Jungkook terdiam seraya bersembunyi di balik dinding seraya memperhatikan Jimin yang tengah memasukkan banyaknya surat cinta ke dalam sebuah kantung plastik hitam. Dapat dilihatnya bahwa Jimin terlalu fokus dengan kegiatannya sampai tak menyadari bahwa ada seseorang yang melihatnya dari jauh."Aku minta maaf sama kalian karena gak bisa nerima ini semua, i don't deserve it all. Belum lagi aku gak mau kalau Jungkook sampai salah paham sama aku. Aku gak mau bikin dia kecewa karena salah paham sama aku."
Samar-samar Jungkook mendengar apa yang diucapkan oleh Jimin. Ia terhenyak, merasa bersalah karena hendak memarahi kekasih tercintanya karena dibutakan oleh rasa cemburu.
Pemuda itu sadar bahwa selama ini ia yang lebih banyak egois dan memperlihatkan sisi emosionalnya terhadap Jimin. Ia egois karena tak ingin apabila Jimin merasa cemburu padanya, akan tetapi ia justru cemburu atas apa yang tidak dikehendaki oleh Jimin.
Ia egois.
Namun ia tidak bisa jika harus kehilangan Jimin.
Dengan cepat Jungkook berjalan dan memeluk erat tubuh yang ukurannya lebih kecil darinya dari arah belakang. Sontak saja Jimin terkesiap karena rasa terkejutnya sampai menjatuhkan kantung plastik yang ia genggam tadi.
"Ini siapa?"
"Aku."
Jimin hanya diam saat merasakan hidung Jungkook menempel di ceruk lehernya. Ia sebenarnya was-was, takut apabila ada guru atau staff sekolah yang melihat keadaannya saat ini. Bisa-bisa akan jadi bahan omongan dan masuk ruang bimbingan konseling karena dituduh melakukan hal senonoh di lingkungan sekolah.
"Kook, lepas dulu. Ini masih di area sekolah."
Setelah dengan paksaan, akhirnya Jungkook menurut untuk melepaskan Jimin dan menundukkan kepalanya. Ia terlalu lemah untuk menatap Jimin, begitu banyak kesalahan yang ia buat terhadap kekasihnya itu.
"Maaf, Ji."
Hanya itu yang mampu ia lontarkan karena Jungkook saja bingung untuk memulai dari mana.
"Kamu lagi ada masalah ya, Kook? Ya udah, aku minta izin dulu biar kamu bisa istirahat di UKS. Kamu kesana duluan ya, aku mau sampein dulu ke temen sekelas kamu."
Greb.
Jungkook menahan pergelangan tangan Jimin saat kekasihnya itu mencoba berlari menuju arah kelasnya. Jimin mengernyitkan dahinya, tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Jungkook. Sepertinya kekasihnya itu ingin mengungkapkan sesuatu, oleh karena itu Jimin memilih diam dan menunggu.
"Maaf, Ji."
"Untuk?"
"Maaf karena aku cuma bisa ngecewain kamu. Maaf karena aku egois, dan sering lampiasin emosi aku ke kamu. Selama ini kamu selalu sabar buat hadepin aku dan bertahan sampai sejauh ini. Maaf untuk semuanya, Ji. Aku tahu aku salah, tapi aku gak mau kehilangan kamu. Kamu boleh hukum aku atau suruh aku buat lakuin apapun, tapi jangan suruh aku buat pergi dari kamu. Aku--aku gak bisa.."
Tatapan Jimin melembut saat mendengar suara parau Jungkook. Sebenarnya ia tak mengerti mengapa Jungkook tiba-tiba saja meminta maaf seperti ini, namun Jimin memilih untuk tidak bertanya dan mengusap air mata yang sedikit menetes di pipi Jungkook.
Kayaknya Jungkook lagi sensitif.
"Jungkook dengerin. Mau segimana pun kamu lampiasin emosi kamu ke aku, kamu masih mikirin aku dan gak sampai lakuin kekerasan apapun atau main tangan sama aku. Sekasarnya kamu sama aku, aku masih bisa maklumi. Bahkan buat lontarin umpatan aja kamu gak pernah sama sekali. Kamu beda Jungkook. Kamu orang yang baik."
Jungkook menatap dalam manik mata milik Jimin. Tatapannya menyendu kala mendengar ucapan yang dilontarkan oleh sang kekasih. Ia selalu bertanya, apakah ia pantas mendapatkan pemuda sebaik Jimin? Apakah pantas?
Tapi Jungkook tentu saja akan memantaskan diri agar bisa menjadi pendamping pemuda itu. Kekasih hatinya, cintanya, Jiminnya.
"Lagipula aku juga suka emosi, kadang mood aku buruk dan kamu selalu ada cara buat redain emosi aku, buat bangkitin mood aku. Kamu moodboster buat aku, Kook. Inget, suatu hubungan bakalan awet kalau keduanya dilandasi oleh kepercayaan. Aku percaya kamu, dan kamu percaya sama aku kan?"
Jungkook mengangguk.
"Oleh karena itu, kamu gak usah khawatir apapun soal hubungan kita. Kalau kamu masih jaga kepercayaan aku, tentunya aku gak akan pergi dari kamu. Aku bakal jadi manusia jahat kalau sampe ngecewain orang yang aku cintai."
Aku juga, Ji.
Jimin tersenyum manis, teramat manis sampai pada akhirnya Jungkook ikut tersenyum dibuatnya. Jimin lega sekarang karena kekasihnya sudah merasa lebih baik dibandingkan beberapa waktu lalu.
"Aku sayang kamu, Ji. Kamu terlalu baik buat aku, maka dari itu aku gak mau kehilangan orang sebaik kamu. Te amo."
Jimin terkekeh mendengar ucapan Jungkook di akhir kalimat. Ia menyatakan pernyataan cintanya menggunakan bahasa asing, namun Jimin tetap senang dan bersyukur karena telah diberikan Jungkook sebagai kekasihnya.
Semoga saja hubungan mereka langgeng sampai ke depannya nanti.
Semoga..
"Aku cinta kamu juga, Jungkook."
-to be continued-
KAMU SEDANG MEMBACA
Madeleine Love [END]
Fanfic[COMPLETE] ✓ Jimin dan Jungkook sama-sama budak cinta. Gak percaya? Baca aja kisahnya. warning ⚠ konten fluff, cringe overload, kalau gak kuat skip aja. RANK #1 KOOMIN [22/10/2020] #3 JIKOOK [23/02/2021] [Started 20/07/2020] [End 23/01/2021]