①⑧ ɢᴇʟᴀʀ ᴊᴇᴏɴ

1.5K 215 6
                                    

Ujian Nasional sudah di depan mata, simulasi UNBK pun sudah dilaksanakan tiga minggu lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ujian Nasional sudah di depan mata, simulasi UNBK pun sudah dilaksanakan tiga minggu lalu. Kelas dua belas sudah disibukkan dengan latihan soal guna meningkatkan kemampuan mereka di ujian nanti. Karena mau bagaimanapun, tetap saja nilai UN merupakan hal terpenting guna mendaftar di perguruan tinggi nanti.

Tidak ada yang namanya bermain-main lagi, karena semua siswa kelas akhir sudah mengetahui bahwa inilah saatnya babak penentuan mereka dan hasil belajar mereka selama tiga tahun lamanya di sekolah menengah atas. Mungkin ada yang masih bersikap santai, beberapa siswa tepatnya. Akan tetapi Jimin lebih memilih untuk fokus belajar saat ini begitu pula dengan kekasihnya, Jungkook.

Jika dipikir, sepertinya hampir sebulan ini mereka tidak menghabiskan waktu bersama. Hanya di sekolah saja dan setelahnya tidak lagi, dikarenakan kesibukan keduanya. Jimin masih berhubungan dengan Jungkook dan itupun hanya bertukar kabar melalui ponsel. Jika tengah dilanda rindu, keduanya akan memilih opsi video call sebagai jalannya.

Seperti saat ini contohnya.

Jimin yang tengah menggendong Miko tengah sibuk menatap wajah sang kekasih di balik layar ponselnya. Binar wajahnya terlihat agak pudar karena mengetahui bahwa Jungkook sedang dilanda demam karena semalaman begadang--sibuk mengerjakan latihan soal di buku detik-detik miliknya. Padahal yang Jimin tahu bahwa kemarin malam itu cuacanya begitu dingin, pantas saja kekasihnya sampai jatuh sakit begini.

"I've told you before, don't force yourself, Bunny. Lihat deh, Miko ikut kesel tuh sama kamu."

"Meong~" Miko ikut menambahkan seolah setuju dengan pernyataan majikannya itu.

Di seberang sana Jungkook tengah terkekeh pelan seraya menatap Jimin di balik matanya yang sayu. Terlalu lelah untuk merespon, namun moodnya kembali baik setelah mendengar omelan sang kekasih mungilnya tersebut. "Tenang aja, nanti juga sembuh kok. Miko sampe bengong tuh lihatin kamu ngomel-ngomel gitu," imbuhnya.

Jimin merengut sebal, lebih ke merengek juga sebenarnya. "Kamu nih ya, gimana aku bisa tenang kalau pacarku sendiri lagi sakit begitu?"

"Pacarmu ini kan kuat, Ji. Sehari juga sembuh kok. Lagian tadi udah minum obat juga dari dokter."

"Iya deh iyaaaa. Ada ya orang yang dikhawatirin pacarnya malah sok soan kuat gitu."

Jungkook tersenyum simpul saat melihat Jimin memajukan bibirnya karena merasa kesal. Padahal sudah hampir dua tahun berpacaran, namun rasanya tetap sama. Ia selalu merasakan getaran yang menyenangkan di rongga dadanya. Terlebih saat melihat Jimin yang begitu indah di matanya. Ya, Jimin memang seindah itu.

"Kamu cantik, aku suka."

Jimin terkesiap saat mendengar samar suara Jungkook. Lantas ia menanyakan apa yang Jungkook ucapkan beberapa saat lalu. "Maaf Kook, tadi kamu bilang apa?"

"Kamu cantik, Ji."

"No no, aku tampan sayang."

"Engga tuh, kan aku bilangnya juga cantik. Lagian pujian itu datengnya dari orang lain, sayang, bukan dari diri sendiri."

Jimin kembali merajuk, namun nyatanya bukan terlihat seram malah semakin menggemaskan. Andai Jungkook bisa menemui pemuda manis itu, sudah habis pipi gembil Jimin dibuatnya.

"Meong~ meong~"

Miko terus mengeong dan beranjak dari pangkuan Jimin, kucing jantan itu berjalan menuju mangkuk tempatnya biasa makan. Segera setelah melihat hal tersebut, lantas Jimin mengetahui bahwa Miko tengah lapar. "Kook, aku matiin dulu ya? Nanti kita sambung lagi."

"Kenapa emangnya?"

"Aku mau kasih makan Miko dulu, kasian udah ngeong terus daritadi."

"Oalah, okedeh. Dah Ji! Jaga anak kita ya, kasih makan yang banyak. Kalau kurang tinggal kasih tahu aku aja, oke? Love you, bae."

"Apaan sih ngaco kamu, haha. Iya, love you too sayang."

Bip

Setelah panggilan terputus, Jimin segera membawa mangkuk itu ke tempat penyimpanan makanan kucing miliknya yang lantas saja diikuti oleh Miko. "Ayo sayang, kamu mam dulu ya biar makin besar dan embul~"

• • •

"Gimana Dek, udah siapin berkasnya?"

Jungkook terkesiap saat mendengar suara sang kakak yang saat ini tengah berdiri di ambang pintu kamarnya. Ia mengangguk pelan, lalu menunjukkan sebuah map berisikan beberapa berkas penting yang ia cantumkan guna memenuhi syarat untuk mendapat beasiswa di Jepang nanti.

"Bagus, nanti abang coba kasih ke temen abang dan kamu tinggal tunggu tes ujian tulis sama wawancara aja. Tapi berdoa aja kalau kamu cuma dapet tes wawancara, biar gak ribet mikirin ujian lagi."

"Amin, bang. Lagian udah sumpek juga kalau terus-terusan ujian."

Seokjin terkekeh pelan saat mendengar pernyataan sang adik, lantas ia berjalan dan menghampiri Jungkook. Setelahnya ia menepuk bahu adiknya dengan pelan. "Baru juga ujian SMA, Dek. Kuliah lebih berat lagi loh ujiannya, ibaratkan ujian hidup dan mati."

Jungkook tergelak, ia menggelengkan kepalanya setelah mendengar ucapan Seokjin yang menurutnya sangat hyperbola tersebut.

"Eh abang serius loh, apalagi kamu mau masuk kedokteran yang tentu aja gak semudah yang kamu bayangin, Dek."

"Iya juga sih." Jungkook yang mendengar ucapan kakaknya itu hanya tersenyum malu seraya menggaruk tengkuknya yang tak terasa gatal. "Eh ngomong-ngomong makasih banyak loh bang udah bantuin adek ngurusin berkas ini."

"Iya, santai aja lagian." Seokjin tersenyum simpul. Tanpa diperintah, tangannya mengusap puncak kepala sang adik dengan lembut. "Belajar yang bener, biar cita-cita kamu bisa tercapai. Kalau suatu saat cita-citamu tercapai, itu tandanya Tuhan percaya sama kamu."

"Siap, bang. Pastinya kok!"

Aku bakalan kangen banget sama kamu pastinya, Ji.

Jungkook menghela napas berat seraya menyibak rambutnya yang mulai memanjang. Semuanya terasa berat, namun ia tidak bisa mengabaikan mimpinya begitu saja.

Lagipula Jungkook percaya takdir, apabila suratan takdir berkata bahwa Jimin merupakan jodohnya, tentu tak akan kemana bukan?

Bahkan diusianya sekarang, Jungkook sudah merencanakan untuk menikahi Jimin jika pendidikannya di Jepang sudah tuntas dan mendapatkan gelar dokter nanti. Setelah itu, ia pastikan bahwa Jimin akan mendapatkan gelar seorang Jeon nantinya.

Jeon Jimin.

Indah bukan?

-to be continued-

Madeleine Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang