③ ᴜᴡᴜ

3.2K 389 3
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Ji, kamu marah ya?"

Diam, tak ada jawaban.

Jungkook menghela napasnya karena ia jelas tahu bahwa kekasihnya itu tengah merajuk karenanya. Ia memaklumi hal itu karena seharian ini ia tidak menghubungi Jimin.

Telapak tangan mungil milik Jimin disentuh oleh Jungkook, namun sedetik kemudian di hempas pelan oleh sang pemilik. Jimin masih kesal, jadi Jungkook belum boleh untuk sentuh Jimin dulu.

"Ji?"

"Sayangnya Jungkook?"

"Mbul?"

Jimin menundukkan kepalanya tak mau menatap ke arah Jungkook. Pemuda itu merutuki dirinya sendiri karena merasa sensitif terhadap apapun hari ini. Moodnya sedang buruk sekali, sampai rasanya Jimin ingin menangis.

Jemari tangan milik Jungkook di arahkannya pada dagu Jimin dan mengangkat dagu itu dengan pelan. Betapa mengejutkannya saat melihat bulir air mata di pelupuk mata kekasihnya itu. Jungkook meringis karena merasa bersalah telah membuat sang kekasih bersedih sampai seperti ini. Ia tak bermaksud demikian, sungguh.

Hari ini ia lupa bahwa kuota paket miliknya sudah habis dan berakhir dibiarkan karena berpikir bahwa ia akan membelinya sepulang sekolah nanti. Untuk urusan menemui Jimin, itu semua ingin ia lakukan tentu saja, namun seperti yang kalian ketahui bahwa ia sibuk latihan untuk olimpiade sains nanti sehingga beberapa kali dipanggil oleh guru membuatnya sibuk untuk mengurusi semuanya.

Jauh dalam lubuk hati Jungkook yang paling dalam, ia juga rindu untuk berduaan dengan Jimin dan menghabiskan waktu bersama. Namun kewajibannya menjadi seorang anak dan siswa, membuatnya harus merelakan waktunya terlebih dahulu untuk berpacaran. Toh ia masih bisa bertemu dengan Jimin seperti malam ini.

Meskipun menjadi budak cinta, hal itu tentu tak akan membuat Jungkook lupa akan kewajibannya untuk membanggakan kedua orang tua dan mengharumkan nama sekolahnya. Jadi, Jungkook sangat berusaha keras untuk olimpiade nanti.

"Hiks.."

Jungkook segera mengelap air mata Jimin menggunakan jemarinya. Ia tak ingin melihat air mata kesedihan di wajah orang yang dicintainya. Tak akan pernah.

"Maafin aku ya, Ji? Aku janji gak akan kaya gitu lagi. Kamu jangan sedih apalagi nangis karena aku."

"T-tapi Jungkook nakal sama Ji, hiks."

Jungkook jadi bingung, ia memang tak suka apabila Jimin menangis karenanya. Namun, bagaimana mungkin kekasihnya itu justru terlihat begitu menggemaskan dengan rona merah di pipi serta hidungnya yang mungil itu? Belum lagi bibirnya yang--

Tidak usah dijabarkan, intinya Jungkook merasa lemah dihadapkan dengan kegemasan kekasihnya itu.

Ya ampun, uwu overload ueueue

"Iya Jungkook nakal, nanti Jungkook cubit diri sendiri biar gak nakalin Ji lagi. Udah ya? Jangan nangis lagi, nanti Jungkook sedih."

Bohong, sebenarnya Jungkook ingin sekali mencubit kedua pipi gembil milik Jimin saking gemasnya.

Ji jangan terlalu gemas, aku lemah banget ini.

Jimin mengangguk seraya mengusap hidungnya yang berlendir menggunakan sapu tangan milik Jungkook yang ia ambil dari saku celana pemuda tersebut. Manik matanya yang sipit menatap wajah tampan Jungkook dengan tatapan sendu.

"Gak boleh cubit, nanti Jungkook sakit. Ji gak mau Jungkook sakit karena Ji."

Tak tahan sudah.

Akhirnya Jungkook menangkup kedua pipi bulat Jimin dan memainkannya dengan gemas. Terkadang ia cubit pelan dan dipijat-pijat seolah-olah bahwa pipi Jimin merupakan mainan berupa squishy. Setelahnya ia gigit pipi kirinya karena tak tahan dengan tingkah imut kekasihnya tersebut.

"JUNGKOOK NAKAL, HUEEEEE!"

• • •

Pagi-pagi sekali, tepatnya saat Jimin baru saja selesai sarapan, ia mendapatkan sebuah paket dari seorang kurir. Tak disebutkan bahwa siapakah pengirim paket tersebut, namun yang jelas kurir itu mengatakan bahwa paket ditujukan atas nama Jimin.

Jimin heran karena seingatnya ia tak membeli barang apapun melalui online shop, selain itu aneh juga jika ada orang asing yang mengirim sebuah paket untuknya.

"Ini apa ya?" gumamnya seraya menelisik ke arah box besar di bawahnya.

Karena rasa penasarannya yang membuncah, akhirnya Jimin memilih untuk membuka box tersebut. Matanya membola saat mengetahui apa yang ada di dalam box paket tadi. Perlahan kedua sudut bibirnya terangkat menampilkan sebuah senyuman manis di wajahnya. Bahkan kedua matanya ikut menyipit sehingga menampilkan sepasang bulan sabit yang indah.

"Jungkook, makasih ya?" lirihnya seraya membawa isi paket tadi dan melangkah masuk menuju rumahnya.

Pagi yang indah.

-to be continue-

Madeleine Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang