D U A P U L U H S A T U

143 13 1
                                    

Setelah Darren keluar dari kamar, Perlahan Keizi membuka mata nya. Sebenarnya ia tidak tidur, ia hanya kelelahan dan memilih memejamkan mata nya. Ia menatap lurus ke depan menatap foto diri nya dan Darren tergantung di dinding.

Ia mendengar semua penuturan Darren.

😖😖😖

Air mata nya yang sempat mengering, perlahan kembali menetes. Memang benar, semenjak ia berpacaran dengan Kevin, ia jadi jarang menyapa Darren. Ia sibuk mengurus dan memberikan perhatian penuh pada Kevin sementara Darren ia hiraukan. Saat ini adalah pertama kali nya ia bertemu Darren--lebih tepat nya menemui setelag kurang lebih dua minggu ia bersama Kevin.

Lihat, bahkan Darren mengingat berapa lama ia menjadi kekasih Kevin. Disini ia yang salah, ia memberikan kepedulian penuh pada Kevin. Sementara ia menghiraukan sahabat yang bertahun-tahun telah mempedulikan nya.

Tidak berapa lama, pintu kamar terbuka dan terlihatlah Darren yang sedang membawa sepiring makanan dan segelas air putih.

"Loh? Udah bangun ji? Cepet banget. Padahal rencana nya tadi gua mau coba gaya baru "kasih makan orang yang lagi tidur" awokawok," lawak Darren garing.

Keizi tidak menjawab. Ia menatap sorot mata Darren. Lelaki yang sudah bertahun-tahun telah mengisi hari-hari nya, lelaki yang siap jadi benteng nya, rela menjadi korban amukan nya ketika ia sedang marah, rela memberikan nya jas hujan sementara ia kehujanan, rela menjadikan diri nya seolah-olah salah padahal ia yang salah, Darren telah berkorban banyak untuk nya. Semudah itu kah ia melupakan Darren karena ia sibuk memperhatikan Kevin. Ia benar-benar merasa jahat sekarang.

Air mata nya kembali menetes tanpa ijin. Darren yang melihat itu langsung meletakkan piring dan gelas yang di bawa nya ke atas nakas.

"Masih keinget masalah lu yang tadi? nangis aja ji, biar lu lega. Keluarin semua nya, Kalo lu mau pukul gua, pukul aja, lampiasin semua kekesalan lu ke gua." ucap Darren serius sambil mengelus lembut punggung Keizi.

Keizi langsung memeluk erat Darren. Ia menangis dalam pelukan Darren. Sementara Darren, ia memilih untuk  tidak bertanya lagi karena itu juga percuma. Ia tau Keizi tidak bisa bercerita ketika sedang menangis.

"Ren, maafin gue. Gue emang bego!" Isak Keizi. Suara tangisan nya semakin terdengar.

"Yakan kan lu emang bego ji, siapa yang bilang lu pinter? Fitnah tu," ucap Darren berusaha menghibur Keizi.

Keizi melepaskan pelukan nya, kemudian menatap Darren dengan air mata yang seakan enggan untuk berhenti. Tangisan nya semakin menjadi-jadi ketika melihat wajah Darren yang begitu tulus dengan nya.

"Lu kenapa nangis liatin muka gua ji? Apa karna lu terharu, karna punya sahabat yang ganteng nya bak dewa yunani kaya gua," ucap Darren sambil melipat kedua tangan nya di depan dada seraya menaik turun kan alis nya, kemudian menyisir rambut nya ke belakang menggunakan jari-jari tangan nya.

"Darren maafin gue, maafin gue. Gue... gue... gue udah ngelupain lo karna Kevin," ucap Keizi menunduk sambil mengusap air mata nya. Ia semakin tidak tahan jika melihat wajah Darren, jadi ia memutuskan untuk menunduk.

"Lu... lu ngomong apaan sih ji? Haha, aneh lu, ga jelas," ucap Darren kikuk.

"Gue denger semua yang lo omongin tadi," ucap Keizi yang seketika membuat Darren terdiam.

Hening beberapa saat, wajah Darren yang awal nya tersenyum berubah menjadi sendu. Tapi beberapa detik kemudian, ia buru-buru mengganti ekspresi wajah nya menjadi kembali tersenyum. Namun senyuman nya sangat terlihat seperti senyum yang di paksakan.

"Oalah, itu... itu cuma becanda ji, astaga elu gausah serius-serius. Kaya ga tau gua aja lu haha, gua mau... ikut eskul teater, jadi nya gua latihan haha," nada bicara Darren sangat terdengar seperti orang gugup.

"Mau lo becanda, mau lo serius. Gue tau, semua itu emang fakta nya. Gue emang udah jarang bahkan ga pernah lagi nyapa lo. Gue sibuk kasih perhatian sama Kevin sedangkan gue ngelupain elo yang selalu inget sama gue. Gue selalu main sama Kevin, pas gue pulang ke rumah, bunda selalu bilang kalo lo habis ke rumah gue buat nyari gue, gue minta maaf Ren."

"Gapapa ji, gua paham ko sama lu. Lagian Kevin sakit kan, dia emang perlu perhatian dari lu. Lu gausah pikirin gua ji, udah jangan nangis. Muka lo makin jelek. Tau Kutu gajah ga? Nah muka nya mirip elu pas lagi nangis," tutur Darren sambil menarik Keizi ke dalam pelukan nya.

Bukan nya berhenti, air mata Keizi semakin berlomba-lomba untuk keluar. Bahkan kaos yang sekarang dikenakan Darren pun jadi basah karna air mata Keizi yang tak kunjung mau berhenti.

Dalam hati, Darren mengiyakan ucapan Keizi. Hari-hari nya terasa kosong semenjak Keizi berpacaran dengan Kevin. Dulu setiap Keizi memiliki kekasih, Keizi tidak pernah sampai selupa ini dengan nya. Namun  kali ini terasa berbeda, mungkin karena Kevin sakit kanker jadi memang wajar Keizi memberikan perhatian penuh pada nya. Terlebih Kevin adalah seorang anak broken home.

Memang benar, setiap hari Darren datang ke rumah Keizi. Namun setiap kali itu juga, bunda bilang Keizi sedang bersama Kevin. Kalau sudah begitu, biasa nya ia pergi menaiki rumah pohon yang biasa ia dan Keizi tempati. Namun hal itu terasa berbeda karena ia menempati nya hanya seorang diri, tanpa ada Keizi yang sering ia jahili.

"Ji, mending makan deh. Ntar lo mati kalo ga makan," ucap Darren namun tidak melepaskan pelukan nya.

Keizi mengangguk sambil melepaskan pelukan nya. Sementara Darren menghapus air mata yang masih tersisa di pipi Keizi.

"Nah kan sama ingus nya keluar," gumam Darren tanpa sadar tanpa ragu menjadikan baju nya untuk menghapus sedikit cairan yang ikut keluar dari hidung Keizi.

Kemudian Darren mengambil piring di atas nakas dan mulai menyuapi Keizi. Jika seperti ini, Darren tidsk seperti manusia receh. Ia seperti seorang bapak yang sedang mengurus anak kecil nya.

"Minum dulu," ucap Darren sambil menyodorkan segelas air putih pada Keizi setelah suapan terakhir.

Keizi menerima nya dan meminum nya sampai habis.

"Mama ke supermarket ya Ren?" Tanya Keizi sambil mengikat rambut nya.

"Iye, bisa-bisa nya lu prank gua. Ternyata lu cuma merem," ucap Darren yang hanya di balas kikikan kecil dari Keizi.

Tidak lama kemudian terdengar dering telfon dari ponsel Keizi.

Bunda❤

Keizi hanya menatap sejenak ke arah ponsel nya, kemudian memakan biskuit yang memang sudah tersedia di atas nakas. Keizi memang seperti itu ketika sedang kesal dengan Bunda. Mau tidak mau, terpaksa Darren turun tangan untuk mengangkat telfon dari Bunda.

"Halo Bun ini Darren...... iya Bun Keizi nya lagi dirumah Darren..... oke bentar ya Bun," Darren sedikit menjauhkan handphone Keizi dari nya.

"Ji, disuruh Bunda balik."

"Mau nginep disini aja," Keizi sengaja membesarkan volume suara nya agar terdengar oleh Bunda nya.

"Kasian bunda khawatir sama lu."

"Gue dirumah lo kan? Ga keluyuran juga kan?" Tanya Keizi kesal.

Darren menghembuskan nafas pelan, kemudian kembali mendekatkan ponsel nya. "Bun, Iji nya ga mau balik. Bunda tenang aja, Iji ga bakalan kemana-mana, Darren bakal ngekor sama dia bun wekawekaweka... Siap bun.... Sama-sama.... walaikum salam," Darren mematikan sambungan telfon nya kemudian melempar begitu saja handphone Keizi ke atas bantal.

"Dasar Bandel," ucap Darren sambil merebut biskuit yang hendak di makan Keizi.










Yuhuuu ga telat kan up nya hwhwh

Thank you buat readers setia "Keivin" ❤

Silahkan tinggalkan jejak seperti Bolang.

See you💛

Keizi Kevin [ Hiatus ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang