5.4

2.8K 286 13
                                    

"Kalau gue bilang gue suka sama lo. Lo kira-kira mau gak jadi pacar gue?" tanya New, serius.

Tay terdiam selama beberapa detik, sebelum senyum jahil keluar dari bibirnya. "Apaan sih hin," balas Tay. "Lo lagi prank gue yah."

Tangan New ngarahkan wajah Tay agar menghadap ke arahnya. Sementara matanya menatap yang lebih tua dalam-dalam. "Gue serius, tay," ucap New sungguh-sungguh. "Gue suka sama lo. Udah dari dua tahun yang lalu. Kalau sekarang gue minta lo jadi pacar gue, lo mau gak?"

Rengkuhan New terlepas begitu saja. Yang lebih muda hanya dapat melihat Tay yang bangkit dan berjalan mengelilingi kamarnya. Hatinya tiba-tiba merasakan sakit yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Sepertinya usahanya kali ini benar-benar gagal.

Menahan rasa sakit yang dirasanya, New menatap Tay yang masih hanyut dalam lamunannya. "Ternyata Lo gak suka sama gue ya?" tanyanya pelan, namun masih dapat di dengar yang lebih tua.

Mendengar pertanyaan yang lebih muda, Tay berjalan ke arah New. Tangannya menggenggam tangan sahabatnya erat. "Gue juga suka sama lo, New. Sesuka itu sampe gue sendiri pun susah untuk ngedeskripsiin perasaan gue," ucap Tay lembut. "But, can we stay like this? As a bestfriend?"

New menarik tangannya cepat. "Kalau lo suka sama gue, kenapa lo mau kita stay kayak gini?" tanya New kesal.

"New,"

"Tay, kalau lo gak suka sama gue, gue ngerti. You didn't need to say something that you mean it. You make me look pathetic."

Secepat mungkin, New bangkit dari tempat duduknya. Tangannya segera mengambil ponsel dan kunci mobilnya, berniat pergi dari kamar Tay. Perasaannya benar-benar tidak bisa dibendung. Rasa sedih, marah dan malu seakan menghantuinya saat ini. Secepat mungkin, ia ingin menghilang dari hadapan Tay sebelum mempermalukan dirinya lebih jauh lagi.

"New, nggak gitu. Gue beneran suka sama lo, gue serius," ucap Tay, berusaha menahan New pergi.

"Stop! Gak perlu ngomong gitu. Gue gak perlu belas kasihan lo," ucap New marah. Bukan merasa baikan, perkataan yang lebih tua membuatnya merasa sangat menyedihkan.

"New," panggil Tay kencang. Tanggannya sudah mengenggam pergelangan tangan New kencang, menahannya untuk keluar kamar. "Gue serius. Gue juga suka sama lo."

"Kalau lo suka sama gue, kenapa kita gak bisa barengan?" tanya New kesal. "Lo tadi bilang lo gak masalah kalau jadian sama gue. Terus kenapa sekarang kayak gini?"

"I just don't want to lose you, okay?" jawab Tay. "Kalau kita pacaran, terus kita berantem, dan berakhir putus gimana? Kamu mau kita jadi orang asing? Setelah kita sama-sama terus, kamu pikir aku sanggup kalau tiba-tiba kita jadi kayak orang asing? Don't you think it's better for us to stay like this? Kita akan sama-sama terus sampe kapan pun. Nggak perlu khawatir pisah atau apapun itu."

"No," sanggah New cepat sambil melepaskan genggamannya. "I don't want that and I'm done with you."

Setelah genggamannya terlepas, New segera pergi dari kamar yang didominasi warna putih tersebut dengan perasaan yang tidak dapat dideskripsikan. Rasa sakit, kesal, marah, kecewa dan malu seakan bercampur menjadi satu. Ia juga tidak pernah mengira patah hati akan sesakit ini. Rasanya ada lubang besar di dadanya. Bahkan sangat sulit baginya untuk berpikir jernih saat ini. Yang ada di pikirannya saat ini adalah bagaimana caranya ia bisa sampai rumah secepat mungkin dan berada jauh dari jangkauan Tay.

 Yang ada di pikirannya saat ini adalah bagaimana caranya ia bisa sampai rumah secepat mungkin dan berada jauh dari jangkauan Tay

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Stupid Te - Taynew SNS AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang