Maaf baru update lagi 😢 jika ada yang lupa alurnya silahkan baca dua-tiga chapter sebelumnya.
Happy reading 😘
***
Dua bulan kemudian
“Saya memiliki kabar kurang baik, Farah Agustiyani sudah resmi mengundurkan diri dari Khaflah.”
Diam. Seruan Kang Ahmad tak bersambut apapun dari kami. Suara riuh yang semula memenuhi telinga berganti senyap. Tak ada yang berkomentar. Semua masih terpenuhi oleh keterkejutan. Bagaimana tidak? Salah satu dari kami memilih untuk keluar dari barisan khaflah. Padahal itu satu acara yang meresmikan jika kita sudah lulus dari madin wustho. Terlebih ini adalah Farah Agustiyani, si rangking satu tak terkalahkan. Si pintar yang terlampau congkak.
“kalian terkejud? Sama. Tapi mungkin keadaannya memang tidak memungkinkan. Kita do’akan saja yang terbaik.” Kang Ahmad tersenyum menenangkan. Sebenarnya itu tidak perlu, karena tak ada satu orang dari kami yang dekat dengannya. Terbukti tidak ada yang menanyakan alasannya. Ah, atau bisa jadi mereka sudah tahu dari gossip yang tersebar di pesantren dua bulan lalu?
“Udah sih. Kenapa jadi diam begini? Nggak usah pada dipikirin. Fokus saja dengan ujian lisan nanti malam. Abah sendiri yang akan menguji kalian.”
“APA?!”
Suasana kembali ramai. Banyak santri yang protes mengenai kabar ini. Abah yang akan menjadi penguji? Ini gila! Apa yang terjadi? Bukannya Gus Yusuf yang akan menjadi penguji utama dan abah hanya akan menjadi penonton? Allah … kenapa sih rencana tak pernah berjalan mulus?
Abah yang menjadi penguji itu sama saja dengan lonceng kematian! Tiga tahun lalu saat aku masih anak baru, abah yang menjadi penguji utama di ujian lisan seperti ini. Itulah pertama kalinya aku melihat cara kerja pesantren untuk mengetahui kemampuan membaca kitab kuning santrinya. Di sana mental para santri akan di permainkan karena harus bisa membaca kitab kuning di depan santri satu pondok dan juga para asatidz. Tentunya akan banyak yang gugup hingga tak bisa bicara. Tapi hal itu akan berkurang jika penguji utama bisa bersahabat. Hanya saja itu tidak berlaku bagi abah. Beliau akan berubah menjadi predator yang mengancam mangsanya. Alhasil tiga tahun lalu banyak santri yang mengundurkan diri karena terlalu takut dengan tatapan matanya.
Allah ya karim….
Apa yang harus aku lakukan? Abah akan memangsa para santri yang cacat. Dan menurut kabar … santri yang akan menjadi pembaca kitab akan mendapat beban dua kali lebih banyak. Matilah aku!
“Sudah—sudah. Jangan banyak protes. Nanti abah semakin bersemangat lho. Aku do’akan lancar ya.” Kang Ahmad kembali melayangkan senyum menggoda pada kami. Entah mengapa hari ini sering melebarkan senyum. Apa mungkin dia bahagia karena kabar tadi?! Ugh. Jahat sekali orang ini. Hih!
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You, Gus! (END)
General Fiction#rangk 3 in pesantren entahlah... banyak hal yang berubah.. banyak hal yang terlupakan. waktu menghapusnya. waktu menutupnya dan waktupun yang merubahnya. tapi kenapa? kenapa waktu tak merubah perasaanku atas dirimu? tak menghapusnya atau menc...