①③ ᴘᴇʀʜᴀᴛɪᴀɴ

1.7K 270 6
                                    

Dengan ini saya pertegaskan bahwa kedisiplinan kalian harus ditingkatkan lagi karena---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan ini saya pertegaskan bahwa kedisiplinan kalian harus ditingkatkan lagi karena---

Panas, membosankan, dan melelahkan.

Jimin merutuki sang kepala sekolah yang saat ini tengah menyampaikan sebuah amanat. Ia merasa pegal dan tidak nyaman karena penyampaian amanat tersebut begitu lama dan memakan waktu hampir dua jam. Bahkan bisa didengar beberapa bisikan murid lain yang bernasib sama sepertinya.

Entah hanya Jimin saja yang merasakan, tapi ketika sang kepala sekolah menjadi orang yang menyampaikan amanat upacara pasti akan begitu lama dan bertele-tele. Ini bahkan sudah ketiga kalinya kepala sekolah itu menyampaikan kalimat yang sama.

"Hoam."

Taehyung bahkan terkantuk-kantuk sembari mengepakkan lengannya di depan wajah karena merasa gerah. "Lama banget astaga," desisnya seraya menatap sebal pria paruh baya di depan sana.

Ugh, mual.

Dengan keringat bercucuran di pelipis serta rona wajah yang memucat, Jimin terdiam dan mencoba fokus pada objek di depannya. Ia menahan rasa mual pada ulu hatinya karena pagi tadi ia hanya memakan sepotong roti.

Di seberang sana, khususnya di jajaran kelas IPA satu, seorang pemuda yang tengah berdiri tegap mulai memperhatikan kondisi Jimin saat ini. Jungkook merasa khawatir saat melihat Jimin yang berkali-kali terlihat meringis seraya memegang area perutnya.

"Ya ampun, Ji. Kamu kenapa?" gumamnya pelan.

Bruk!

"EH ASTAGA JIMIN?!"

"AYO PMR SINI, TEMENKU PINGSAN INI TOLONG!"

Jungkook terkesiap kala mendengar suara kencang milik Taehyung. Di sana, sang kekasih mungilnya tengah terkapar lemah dengan wajah yang begitu pucat. Beberapa siswa mulai ricuh dan memperhatikan Jimin yang tengah pingsan. Sedangkan anggota PMR lainnya mulai berdatangan dan membawa brangkar untuk menggotong tubuh Jimin dan membawanya ke UKS.

"Kook, itu pacarmu kan?" tanya Yugyeom.

Tak ada jawaban selain anggukan lemah Jungkook. Rasanya pemuda itu ingin ke sana datang dan menemui Jimin yang saat ini sudah dibawa ke ruang UKS untuk beristirahat. Hanya saja anggota OSIS yang saat ini tengah memantau pasti akan menegurnya, dan mengatakan bahwa Jimin sudah ditangani oleh yang lain.

"Jangan sakit, sayang.."

• • •

Ceklek!

"Eh, ada perlu apa, Kook? Kamu butuh obat?"

Hoseok, sang ketua PMR yang tadi tengah sibuk mencatat absensi kini mengalihkan pandangannya pada Jungkook yang baru saja masuk ke dalam UKS.

"Enggak, aku mau jenguk Jimin."

"Oh Jimin. Anaknya lagi istirahat di sana, mungkin masih tidur soalnya waktu sadar tadi dia aku kasih obat."

Jungkook mengangguk dan melangkahkan kakinya menuju ranjang yang ditempati oleh Jimin, sedangkan Hoseok kembali pada tugasnya mencatat absensi dan memeriksa obat yang tersedia.

"Ji?" Jungkook berbisik pelan seraya mengusap pucuk kepala Jimin dengan lembuh.

Syukur, mukanya udah gak terlalu pucat kaya tadi.

"Nggh."

Jimin menggeliat pelan karena merasakan usapan pada pucuk kepalanya. Mata sipitnya perlahan terbuka dan mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk dalam matanya. Samar-samar pemuda mungil itu melihat sosok orang yang saat ini tengah menatapnya dengan sendu.

"Kook?"

Jungkook tersenyum. Tangannya tak berhenti mengelus rambut hitam lebat Jimin lalu beralih mengusap pipi gembil Jimin yang rona merah mudanya terlihat samar. "Gimana? Udah mendingan?"

"Iya, tapi pusing.."

"Tadi kamu sarapan apa aja? Jangan bilang kamu skip sarapan loh ya, nanti aku marah sama kamu."

Ah, tatapan Jungkook mulai serius. Ji mulai takut jadinya.

Pemuda mungil itu berdehem pelan, kedua jemari tangannya bertautan karena merasa gugup diperhatikan sebegitu lekatnya oleh Jungkook. "Sarapan kok, tadi aku makan roti."

"Banyak gak?"

"Enggak, cuma sepotong."

"Kan! Apa aku bilang? Asam lambung kamu naik lagi, Ji. Kamu tahu kan kalau sehat itu mahal? Kalau bukan kamu sendiri yang jaga kesehatan, terus siapa lagi? Di luar sana banyak kok yang sakit tapi mau sembuh dan kembali sehat. Kamu yang sehat gini kok nyari penyakit? Yang kek gitu bagus?"

Mulai lagi.

Sebenarnya maksud Jungkook itu baik. Kekasihnya itu tidak bermaksud untuk membentak atau memarahinya, tapi mencoba menasihatinya agar tidak keliru lagi. Lagipula Jimin juga menyadari kesalahannya karena tidak menjaga pola makannya sehingga tumbang seperti ini. Padahal sudah jelas bahwa asam lambungnya tidak mentoleransi apabila ia tidak menjaga pola makannya dengan benar.

"Maaf, Kook.." cicit Jimin yang saat ini tengah menundukkan kepalanya.

Jungkook menghela napasnya, mencoba mengatur emosinya yang kian menggebu karena rasa khawatirnya akan kesehatan Jimin. Ia hapal betul bagaimana kondisi kesehatan Jimin. Kekasihnya itu memiliki masalah pada lambungnya karena tidak menjaga pola makan. Oleh karena itu, Jungkook memutuskan untuk membuat perubahan pada Jimin agar lebih berhati-hati lagi dalam menjaga kesehatannya sendiri.

"Maaf juga, aku gak bermaksud bentak kamu."

"Enggak, harusnya Ji yang minta maaf karena gak dengerin kamu. Tadi pagi aku kesiangan bangun, jadi sarapan sedikit biar kamu gak kelamaan nunggu."

"Lain kali jangan gitu lagi ya? Aku lebih baik nunggu kamu sarapan daripada jatuh pingsan lagi kaya tadi. Janji?"

"Janji!"

Jemari tangannya masih tetap mengelus lembut pipi Jimin yang saat ini sudah mulai memperlihatkan rona merah muda seperti biasanya. Jungkook tersenyum senang, kekasihnya sudah mulai membaik sekarang.

Teeet!

It's time to begin the second lesson.

"Loh, kamu skip mata pelajaran pertama, Kook?"

"Iya, tapi tenang aja soalnya aku udah ijin kok. Lagian tadi gurunya ada keperluan juga jadi gak bisa ngajar hari ini. Jadinya aku bisa nemenin kamu deh."

Begitulah jadinya jika orang yang Jungkook cintai tengah sakit. Ia tidak akan bisa untuk tidak mengkhawatirkan kondisinya dan harus memastikan bahwa keadaannya baik-baik saja. Hoseok yang sedari tadi mendengarkan percakapan Jungkook dan Jimin memilih diam dan menggelengkan kepalanya.

"Kak Hoseok aku mau--"

"Ssst, kamu jangan berisik. Di sana ada orang yang lagi dijagain sama pawangnya."

Ryujin terdiam dan mengikuti arah pandang Hoseok. Lantas gadis itu mengangguk paham dan mengacungkan kedua jempolnya pada sang ketua PMR tersebut.

"Pawangnya pengertian banget ya, Kak? Hihi~"

-to be continued-

Madeleine Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang