2.5

3K 278 3
                                    

"Udah sampe, turun sono lu," usir New saat mobilnya telah sampai di depan bangunan berwarna abu.

"Galak banget sih, yang," balas Tay yang masih merapihkan barang-barangnya.

"Cepet keluar gak lu," ucap New tidak sabar, sungguh ia ingin cepat-cepat pulang dan mengurung dirinya di kamar. Ia benar-benar malu sekarang. Terlebih, Tay meledeknya sepanjang jalan. New ingin menghilang saja rasanya.

"Astaga, Hin," ucap Tay panik, membuat yang muda menengok ke arahnya.

"Kenapa?" tanyanya ikut bingung.

"Kan tadi aku mau beli ayam panggang, lupa beli kan jadinya," jawabnya kesal.

"Sukurin, emang enak. Kualat sih lo ngeledekin gue mulu."

"Kamu sih hin, pake kabur segala. Kelupaan kan jadinya."

"Suruh siapa ngejar. Lagian ngapain juga sih ke kampus, iseng banget."

"Kan mau ngeledekin kamu. Harus total dong akunya."

"Wah, asli, niat banget yah lo bikin gue kesel."

"Hin," panggil Tay lagi.

Merasa namanya dipanggil kembali, New akhirnya menoleh. "Kenapa lagi?"

Suasana dalam mobil tiba-tiba hening seketika. Tidak ada candaan atau umpatan yang biasanya keluar dari bibir keduanya.

Tay menatap New dalam, wajahnya tampak lelah, meskipun kesan jenaka masih terpancar disana. "Walaupun kamu gak serius, aku gak masalah kalau kita mulai ngomong pake aku-kamu," ucap Tay serius.

New terpaku di tempatnya. Otaknya mulai menerka-nerka apa yang dimaksudkan oleh pria yang lebih tua darinya. Apakah ini lampu hijau, pikirnya.

"Kok kamu diem aja sih hin? Terpesona yah ngeliat muka aku," canda Tay, menghancurkan suasana.

"Pede banget sih jadi manusia," balas New, denial.

"Udah ah, aku capek debat sama kamu. Aku turun dulu, kamu hati-hati di jalan," ucap Tay sebelum turun dari mobil New."Oh ya, satu lagi. Kalau kamu mau pake aku-kamu, pake aja. Gak perlu malu-malu lagi."

Lagi, New terdiam di tempatnya. Bibir yang biasanya berdebat tidak mau kalah, kini tampak kehabisan kata. Meskipun intonasi Tay terkesah acuh, New dapat menangkap keseriusan di dalamnya. Sungguh, ia tidak tahu harus bereaksi seperti apa lagi. Yang dilakukan pemuda tersebut hanya menatap kepergian yang lebih tua dari balik kaca mobilnya. Bolehkah ia berharap kali ini saja?

 Bolehkah ia berharap kali ini saja?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Stupid Te - Taynew SNS AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang