7.1

2.9K 261 3
                                    

"Newwie!" panggil Kit kesal, siang itu.

Dengan cepat, New menoleh ke asal suara dan mendapati ketiga temannya sedang menatapnya secara bersamaan. "Iya, kenapa, Kit?" tanyanya refleks.

Win menghela napas panjang. "Kak newwie, kenapa?" tanya Win khawatir.

Cengiran canggung muncul di bibir New. "Kenapa apanya? Gue gak apa-apa kok," jawabnya.

"Nggak perlu bohong. Diapain lagi lo sama Tay?" tanya Gun, tanpa basa-basi.

New mengerutkan dahinya bingung. "Apaan sih? Kok tiba-tiba nyambung ke Tay?"

Berniat mencegah perdebatan yang akan terjadi, kini Kit bersuara. "Belakangan ini lo aneh, New," ungkap Kit, menyuarakan perasaannya serta teman-temannya. "Gak fokus di kelas, kerjaannya kalau gak ngelamun, ngeliatin hape. Lo juga jadi lebih pendiem."

"Mungkin gue lagi capek aja kali. Nanti juga biasa lagi," jawab New. "Oh ya, lo tadi lagi ngobrolin apa kit?"

Tidak dapat menahan kesabarannya, Gun menatap New tajam. "Pendem aja terus. Emang gak punya temen kan lo, jadi gak cerita-cerita," sindir Gun.

"Kak Gun," ucap Win menenangkan.

"Loh emang kenyataannya gitu kan. Waktu dia ditolak sama Tay, dia gak cerita-cerita detailnya gimana. Sekarang mulai kumat lagi," omel Gun.

"Kok lo kepo banget sih sama kehidupan gue?" tanya New, mulai terpancing emosi.

"Maksud Gun gak kaya gitu, New. Gun, Gue, Win, kita semua khawatir sama lo," jelas Kit menenangkan. "Kita gak pernah maksa lo untuk cerita. Kita juga percaya kalau lo bisa ngatasin masalah lo sendiri. Cuma kalau emang terlalu ngebebanin lo, kita siap dengerin."

New mentap ketiga temannya bergantian. Ekspresi khawatir terlihat jelas di wajah ketiganya. "Gue bukannya gak mau cerita ke kalian," jelas New. "Gue ngerasa gue belum bisa berpikir jernih aja sekarang ini. Gue gak mau cerita ke kalian saat gue masih emosi. Waktu orang emosi, semua hal pasti salah di mata orang itu, termasuk gue. Kalau gue cerita ke kalian pas gue masih panas-panasnya, gue takut malah menggebu-gebu nyeritain orang itu dan berujung kalian kesel sama dia. Padahal belum tentu orang itu sama kayak prasangka gue."

"Gue gak masalah sama cara pikir lo atau apapun yang lo jelasin tadi. Cuma masalahnya disini, ini tuh udah ganggu keseharian lo banget. It's okay, kalau lo mau mikirin lagi, tapi mau sampe kapan? Dengan lo yang belakangan ini gak fokus aja udah ngebuktiin kalau ini ngebebanin lo banget dan lo gak mampu nyelesainnya sendiri, terus sekarang lo masih mau mendem semuanya sendiri? Tingkah lo kayak gak punya temen anjir. Punya temen tuh manfaatin, beban yang lo punya tuh dibagi-bagi. Emang kita pernah marah-marah kalau misalnya lo lagi nyeritain masalah lo? Cerita gitu doang kok susah banget," omel Gun. 

Setelah omelan dari Gun berakhir, meja mereka hening seketika. Baik Kit, Win, ataupun New menyadari perkataan laki-laki itu tidaklah salah. Jika permasalahan ini sudah sangat membebani New, seharusnya New cerita kepada teman-temannya. Tidak semua masalah bisa diselesaikan oleh dirinya sendiri. Dengan sikapnya belakangan ini, dapat dikatakan kalau dirinya sudah mulai kewalahan. Namun, yang dilakukan laki-laki berkulit putih itu malah memendam semuanya sendiri.

New mengangkat kepalanya yang sedari tadi menunduk. Matanya memandang ketiga sahabatnya satu persatu. Tatapan khawatir terlihat jelas di mata mereka. Perlahan tapi pasti, rasa bersalah mulai menghampirinya. Keinginannya untuk menyelesaikan semuanya sendiri, nyatanya membuat orang terdekatnya khawatir dan New sangat menyesali itu.

"Udah tiga hari ini, Tay gak bisa dihubungin," jawab New singkat.

"Maksudnya kak?" tanya Win, bingung.

"Kemarin pas balik dari kita ngumpul sama Kay, gue emang udah berniat mau ngobrolin masalah ini sama dia," jelas New. "Awalnya gue jbjb nanya tweet dia gitu, tapi nggak digubris. Pas gue chat, dia gak bales. Gue marah pun, dia kayaknya gak ada respon apa-apa."

"Mungkin dia lagi sibuk, New. Katanya kan dia mau job hunting," ucap Kit sambil mengelus punggung New.

"Tapi gak biasanya kayak gini,Kit," ungkap New. "Semarah-marahnya gue atau dia ke satu sama lain. Dia gak pernah sampe gini. Sesibuk sibuknya dia pun, dia masih suka ngabarin gue. Ini udah tiga hari dan dia gak ada kabar."

"Mungkin dia marah besar kali lo gak mau sahabatan lagi sama dia," ucap Gun, asal.

Kit menatap Gun kesal. "Gun, jangan mulai deh," ucap laki-laki itu mengingatkan.

"Terus kak Newwie mau gimana?" tanya Win.

Bukan menjawab, New hanya mengankat bahunya lesu. Jujur, ia sama sekali tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Perasaan menyesal sedikit menghampiri dirinya. Kenapa dia harus mengirimkan pesan terakhir pada pria itu? Setidaknya jika ia tidak marah-marah, laki-laki itu masih bisa mengirimi pesan ke yang lebih tua dengan leluasa. Tapi sungguh, rasa khawatir lebih menguasainya saat ini. Ia harap Tay baik-baik saja. 

 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Stupid Te - Taynew SNS AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang