong.

My Fate •• Kim Doyoung [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang