7.4

3.4K 288 5
                                    

Meskipun sudah berusaha berpikir positif sejak tadi, rasa kalutnya sama sekali tidak hilang. Rasa takut Tay menghilang justru semakin besar. Bagaimana jika hal itu benar-benar terjadi? New menggelengkan kepalanya, mencoba untuk kembali optimis. Tay tidak akan pergi, pria itu sudah janji.

Dengan sisa-sisa kekuatan yang ada, laki-laki itu perlahan bangkit dan membersihkan sedikit kekacauan yang ia buat. Setelah ia merapihkan tasnya, ia akan makan bersama Tong, lalu temannya akan datang, mereka mencari Tay bersama dan menemukan laki-laki itu di salah satu tempat favoritnya. Ya, pasti seperti itu jalan ceritanya.

Di sela kegiatan bersih-bersih yang ia lakukan, atensinya teralih pada amplop berwarna biru di selipan buku milik New. Tangannya segera mengambil amplop tersebut, memutarnya dengan tatapan menyelidik. Seingatnya, ia tidak mempunyai amplop seperti ini.

Merasa penasaran, New menghentikan aktivitas bersih-bersih yang ia lakukan dan kembali mendudukan dirinya di lantai. Perlahan tangannya mulai membuka amplop berwarna biru tua yang ditemukannya.

Selembar kertas berwarna putih ada di dalamnya, sangat kontras dengan amplop yang menyelimutinya. Tulisan yang agak berantakan menyapa indera pengelihatan New saat membalik kertas tersebut. Meski begitu, kesan familiar sangat kental terasa sangat New melihat kata demi kata yang berjejer disana.

"Dear Hin,

Kalau kamu baca surat ini pasti kamu ngakak kan? Tay Tawan yang biasanya ngeledekin orang yang bilang pasangan yang main surat-suratan itu sok romantis, tiba-tiba nulis surat kayak gini. But still, here I am, writing this for you.

Hin, ketemu sama kamu bener-bener hal yang selalu aku syukuri sampe detik ini. Dan saat aku bilang lima tahun yang kita lewatin bener-bener berkesan buat aku, kamu harus percaya karena I really mean it. Meskipun kamu suka bilang aku bawel, lebay dan lain-lain, kamu tau kan aku sesayang itu sama kamu?

But hin, I'm really sorry for what happening these day. Maaf karena aku udah nyakitin kamu. Maaf juga karena ngebuat kamu sedih. But when I say I like you, I really mean it. Dibanding suka, mungkin kata cinta lebih tepat ngegambarin perasaan aku ke kamu. Mungkin kamu nggak sadar, but I'm in love with you since the first time I saw you. And from that time, I believe love at the first sight is real. I know it's sound chessy, but I tell you the truth.

Waktu kamu nembak aku, I'm really happy to hear that. But once again, I hurt you. Rasa takut kehilangan kamu nyatanya lebih dominan dibanding rasa senang karena kamu punya perasaan yang sama kayak aku. Kamu bener-bener se-special itu buat aku, sampe aku bener-bener takut jika sewaktu-waktu kita pisah. Then, aku bilang lebih baik kita sahabatan.

Walaupun banyak yang bilang aku bodoh dan lain-lain, aku gak masalah. Selama kita bisa sama-sama terus, aku gak masalah. Sekalipun aku harus ngelepas perasaan aku ke kamu, aku gak masalah. Tapi hin, kayak aku bener-bener salah kali ini. Aku sadar aku egois dengan minta kamu untuk tetap jadi sahabat aku. Aku ngerasa semua akan baik-baik aja kalau kita sahabatan. Tapi lagi-lagi aku keliru. Dengan minta kita untuk tetap sahabatan, secara gak langsung aku minta kita ngelupain perasaan kita ke satu sama lain.

Aku pikir aku bisa ngelupain perasaan aku ke kamu dan akan baik-baik aja selama ada kamu. Tapi nyatanya aku lagi-lagi salah. Pas ngeliat kamu sama yang lain, it hurt me so bad. Sesakit itu sampai aku gak bisa bayangin kalau sewaktu-waktu kamu ngenalin orang lain jadi pacar kamu. Aku pikir aku bisa handle semua ini, tapi kayaknya berat banget untuk ngelepasin perasaan ini. Disana aku sadar, saat aku aja sesusah itu ngelepas perasaan ini, gimana sama kamu?

So, New. I'm really sorry. Aku minta maaf karena udah nyakitin kamu. Nggak seharusnya aku minta kita tetap jadi sahabat saat aku pun sesulit itu ngelupain perasaan aku ke kamu. But New, I'll try. I'll try to erase my feeling and coming back to you. Mungkin butuh waktu, tapi aku yakin aku bisa. Kamu harus inget aku sesayang itu sama kamu. So, see you when I see you, Hin.

New membeku di tempatnya setelah selesai membaca bait terakhir di surat tersebut. Usahanya untuk berpikir positif lagi dan lagi hancur berantakan. Tay pergi, hal itu yang dapat New simpulkan. Matanya kian memanas seiring berjalannya waktu. Fakta tentang yang lebih tua meninggalkannya benar-benar memukulnya. Rasa sedih, kesal, dan marah bercampur menjadi satu.

Mereka bisa bersama. New yakin itu. Namun, sepertinya hanya New yang menginginkan hal itu. Nyatanya, pria yang lebih tua meninggalkannya begitu saja. Tanpa kabar, tanpa pamit, hanya meninggalkan sepucuk surat yang justru memperlebar sakit hati yang ia rasakan. Dalam hatinya, ia terus menanyakan apa kesalahannya sehingga Tay pergi, sebelum akhirnya merutukki pria yang sudah lima tahun menemaninya.

Ini bukan salahnya, laki-laki itu menyimpulkan. Semua ini merupakan buah dari kebodohan seorang Tay Tawan. Bukan hal yang asing baginya untuk mendengar pria yang lebih tua clueless mengenai hubungan percintaan. Tapi yang dilakukannya saat ini benar-benar fatal, New bahkan tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Saat ia sudah mencoba untuk menghadapi rasa takutnya dan melakukan hal untuk meluluhkan hati pria yang lebih tua, lihat apa yang telah Tay lakukan.

Dengan kasar, New menghapus air matanya sebelum akhirnya berjalan ke arah tempat sampah dengan tangan yang meremas surat yang dibacanya beberapa saat yang lalu. Rasa khawatir dan kalut yang dirasakannya belakangan ini sudah menghilang, diganti rasa marah, benci, dan kecewa yang baru saja hinggap di hatinya. Kenapa Tay bisa seegois ini padanya? Sungguh New merasa semua ini tidak adil baginya. Masih dengan perasaan marah dan kecewa, laki-laki berkulit putih itu melemparkan surat yang sudah tidak berbentuk di genggamannya ke tempat sampah bersamaan dengan timbulnya tekad kuat untuk membuang perasaannya seperti kertas tersebut. 

Stupid Te - Taynew SNS AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang